Rabu, 30 Mei 2012

Catatan-Catatan Galau # 1 - # 3

Oleh : Muhammad Ilham

catatan #1, dari beragam interaksi siang tadi.

Begini saja, bujang !!
Jangan kau kutuk kegelapan
Nyalakan saja lilin yang kau punyai
Bila ia tak ada
Tak salah pula bersenyap sunyi
Bukan karena kita lemah
Karena itu adalah sebuah solusi

Begini saja Upik dan Butet !
Teruslah berharap menjadi lebih baik kedepan
Karena bak kata Lut Szun, berharap itu umpama jalan ditengah rimba. Pada awalnya tak ada, tapi karena sering dilalui, maka jalan itu ada dengan sendirinya.

Begini saja, Ucok !!
Jangan kau anggap orang tak sayang sama kau
kadang-kadang sering kita bersangka salah
Tertutup pintu di depan
Pintu yang lain banyak terbuka
Dan ... mata kau, hanya menghadap dan mengutuk pintu yang tertutup itu.

(untuk kawan, yang selalu melihat segala sesuatu, terlampau ideal. mungkin karena ini pula, ia sering mengutuk)

Padang, dari pukul 09.00 hingga 14.00 waktu Lubuk Lintah
(lebih kurang)


catatan #2.

dari baca koran lokal hari ini, terdapat satu penggalan berita : "marinir mengamuk-menghantam masyarakat sipil di bukik lampu Kota Padang. patah mematah banyak tulang, remuk-lebam sekian kulit tubuh. gemeretak rakyat badarai ketika membaca".

Buyung, masihkah kau ingat ota saya beberapa waktu lalu.
sebuah ota yang sama persis dengan ucapan seorang ibu di koran pagi tadi, "kami takut sama militer, karena melawan mereka, sama saja bunuh diri".

saya ulang lagi cerita "ketakutan itu". begini :

Di sebuah tempat di pedalaman Aceh, ketika DOM (Daerah Operasi Militer) masih diberlakukan. Ada sebuah gubuk terpencil yang dihuni satu keluarga. Mereka adalah sebuah keluarga yang mengungsi ke tengah hutan karena tidak sanggup menghadapi konflik bersenjata GAM-TNI. Kedamaian seakan-akan menjadi barang luks. Ketakutan selalu menghantui mereka. Malam itu mereka berkumpul, makan malam bersama, sambil berbincang-bercanda. Suasana terasa hangat-lepas penuh kekeluargaan. Tiba-tiba terdengar suara ketukan. Suasana riang berubah menjadi muram. Dari raut mukanya, terlihat sang ayah sangat takut. Disuruhnya salah satu diantara anaknya untuk melihat dan membukakan pintu. Si anak kemudian pergi ke arah pintu, sebagaimana yang diminta oleh ayahnya, dengan raut muka yang juga takut. Sementara sang ayah dan anggota keluarga lainnya menanti dengan harap-harap cemas. Beberapa saat kemudian, si anak yang disuruh membukakan pintu tadi mendatangi ayahnya, masih dengan raut muka takut. Sang ayah bertanya, “siapa yang mengetuk pintu tadi?”. Si anak menjawab, “Malaikat maut, yah. Ia ingin bertemu dengan ayah !”. Spontan si ayah ini menjawab, “Alhamdulillah, saya kira tadi yang datang tentara”.



http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=29159

catatan #3

bujang. aku nagabonar bujang. setelah mak-ku, kau-lah orang yang aku sayang. oh ya aku lupa, ada satu lagi, si kirana, yang seharum sabun padang sidempuan itu. harum kali dia bujang, kalau ia lalu, aromanya menggetarkan kelelakian saya seperti bergetarnya rumah mak kau ketika kereta api medan belawan lewat.

bujang menontonkah kau Indonesia Lawyer Club malam tadi.
tentang grasi si cantik Corby (tapi lebih cantik Kirana. karena itu lagu Bunga Tanjung kupersembahkan selalu padanya)
hangat nian diskusinya tadi malam.
tapi aku berfikir, memang tuluskah para raja negeri ini memberi grasi itu ?
walau mereka bilang tulus, saya tak percaya.
ingatkah kau NICA, bujang. mereka berunding-berunding, tapi NICA masuk juga. bohong mereka.

rasanya, kita bisa berguru pada Al Pacino.
tahu kau Al Pacino bujang ?
itu, lelaki ganteng berwajah tirus.
ia lakon paling menarik dalam serial God Father.
di film ini, si Al Pacino pernah berujar :

Tak ada hal yang bisa diputuskan sepihak. Kompromi senantiasa terjadi. Aku memberikan X kepadamu, kamu memberikan Y kepadaku. Tentu saja ada akal sehat dan rasa keadilan yang bekerja di sana tapi juga kepentingan ...... yang tak selamanya luhur "

Tidak ada komentar: