Selasa, 08 Februari 2011

Mubarak : "Sumbu" Prahara dan Biarkanlah Foto Ini Bicara ! (Bagian 2)

Diedit oleh : Muhammad Ilham

Sudah begitu banyak analisis yang kita dapatkan dari semua pakar Timur Tengah. "Berdiamlah" sebentar di depan TV, putar Channel Metro TV ataupun TVOne, maka Z. Misraiwi dan Salim Said ataupun Nurcholis maupun Riza Shihbudi akan muncul dengan analisis-analisis mereka. Mereka teramat laris belakangan ini. Judul berita-nya pun berganti-ganti : "Mesir Bergolak", "Mesir Berdarah", "Mubarak Menghitung Hari" dan seterusnya. Bahkan terkadang terkesan dramatis. Dua TV swasta Indonesia merasa perlu menghabiskan durasi siaran 24 jam-nya dengan topik Mesir 1/2 dari durasi itu. Perbincangan tentang Mesir merambah hingga ke kedai-lepau terkecil sekalipun. Begitu banyak ibu-ibu yang tak melek politik, yang ketika ditanyakan tentang Mesir, mereka hanya tahu dengan Fir'aun "ayah angkat" Nabi Musa itu, akan tetapi belakangan ini, nama Mubarak bagi mereka sungguh familiar, bahkan mengalahkan Adjie Massaid atawa "cerita usang" Milana-Gayus Halomoan Partahanan Tambunan yang rekeningnya itu bertimbun-timbun dengan jumlah yang teramat tambun. Begitu hebat media. Mengisi "ruang memori" publik. Dan pagi tadi, seorang tukang Jagung yang berjualan di pinggiran jalan menantang saya "bertaruh" dengan mengajukan pertanyaan, "berapa lama lagi Mubarak akan turun ?". Saya tanya, "sudah lama-kah Bapak tahu dengan Mubarak ?". "Tidak, katanya, baru dua minggu ini", katanya sambil menanyakan kembali tantangannya itu. Saya tersenyum.

Saya tak punya pengetahuan banyak tentang Husni Mubarak. Saya hanya tahu, ia Presiden Mesir selama 31 tahun, punya istri cantik bernama Susanne/Suzanne yang kecantikannya mengalahkan Farah Diba "kepunyaan" Syah Iran Reza Pahlevi ataupun Jehan Sadat, saya-pun baru belakangan tahu, bahwa Mubarak sedang meniru pola Kim Il-Sung yang mengkader anaknya Kim Jong Il jadi Presiden Korea Utara yang kemudian si Kim "bontot" ini mengkader anaknya pula, mungkin juga Mubarak terinspirasi pada Hafez al-Assad yang "relatif" berhasil mendudukkan anaknya Basyar al-Assad jadi Presiden Suriah/Syiria. Karena itu-lah, mungkin, Mubarrak ngotot "mengkarbit" Jamal/Gamal Mubarrak jadi "putra mahkota"nya (walau beberapa hari nan lewat, si Gamal ini tahu diri dan mengundurkan diri dari Parlemen Mesir serta partai NDP = Partai Nasional Demokrat .... bila nanti Surya Paloh "meresmikan" Nasional Demokrat-nya jadi Partai, maka "lengkap-lah" kemiripan nama Partai bos Metro TV ini dengan Partai Mubarrak). Seharusnya, Mubarak meniru Lee Kuen Yew yang "menyiksa" anaknya belajar jadi pemimpin sehingga Big Lee/Lee She Liong memang pantas jadi Perdana Menteri Singapura, bukan seperti si Gamal yang masuk dalam kategori milyarder muda Mesir yang juga diistilahkan oleh salah seorang komentator di sebuah media TV Swasta - anak manja Suzanne Mubarrak. Demikian juga tentang kiprah Mubarrak muda, saya hanya punya pengetahuan amat segelintir saja. Saya hanya tahu, ia duduk di sebelah kanan Anwar Sadat (disebelah kiri Sadat : Jenderal Gazalba) kala Ismail Islambouli menembak suami Jehan Sadat ini. Kliping fotonya masih saya simpan, oleh-oleh dari almarhum Ayahanda yang Tukang jahit kelas kampung tapi berlangganan Majalah TEMPO era-80-an. Dan belakangan saya sedikit tahu, Mubarrak merupakan pewaris-genetik-politik penjaga Perjanjian Camp David yang ditandatangani Anwar Sadat-Menachen Begin-Jimmy Carter itu - untuk ini, mereka bertiga "diganjar" Nobel Perdamaian. Karena ini pulalah, Mubarrak merasa "anteng" berpelukan mesra dengan pemimpin Zionis Israel seangkatannya seumpama Menachen Begin, Yitzhak Shamir, Yitzak Rabin, Benjamin Netanyahu dan seterusnya. Mubarak dianggap "penanggung jawab" ketenangan negara Israel. Mubarak yang Husni ini, juga dianggap Presiden tipikal meritokrasi-militer - meminjam istilah Harold Crouch seperti Saddam Hussein dan Soeharto. Tapi, walaupun sedikit yang saya kenal, ada satu kepastian sejarah : "Kekuasaan yang dipegang dengan lama, cenderung korup. Kekuasaan yang dibangun di atas pembungkaman hak-hak dasar publik, cenderung akan lumpuh. Dan kekuasaan yang bergelimang uang korupsi, kekuasaannya akan dicatat dengan hina dalam sejarah". Konon, Mubarak memiliki kekayaan keluarga hingga 320 trilyun. Saya tak tahu bagaimana bila uang sebanyak itu ditukarkan dengan uang ribuan kertas 1000 rupiah yang berwarna Kapiten Pattimura @ Thomas Mattulesy.































Sumber foto : al-jazeera.com/cnn.com/reuter.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

saya cukup paham dengan pola-pola pendemokrasian sebagai sebuah instrumen kapitalis.