Sabtu, 02 Juni 2012

Geisha Soekarno

Ditulis ulang : Muhammad Ilham 

"Salah besar kalau Soekarno suka melirik wanita cantik, yang benar, Soekarno menatap dengan kedua bulatan matanya" (Soekarno) 

“Stop Impor Bini Muda!”. Kata-kata di poster itu sangat jelas ditujukan kepada Presiden Soekarno. Seperti sudah umum diketahui, selain memiliki istri-istri pribumi, Soekarno pun mengambil seorang geisha bernama Naoko Nemoto menjadi pendamping hidupnya. Namun rupanya Naoko Nemoto bukanlah perempuan Jepang pertama yang hadir dalam hidup Bung Karno. Menurut Anusapati yang menukil pernyataan seorang penulis Jepang bernama Nishimura, empat tahun sebelum menikahi Naoko, Si Bung ternyata pernah menjalin cerita cinta dengan seorang gadis Jepang yang lain. Namanya Sakiko Tanase. “Ia adalah seorang model fesyen,”tulis Nishimura dalam The Concept of Power in Javanese Culture (1975). Perjumpaan pertama kali Bung Karno dengan Sakiko terjadi di Kyoto. Begitu berkenalan, nampak sekali Si Bung sudah merasa tertarik dengan sang geisha. Sinyal cinta sang presiden rupanya ditangkap secara manis oleh Kinoshita, sebuah perusahaan Jepang yang memiliki kepentingan menanamkan investasi di Indonesia saat itu. Lantas, jadilah Sakiko ‘dibawa’ oleh Grup Kinoshita sebagai bagian dari lobi bisnis tingkat tinggi di Indonesia. Ternyata Soekarno memang benar-benar jatuh cinta kepada Sakiko. Dan pada suatu hari di penghujung 1958, didatangkanlah Sakiko ke Indonesia, sebagai “pengajar anak-anak ekspatriat Jepang” di Jakarta. Namun aslinya, menurut Nishimura, Sakiko sebenarnya dijadikan sebagai salah satu nyonya rumah bagi Soekarno. Lengkap dengan nama Indonesianya : Ny.Basuki. 

Entah bagaimana, hubungan SS (Soekarno-Sakiko), tak berlangsung lama. Diperkirakan itu terjadi karena setahun kemudian, saat mengunjungi Jepang untuk kesekian kali, Soekarno jatuh cinta kembali kepada seorang perempuan Jepang berusia 19 tahun yang tentunya jauh lebih cantik. Dialah Naoko Nemoto, seorang geisha yang menjadi andalan lobi tingkat tinggi Grup Tonichi untuk memuluskan jalur bisnis di Indonesia. Sekembali dari Jepang, Soekarno mengundang Naoko Nemoto untuk berlibur ke Indonesia. Tahun 1959, tepatnya di hari keempat belas dalam bulan September, Naoko dengan suka cita datang ke Indonesia. Menurut penulis CM Chow, Naoko datang tidak sendiri, ia didampingi oleh dua geisha cantik lainnya. “Mereka ditempatkan di dalam rumah yang disediakan secara khusus oleh perusahaan Tonichi di Jakarta, “tulis CM Chow dalam Autobiography as told to Atoh Matsuda (1981). Lalu bagaimana nasib Sakiko setela dicuekan oleh Soekarno? Entah merasa dirinya “terbuang” atau mungkin ada masalah lain, diberitakan dua minggu usai kunjungan cinta Naoko itu, Sakiko Tanase memilih mengakhiri hidupnya. Demi mendengar kabar menyedihkan itu, Soekarno katanya sempat shock dan berurai air mata. Tapi, umumnya lelaki di dunia, duka itu bisa terhapus seketika. Obatnya? Apalagi jika bukan Naoko yang tiga tahun setelah kejadian itu, akhirnya dinikahi secara resmi oleh Soekarno. Kelak nama gadis Jepang kedua-nya itu ia rubah menjadi lebih me-nusantara : Ratna Sari Dewi.

Referensi (c) : Hendi Johari/Hendijo

Tidak ada komentar: