Oleh : Muhammad Ilham
Bangsa yang tidak percaya diri untuk tegak mandiri, tidak percaya pada kekuatannya sendiri, menjadi bangsa penjiplak, maka bangsa itu tidak bisa menjadi bangsa merdeka ! (Pidato HUT Proklamasi, 1963)
Biarlah foto-foto ini "berbicara", bagaimana seorang "Putra Fajar" menjadi magnet bagi kawan dan lawannya di dunia internasional. Memang banyak orang mengatakan, bahwa Soekarno adalah Presiden ultra-flamboyan - dalam bentuk lain dari "pencitraan" - tapi harga diri dan kemandirian merupakan kata kunci dari perjuangannya. Ia merasakan derita dan mengeluarkan "peluh keringat" untuk sebuah bangsa bernama Indonesia. Ia dan bangsanya tak ingin jadi "pinggiran", ia ingin jadi "ingatan" orang banyak, menjadi "magnet" bagi pemimpin dunia lainnya. Dan, Indonesia berawal dari harga diri yang tercabik dan dihinakan oleh yang namanya kolonialisme - buah dari "kapitalisme", karena itulah, "muka tengadah" arah kedepan sambil tertunduk melihat "masa lalu" menjadi icon pemikiran putra tersayang Idayu Agus Rai ini.
Bangsa yang tidak percaya diri untuk tegak mandiri, tidak percaya pada kekuatannya sendiri, menjadi bangsa penjiplak, maka bangsa itu tidak bisa menjadi bangsa merdeka ! (Pidato HUT Proklamasi, 1963)
Biarlah foto-foto ini "berbicara", bagaimana seorang "Putra Fajar" menjadi magnet bagi kawan dan lawannya di dunia internasional. Memang banyak orang mengatakan, bahwa Soekarno adalah Presiden ultra-flamboyan - dalam bentuk lain dari "pencitraan" - tapi harga diri dan kemandirian merupakan kata kunci dari perjuangannya. Ia merasakan derita dan mengeluarkan "peluh keringat" untuk sebuah bangsa bernama Indonesia. Ia dan bangsanya tak ingin jadi "pinggiran", ia ingin jadi "ingatan" orang banyak, menjadi "magnet" bagi pemimpin dunia lainnya. Dan, Indonesia berawal dari harga diri yang tercabik dan dihinakan oleh yang namanya kolonialisme - buah dari "kapitalisme", karena itulah, "muka tengadah" arah kedepan sambil tertunduk melihat "masa lalu" menjadi icon pemikiran putra tersayang Idayu Agus Rai ini.
Presiden Sukarno baru tiba di bandara Washington DC, AS, pada siang hari. Didampingi oleh wakil presiden AS, Richard Nixon, Bung Karno disambut penuh oleh pasukan AS dengan 21 kali tembakan kehormatan. Bung Karno tiba di Washington dalam rangka kunjungan selama 18 hari di AS atas undangan Presiden AS, David Dwight Eisenhower (Foto: 16 Mei 1956).
Presiden Sukarno dan Presiden AS, Kennedy, duduk bersama di dalam mobil terbuka, sedang melewati pasukan kehormatan di pangkalan Angkatan Udara AS, MD. Bung Karno datang ke AS dalam rangka pembicaraan masalah insiden Kuba (Foto: 24 April 1961).
Presiden Sukarno menjadi tamu kehormatan Kaisar Jepang, Hirohito, dan pangeran Akihito. Bung Karno dijamu makan siang di istana kekaisaran Jepang di Tokyo (Foto: 3 Pebruari 1958).
Presiden Sukarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Dari kiri kekanan : Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia). Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri "Uni Soviet"/Rusia, Nikita Khruschev, agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali (Foto: 29 September 1960).
Presiden Sukarno sedang bercakap-cakap dengan Presiden Kuba, Osvaldo Dorticos Torrado (kiri), dan Perdana Menteri Kuba, Fidel Castro (kanan) di Havana, Kuba (Foto: 9 Mei 1960).
1 komentar:
Presiden Soekarno bukan Sembarang Pemimpin,Beliau memiliki pengetahuan agama yang kuat
Posting Komentar