Senin, 15 November 2010

Timur Lenk - "Si Pincang dari Timur"

Oleh : Muhammad Ilham

"Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada satu raja" (Timur Lenk)

Namanya Timur Lenk. Si Timur Pincang. Ia anak Taragai, Kepala Suku Barlas di wilayah Uzbekistan kini. Sang ayah kabarnya keturunan Karachar Noyan -menteri dan kerabat Jagatai, anak Jenghis Khan. Namun Timur Lenk sendiri sering disebut sebagai keturunan Jenghis Khan. Secara resmi keturunan Mongol ini telah memeluk Islam. Sejarawan Harold Lamb memperkirakan ia lahir pada 25 Sya'ban 736 Hijriah, atau 8 April 1336 Masehi. Sejak kecil, keberaniannya nampak luar biasa. Pada usia 12 tahun, ia telah terlibat dalam sejumlah pertempuran. Ketika ayahnya wafat, Timur bergabung dengan pasukan Gubernur Tansoxiana, Amir Qaghazan, sampai gubernur itu meninggal. Serbuan pasukan Tughluq Temur Khan melambungkan nama Timur Lenk. Ia bertempur sampai mengundang perhatian Tughluq. Ia direkrut Tughluq menjadi pasukannya, namun kemudian memberontak setelah Tugluq mengangkat anaknya, Ilyas Khoja sebagai Gubernur Samarkand dan hanya menjadikan Timur sebagai wazir. Timur bergabung dengan Amir Husain -cucu Qaghazan.

Tughulq dan Ilyas Khoja tewas dalam pertempuran. Kemudian Timur malah membunuh Amir Husain yang juga iparnya sendiri. Pada 10 April 1370, ia mengangkat dirinya sebagai penguasa tunggal. "Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya hanya ada satu raja." Demikian semboyannya. Sejak itu, Timur menebar maut sebagaimana dilakukan Hulagu seabad sebelumnya. Khurasan, Afghan, Persia, Kurdistan dikuasainya. Di Sabwazar, Afghanistan, ia membangun menara terbuat dari 2000 mayat dibalut dengan lumpur. Pada 1395, ia menyerbu Moskow. Lalu balik lagi ke Timur ke India -tempat ia konon membantai 80 ribu tawanannya. Kebiadaban terus ditebarkan. Pusat-pusat peradaban Islam dihancurkannya kecuali Samarkand. Di tempat ini, ia malah membangun kota dengan mendatangkan batu dari Delhi, India, dengan diangkut oleh gajah. Di Aleppo, Syria, Timur Lenk membangun piramida dari sekitar 20 ribu kepala manusia. Di Baghdad, sebanyak itu pula penduduk yang dibantainya. Di Armenia, 4000 tentara musuh dikubur hidup-hidup. Sekolah dan masjid-masjid di sekitar Irak dihancurkan. Masjid Umayah di Damaskus dihancurkannya sehingga tinggal dinding. Tak terhitung lagi jumlah korban Timur Lenk. Timur juga menggempur dua kesultanan penting. Yakni kesultanan Usmani di Turki serta Mamluk di Mesir. Dalam pertempuran melawan Timur Lenk, Usmani dipimpin sendiri oleh Sultan Bayazid I. Erthugul, anak Bayazid, tewas. Dalam pertempuran berikutnya, perang di Ankara 1404, Bayazid bahkan tertawan dan meninggal sebagai tawanan. Di Takrit -kota kelahiran Salahuddin Al-Ayyubi-Timur Lenk juga membangun piramida manusia. Dinasti Mamluk di Mesir tak luput dari ancamannya. Apalagi Sultan Malik Zahir Barquq melindungi penguasa Baghdad yang melarikan diri, Sultan Ahmad Jalair. Namun, seperti menghadapi Hulagu sebelumnya, Mesir akhirnya luput dari serangan Timur.

Serangan Timur Lenk benar-benar menghancurkan peradaban Islam. Praktis hanya Mesir yang selamat. Baghdad yang belum pulih akibat serangan Hulagu Khan dulu, kini remuk kembali. Tak puas menjarah ke Barat, Timur Lenk kemudian mengincar Cina di timur. Padahal saat itu, ia telah berusia 71 tahun. Saat hendak melakukan invasi itu, Timur Lenk sakit dan meninggal pada 1404. Dua orang anaknya, Muhammad Jehanekir (sebagian menyebutnya : Jehanggir - "sang pengenggam dunia") dan Khalil bertempur hebat memperebutkan kursi sang ayah. Khalil (1404-1404) menang, namun dikudeta oleh saudaranya yang lain, Syakh Rukh (1405-1447). Syakh Rukh dan anaknya, Ulugh Bey (1447-1449) memimpin negaranya dengan baik. Ilmu pengetahuan kembali berkembang. Namun tidak lama. Pada 1469, kekuasaan keluarga Timur Lenk itu ambruk. Timur adalah salah seorang pemimpin paling brutal dalam sejarah. Sepak terjangnya menghancurkan masyarakat Islam habis-habisan. Namun, ironisnya, Timur Lenk adalah seorang muslim. Kabarnya, ia berpaham Syi'ah namun dekat dengan tarekat Naqsabandiyah. Dalam kehidupan sehari-hari, ia seperti menghormati para ulama. Dikabarkan ia dengan sangat hormat menerima sejarawan besar Ibnu Khaldun yang ditugasi Sultan Faraj untuk berunding. Apapun, noda hitam telah terlalu banyak ditorehkan Timur Lenk. Terlalu banyak merah darah yang telah dibanjirkannya. Namun, ia adalah bagian dari sejarah peradaban Islam itu sendiri, like and dislike. !

Foto : salah satu peninggalan kerajaan Timurid di Samarkand (sumber foto : CW. Bosworth)

Tidak ada komentar: