Selasa, 01 Februari 2011

Mudik Imlek : "Burung-Burung Rantau yang Senantiasa Rindu Kehangatan Sarangnya"

Oleh : Muhammad Ilham

" ...... Bila kita adalah burung yang terbang jauh di jagat kosmopolitan modern, tentu kita sadari dulunya kita pernah menjadi telur dalam cangkang. Kita sekarang adalah burung-burung rantau yang selalu rindu pada kehangatan sarang ... ! (YB. Mangunwidjaja)


"Mungkin, Tradisi Imlek hanyalah satu-satunya tradisi yang bisa "menyatukan" emosi etnik Tionghoa yang berdiaspora di bumi nan bulat ini selama ribuan tahun", setidaknya demikian kata seorang "perantau" Cina Daratan yang mau pulang ber-Imlek di kampung halamannya. Malam tadi, TVOne menayangkan "kegairahan" pulang kampung warga Tionghoa di beberapa negara Asia. Dan, ini mengingatkan saya, bagaimana tradisi spritual selalu mampu memberi perekat untuk ingat dengan "pusat kedatangan" dan "kampung asal mereka". Tradisi mudik berkait sebab akibat dengan fenomena merantau masyarakat urban, pastinya mudik merupakan "kerinduan primordial" terhadap kampung halaman. Tradisi ini bukan sesuatu tradisi yang kebetulan. Tradisi yang menyiratkan sekaligus makna religius dan sosiologis. Melalui ‘pulang kampung’ itu orang ingin kembali kepada keintiman diri melalui reuni kedekatannya dengan keluarga dan sanak saudara di kampung halaman. Pendeknya, fenomena sosial mudik merupakan cermin kerinduan untuk bersilaturahmi dalam kelekatan intim dengan Tuhan dan sesamanya. Semakin kita dibawa menjauh dari "titik awal" di mana kita berasal, bentangan dunia kita akan semakin luas, namun kehendak untuk kembali juga semakin besar. Di era gadget dan internet yang semakin memudahkan dan memanjakan kita untuk melakukan kontak melalui media-media jejaring sosial, bahkan untuk melakukan "komunikasi sekarang juga" dengan siapa pun di belahan dunia mana pun, justru akan membuat kita tambah memberi arti pada kerinduan pulang kampung. Perpindahan dan ruang jelajah kita hingga ke ujung-ujung pergaulan kosmopolitan, seperti meregang kita dalam sentrifugal emosi untuk kembali ke pusaran diri yang intim. Sejatinya setiap manusia selalu merindukan keintiman. Kerinduan pada yang intim itu semakin membesar manakala kita semakin jauh menjelajah atau pergi merantau.










(Selamat Hari Raya Imlek bagi saudara kita dari etnik Tionghoa, apapun agama-nya).

(Foto-Foto "Mudik" Imlek di Daratan Cina (Sumber : www.google.picture.com)

Tidak ada komentar: