Bila surat-surat Kartini ke Stella Zeehanlander mampu mengubah persepsi
"dunia eropa" terhadap wanita Indonesia pada masa kolonial Belanda awal
abad ke-20, maka karena FOTO ini, Perang Vietnam "terpaksa" dihentikan,
dengan kekalahan telak dan penuh malu bagi Negara Paman Sam. Untuk menutup malunya, butuh sekian Film "sejenis" RAMBO. Inti kekuatan dari pemikiran Karl Marx terletak tersimpulkan pada
kalimatnya dalam buku Pengantar Das Kapital : "Kebenaran sebuah teori
bukan terletak pada betul atau tidaknya teori tersebut dari aspek ilmu
pengetahuan, akan tetapi terletak pada apakah teori itu menggerakkan
orang untuk melakukan perubahan atau tidak". Marx sangat pragmatis,
teori bukan "seni" menjatuhkan atau meruntuhkan serta memperbaiki teori
yang lama, tapi keberadaan teori tersebut harus fungsional bagi manusia.
Teori "menggerakkan". Dari teori, maka terjadi perubahan signifikan.
Demikian juga halnya dengan foto-foto yang pernah hadir dalam "layar
sejarah". Begitu banyak foto, bahkan dengan "cita rasa" seni yang maha
artistik ..... namun hanya sedikit dari foto-foto para photografer
tersebut yang mampu menstimulus terjadinya perubahan roda sejarah.
Biasanya, foto-foto yang berada dalam kategori ini akan diganjar hadiah
PULITZER, "nobel"nya photographi dunia.
Dibawah ini, foto
yang "menggerakkan" di saat Jenderal Nguyen Ngoc Loan, kepala kepolisian
Vietnam Selatan mulai menarik pelatuk pistol kearah seorang komandan
gerilyawan vietkong, fotografer Associated Press Eddie Adams mulai
menekan tombol shutter kameranya. Eddie Adams memperoleh penghargaan
jurnalisme tertinggi, Pulitzer, lewat foto yang diambilnya ini. Namun
lebih dari itu, foto ini mengubah opini masyarakat Amerika terhadap
Perang Vietnam, memicu gerakan anti perang dan menginspirasi lahirnya
generasi bunga di Amerika waktu itu. Bagi sang jenderal, foto ini
membuatnya menjadi ikon kekejaman dan ejekan serta penolakan selalu
menyertainya kemanapun dia pergi sampai akhir hayatnya.
Sumber foto : magnumpost.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar