Jumat, 08 Juni 2012

HAMKA dalam Konteks Sosio Kultural Melayu

Oleh : Tim Peneliti Fak. Adab IAIN Padang
(in-clude Muhammad Ilham)

A.      Latar Belakang Masalah

Hamka merupakan sosok  intelektual yang unik. Keunikannya terletak pada suatu kenyataan, meskipun ia produk lembaga pendidikan tradisional, namun memiliki wawasan generalistik dan modern. Dilihat dari sudut keilmuan Melayu, Hamka, terlahir dari sebuah estafet keberlangsungan tradisi intelektual Melayu klasik yang mengalami masa “keemasan” dalam lapangan ilmu pengetahuan pada abad 17 dan 18 M.[1] Keberadaannya merupan sebuah kontiniuitas intelektual Melayu yang sudah tidak ada lagi di zaman modern ini. Kemampuannya berkomunikasi sesuai dengan nafas kemelayuan  baik melalui bahasa lisan maupun tulisan telah menempatkan dirinya pada kedudukan khusus dalam sejarah intelektual Islam di kawasan rumpun Melayu. Bukan hanya karena beliau banyak menulis buku-buku sejarah, khususnya sejarah Islam di nusantara termasuk biografi, melainkan lebih dari itu pemikiran Hamka telah dapat mengisi kekosongan khazanah peradaban Islam di nusantara. Kemasyhuran pemikiran dan intelektualitasnya melampaui batas tanah air bahkan menyebar sampai ke negeri-negeri Islam baik di kawasan rumpun Melayu maupun Timur Tengah. Dalam konteks ini Hamka dapat dikatakan sebagai pewaris dan penyambung estafet intelektual Islam Melayu klasik.  

Di sisi lain, Hamka merupakan sosok intelektual (modernis) yang senantiasa concern  melihat berbagai persoalan umat dan melalui berbagai macam karya tulisnya, Hamka berupaya melakukan “pencerahan” kelesuan dinamika intelektual dan pemahaman keagamaan umat Islam. Orientasi pemikirannya bukan hanya berkisar pada persoalan-persoalan keislaman semata akan tetapi juga berkaitan dengan persoalan-persoalan kehidupan sosial kemasyarakatan. Keseluruhan karya-karya Hamka dikemas melalui pendekatan keislaman.[2] Sebuah pendekatan keilmuan yang jarang dilakukan oleh para ilmuwan pada zamannya. 

Sepanjang hidupnya Hamka telah menulis lebih dari 118 buku,[3]  belum termasuk tulisan-tulisannya yang dimuat di majalah-majalah dan surat kabar-surat kabar. Karya-karyanya meliputi berbagai macam disiplin ilmu seperti sastra, sejarah, filsafat, tafsir, tasawuf,  dan lain-lain. Dari karya-karya tersebut tergambar betapa luas dan dalamnya pengetahuan Hamka tentang ilmu-ilmu keislaman. Karenanya tidaklah mengherankan jika pemikiran-pemikran Hamka sering dianalisa dan diteliti oleh para ilmuwan dan akademisi keislaman baik di Indonesia maupun di semenanjung Malaya. Melalui berbagai analisa terhadap karya-karya tersebut pantaslah kiranya, Hamka mendapatkan julukan sejarawan,[4] sastrawan,[5] wartawan, mufassir,[6] sufi,[7]  dan lain-lain sebagainya.   

Di Indonesia, studi ilmiah tentang Hamka sebagai seorang intelektual yang produktif dan sumbangannya bagi kemajuan khazanah intelektual Islam di Indonesia telah banyak dilakukan oleh kalangan akademisi baik ditinjau dari pemikirannya dalam bidang tafsir, sejarah, tasawuf, pendidikan dan lain-lain.[8] Ini menunjukan bahwa jaringan intelektual Hamka ternyata sangat mempengaruhi tradisi keilmuanIslam di Indonesia. Eksistensinya sebagai seorang ulama besar yang intelek dan intelektual yang ulama semakin lama semakin  dirasakan.  Di sisi lain penelitian dan studi tentang sumbangan pemikiran dan jaringan intelektual Hamka terhadap kemajuan intelektual Islam di kawasan rumpun Melayu, khususnya Indonesia dan Malaysia terasa agak kurang dilakukan. Pada hal seperti yang telah disebutkan di atas bahwa jaringan intelektual Hamka bukan hanya terbatas  di Indonesia saja akan tetapi juga merambah ke kawasan negara-negara rumpun Melayu khususnya Malaysia dan Singapura bahkan sampai ke Timur Tengah.  Di Malaysia, buku-buku karya Hamka beredar secara luas dan mendapat tempat di kalangan masyarakat Melayu. Bahkan beberapa di antaranya dijadikan sebagai rujukan dan buku teks pada beberapa lembaga pendidikan. Beberapa karya tersebut telah dicetak ulang di Kuala Lumpur. Bagi orang-orang Melayu, Hamka adalah putra besar alam Melayu yang tampil  pada saat umat mengalami kegawatan menangani pelbagai persoalan berat yang diakibatkan oleh penjajah dan proses pembaratan. 

Sebagai seorang ilmuwan pemikir, Hamka, memberikan perhatian serius terhadap isu-isu kemelayuan dan keislaman. Sebagai seorang putra Melayu, Hamka sangat mencintai seluruh bumi Melayu  tanpa dihalangi oleh batas-batas wilayah. Sebagai seorang yang mempunyai kesadaran sejarah dan budaya, Hamka, tidak dapat melepaskan pola pikirnya dari ikatan kemelayuan yang serumpun seagama, serantau sebudaya.[9] Tingginya penghargaan masyarakat Melayu terhadap pemikiran Hamka, telah mengantarkan dirinya sebagai sosk yang dikagumi dan dicintai oleh berbagai kalangan. Atas dasar intelektualitasnya yang brilyan itulah kemudian kalangan ilmuwan dan akademisi Malaysia, menganugrahi Hamka penghargaan Doctor Honoris Causa  dari Universiti Kebangsaan Malaysia pada tahun 1974.   Atas dasar hubungan itulah pentingnya diangkat peneltian ini, sehingga sumbangan Hamka dalam menyatukan tradisi intelektual rumpun Melayu berdasarkan kesamaan agama dan budaya dapat ditelusuri lebih jauh sehingga memberikan sumbangan berharga bagi upaya memperkaya khazanah kepustakaan Islam di kedua negara serumpun.

B.      Rumusan dan Batasan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka persoalan pokok dalam penelitian ini adalah  Kenapa jaringan intelektual Hamka dapat mengaplikasikan Islam dalam konteks sosial budaya Melayu.
Agar penelitian ini lebih terarah, maka persoalan pokok tersebut dapat dikembangkan kepada beberapa rumusan masalah. Dengan rumusan ini diharapkan memberikan gambaran yang jelas terhadap pokok persoalan dalam penelitian ini, yakni: pertama, Faktor kultural Minangkabau mana yang mempengaruhi intelektual Hamka ? . Kedua, Apa faktor penyebab pemikiran Hamka dapat diterima di negara rumpun Melayu, khususnya Malaysia ?

C.      Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian tidak hanya mendeskripsikan tentang tokoh dan peristiwa yang terjadi sehubungan dengan perkembangan intelektual Islam dalam kontek sosio budaya rumpun Melayu, akan tetapi juga menelaah bagaimana dan apa sebabnya peristiwa itu terjadi. Selain itu, penelitian ini juga berupaya menggali dan mengungkapkan fakta dengan penjelasan berdasarkan suatu analisis yang bersandar kepada prosedur kerja penelitian sejarah. Melalui cara itu diharapkan akan dapat diungkap kembali berbagai realita sosial budaya dalam hubungan dengan sejarah intelektual di kawasan rumpun Melayu. 

Manfaat penelitian, pertama, diharapkan dapat menambah dan melengkapi khazanah kepustakaan Islam khususnya tentang Hamka sebagai seorang ulama besar, intelektual dan sejarawan yang pernah dimiliki oleh Alam Melayu. Kedua, sebagai sumbangan ilmiah bagi pemahaman Islam dalam konteks sosio budaya secara umum dan hubungannya dengan kemajuan tradisi intelektual di Alam Melayu, baik dalam bentuk pengayaan informasi faktual maupun sebagai sumbangan pengetahuan teoritis atau  metodologis.

D.      Tinjauan Pustaka

Kajian tentang perkembangan Islam dalam konteks sosio budaya di Alam Melayu dapat dilihat dari pelabagai persfektif, yakni berkaitan tokoh, lembaga dan struktur-struktur yang menjadi subyek dan obyek kajian. Penelitian ini menitikberatkan pembahasannya tentang aktivitas intelektual Hamka dalam mewarnai kehidupan keislaman di kawasan rumpun Melayu. Studi ilmiah tentang Hamka dan sumbangannya dalam tradisi keilmuan Islam khususnya di Indonesia telah banyak dilakukan kalangan akademisi. Beberapa di antaranya dapat dilihat,  misalnya karya Muhammad Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990. Ditulis pertama kali dalam bentuk desertasi dengan judul yang sama.  Buku ini lebih menyoroti tentang pemikiran Hamka dalam bidang tafsir sebagaimana yang terdapat di dalam tafsir al-Azhar. Buku lain yang tidak kalah pentingnya memuat tentang rihlah kehidupan Hamka adalah karya Rusydi Hamka di bawah judul, Pribadi dan Martabat Buya Prof. DR. Hamka, diterbitkan oleh Pustaka Panjimas Jakarta tahun 1983. Buku ini lebih banyak memaparkan tentang riwayat hidup ringkas dan aktivitas karir Hamka.  Penelitian lain adalah hasil karya Wilaela di bawah judul “Posisi Hamka dalam Historiografi Islam di Indonesia (Kajian Ayahku dan Antara Fakta dan Khayal Tuangku Rao)”, Tesis,  Padang: PPS IAIN Imam Bonjol, 1997. Tulisan ini menitikberatkan kajiannya kepada peranan dan posisi  dan metode yang dipakai Hamka di dalam penulisan sejarah Islam di Indonesia, khusus  yang tertuang  di dalam buku Ayahku  dan Antara Fakta dan Hayal Tuangku Rao. Karya Nasir Tamara, (eds.), Hamka di Mata Hati Umat, Jakarta: Sinar Harapan, 1983, sangat pantas dijadikan sebagai rujukan penelitian ini karena memuat tentang tulisan para tokoh dan sahabat Hamka tentang peranan Hamka di dalam pencerahan pemikiran umat. Lukmanul Hakim dalam penelitiannya yang berjudul “ Buku Sejarah Umat Islam Karya Hamka (Suatu Telaah Historiografi)”, Tesis,  Padang: PPS IAIN Imam Bonjol, 2004. Juga dapat dijadikan sebagai refrensi penelitian ini. Tulisan Mestika Zed, “ Hamka dan Studi Islam di Indonesia”, Historia: Jurnal Pendidikan sejarah,  No 3, Vol. II, Juni  2001, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dan sangat membantu pemetaan pemikiran Hamka tentang sejarah Islam di Indonesia. Tulisan lain yang juga dapat dijadikan rujukan penelitian ini adalah karya Azyumardi Azra,  “Hamka: Rihlah Kehidupan dan Kelembagaan” dalam Azyumardi Azra, Hitoriografi Islam Kontemporer: Wacana, Aktualitas dan Aktor Sejarah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002.  


(Proposal lengkap, Daftar Pustaka dan "lampiran" footnote, tidak dipublish) 
Sumber foto : google.picture.com/cc. panjimas

Tidak ada komentar: