Oleh : Muhammad Ilham
Namanya Haina Rabbani Khar. Muda dan cantik. Setidaknya, dari cita rasa yang saya miliki -- hehe. Jabatannya moncer dan "sedikit berkualitas", Menteri Luar Negeri Wanita Pertama dan (termuda) Pakistan. Ia sangat muda (untuk ukuran jabatannya), cantik, cerdas. Ketiga kata
itu sepertinya menggambarkan dengan tepat sosok Haina Rabbani Khar. Di
usianya yang baru 34 tahun, dia dipercaya duduk sebagai Menteri Luar
Negeri Pakistan. Khar pun tercatat sebagai perempuan pertama sekaligus
termuda yang menjabat sebagai Menlu dalam sejarah Pakistan. Pada Selasa
(19/7) kemarin, Khar diambil sumpahnya sebagai Menlu Pakistan yang baru.
Dengan menjadi Menlu, Khar mengakhiri kekosongan jabatan selama lima
bulan sepekan sebelum pembicaraan perdamaian krusial di India.
Sebelumnya, pada 5 bulan terakhir, Khar menjabat menteri yunior yang
mengurusi luar negeri. Setelah Shah Mehmood Qureshi diberhentikan
sebagai Menlu dalam perombakan kabinet, Khar diminta menangani
tugas-tugas Menlu sejak 13 Februari 2011. Dengan duduk di kabinet di
usia 34 tahun, Khar memecahkan rekor orang termuda di kabinet yang
semula dipegang oleh mantan Perdana Menteri Pakistan Zulfiqar Ali
Bhutto. Bhutto mendapat kursi di kabinet pada usia 35 tahun.
Haina Rabani lahir pada 19 Januari 1977 di Multan, Punjab. Dia adalah
anak perempuan politisi Malik Ghulam Noor Rabbani Khar dan keponakan
dari Malik Ghulam Mustafa Khar. Ayahnyalah yang membimbingnya masuk ke
dunia politik, dunia yang benar-benar berbeda dari latar belakang
pendidikannya. Haina sebelunya mengenyam pendidikan ilmu manajemen di
Universitas Lahore. Dia pun menyabet gelar MBA di bidang perdagangan dan
pariwisata Universitas Massachusetts. Nama Hina tercantum sebagai salah
satu pemimpin muda di daftar World Economic Forum. Namanya di
dunia bisnis pun moncer karena dia merupakan salah satu pemilik Polo
Lounge, sebuah restoran kelas atas yang populer di Lahore. Istri dari
pebisnis Feroz Gulzar ini dikenal sebagai sosok yang rendah hati,
profesional dan memahami benar pekerjaannya. Kendati terkenal, tidak
sulit menghubungi Hina. Itulah makanya, sisi positif lebih banyak
dikenal dari sosoknya. Hina pernah menjadi menteri yunior urusan ekonomi
di masa Presiden Pervez Musharraf. Pada pemilihan 2008 ia bergabung
dengan Partai Rakyat Pakistan pimpinan Perdana Menteri Benazir Bhutto.
Kala itu, dia terpilih sebagai anggota parlemen. Tak lama, dia ditunjuk
menjadi menteri muda keuangan, sebelum masuk ke Kementerian Luar Negeri.
Dia merasa, menjadi bagian dari kabinet merupakan hal terbaik yang bisa
dia dapatkan. Meski dirinya adalah seorang perempuan muda, namun hal
itu bukan halangan bagi dirinya untuk melakukan tugas di kabinet.
Apalagi selama ini dia telah memiliki sejumlah pengalaman dengan
tugas-tugas di kabinet.
Kendati pernah bersekolah di luar
negeri, namu Hina sangat cinta tanah airnya. Hina menyatakan dirinya
tidak dapat bersama dengan orang-orang yang tidak bangga menjadi orang
Pakistan. Dia bahkan membenci orang-orang Pakistan yang mengubah namanya
menjadi 'vilayati' atau nama asing. Hina berharap masyarakat Pakistan
bangga dengan kebudayaan yang telah dimiliki dengan cara mempertahankan
kebudayaannya itu sehingga tidak pudar dengan masuknya budaya asing.
Menurut Haina, Pakistan adalah tempat di mana semua orang merasa
diterima. Kebebasan berekspresi merupakan salah satu hal yang unik di
negeri ini. Hina menganggap dirinya adalah orang yang
beruntung. Dia senang pemikirannya ditantang dengan jam-jam kerjanya.
Dia juga senang dengan perubahan yang bisa dibuatnya, pun dengan ruang
tempat dia bisa melakukan berbagai inovasi. Perempuan yang hobi membaca
dan travelling ini sangat bersyukur dengan kehidupan yang telah
diberikan kepadanya. Dia bersyukur lahir sebagai orang Pakistan,
bersyukur akan keluarga yang dimilikinya, bersyukur atas desanya, latar
belakangnya dan semua hal yang telah Tuhan beri.
Referensi : AFP/reuters.
Referensi : AFP/reuters.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar