Minggu, 05 Desember 2010

Keteladanan dari Van LITH

Oleh : Muhammad Ilham

van LITH, demikian nama akhir seorang pastor Belanda yang ditempatkan di Tanah Jajahan Hindia Belanda (baca: Indonesia), kurun waktu 1920-an hingga awal 1930-an. Walaupun "anak kandung" kolonial Belanda, ia anti dengan kebijakan Belanda yang kolonialis. Van Lith bersikap santun pada anak negeri. Walaupun ia ditugaskan menyebarkan ajaran Kristiani-Katholik ditengah-tengah penduduk pribumi yang mayoritas beragama Islam dan abangan, namun ia amat toleran dan menentang sikap menindas penjajah kolonial. Karena itulah, tercatat dalam sejarah kolonial Belanda di Hindia Belanda, Van Lith menandatangani dua nota minoritas yang menuntut perwakilan minoritas (dalam hal ini : perwakilan masyarakat Islam sebagai komunitas mayoritas) di dalam satu dewan. Dengan segala resiko, ia kemudian menentang peran mayoritas orang-orang Belanda yang minoritas tersebut di dalam volksraad (Dewan Rakyat) yang akan dibentuk.

Karena sikap Pastor yang mengedepankan nilai-nilai demokrasi-kemanusiaan tanpa disekat oleh ego primordialisme dan ideologi, ia kemudian amat sangat disegani. Hubungannya dengan tokoh-tokoh Islam kala itu juga baik. Dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam, ia memiliki hubungan sosial dan politik yang bagus dan saling menghargai. Ketika akan diadakan pemilihan untuk keanggotaan Volksraad - terjadi sebuah peristiwa sejarah yang cukup membuat kita merenung ..... Van Lith, seorang Pastor dan pemimpin Katholik justru dicalonkan oleh Partai Sarekat Islam. Peristiwa pencalonan pastor Van Lith ini menjadi anggota Volksraad oleh Partai Sarekat Islam Serang, dalam konteks interaksionisme-simbolik memiliki makna simbolis-historis yang amat penting. Tak terbayangkan oleh kita sekarang bahwa didalam situasi masyarakat tahun 1920-an, seorang Pastor dicalonkan untuk mewakili organisasi politik ummat Islam di sebuah lembaga politik yang memiliki posisi dan daya tawar strategis-penting di dalam sistem pemerintahan kolonial Belanda. Sejarah kemudian mencatat .... Van Lith lebih sering "menyuarakan" kepentingan masyarakat Islam dibandingkan ke-egoan-nya untuk menjalankan misi Pastoralnya dan misi nasionalisme-nya. Sebuah teladan dari orang yang bernama .... Van LITH.

Tidak ada komentar: