Ditulis ulang : Muhammad Ilham
"Salah besar kalau Soekarno suka melirik wanita cantik, yang benar, Soekarno menatap dengan kedua bulatan matanya" (Soekarno)
“Stop Impor Bini Muda!”. Kata-kata di poster itu sangat jelas ditujukan kepada Presiden Soekarno. Seperti sudah umum
diketahui, selain memiliki istri-istri pribumi, Soekarno pun mengambil
seorang geisha bernama Naoko Nemoto menjadi pendamping hidupnya. Namun
rupanya Naoko Nemoto bukanlah perempuan Jepang pertama yang hadir dalam
hidup Bung Karno. Menurut Anusapati yang menukil pernyataan seorang
penulis Jepang bernama Nishimura, empat tahun sebelum menikahi Naoko, Si
Bung ternyata pernah menjalin cerita cinta dengan seorang gadis Jepang
yang lain. Namanya Sakiko Tanase. “Ia adalah seorang model fesyen,”tulis
Nishimura dalam The Concept of Power in Javanese Culture (1975). Perjumpaan pertama kali Bung Karno dengan Sakiko terjadi di Kyoto.
Begitu berkenalan, nampak sekali Si Bung sudah merasa tertarik dengan
sang geisha. Sinyal cinta sang presiden rupanya ditangkap secara manis
oleh Kinoshita, sebuah perusahaan Jepang yang memiliki kepentingan
menanamkan investasi di Indonesia saat itu. Lantas, jadilah Sakiko
‘dibawa’ oleh Grup Kinoshita sebagai bagian dari lobi bisnis tingkat
tinggi di Indonesia. Ternyata Soekarno memang benar-benar jatuh
cinta kepada Sakiko. Dan pada suatu hari di penghujung 1958,
didatangkanlah Sakiko ke Indonesia, sebagai “pengajar anak-anak
ekspatriat Jepang” di Jakarta. Namun aslinya, menurut Nishimura, Sakiko
sebenarnya dijadikan sebagai salah satu nyonya rumah bagi Soekarno.
Lengkap dengan nama Indonesianya : Ny.Basuki.
Entah bagaimana,
hubungan SS (Soekarno-Sakiko), tak berlangsung lama. Diperkirakan itu
terjadi karena setahun kemudian, saat mengunjungi Jepang untuk kesekian
kali, Soekarno jatuh cinta kembali kepada seorang perempuan Jepang
berusia 19 tahun yang tentunya jauh lebih cantik. Dialah Naoko Nemoto,
seorang geisha yang menjadi andalan lobi tingkat tinggi Grup Tonichi
untuk memuluskan jalur bisnis di Indonesia. Sekembali dari
Jepang, Soekarno mengundang Naoko Nemoto untuk berlibur ke Indonesia.
Tahun 1959, tepatnya di hari keempat belas dalam bulan September, Naoko
dengan suka cita datang ke Indonesia. Menurut penulis CM Chow, Naoko
datang tidak sendiri, ia didampingi oleh dua geisha cantik lainnya.
“Mereka ditempatkan di dalam rumah yang disediakan secara khusus oleh
perusahaan Tonichi di Jakarta, “tulis CM Chow dalam Autobiography as
told to Atoh Matsuda (1981). Lalu bagaimana nasib Sakiko setela
dicuekan oleh Soekarno? Entah merasa dirinya “terbuang” atau mungkin
ada masalah lain, diberitakan dua minggu usai kunjungan cinta Naoko itu,
Sakiko Tanase memilih mengakhiri hidupnya. Demi mendengar kabar
menyedihkan itu, Soekarno katanya sempat shock dan berurai air mata.
Tapi, umumnya lelaki di dunia, duka itu bisa terhapus seketika. Obatnya?
Apalagi jika bukan Naoko yang tiga tahun setelah kejadian itu, akhirnya
dinikahi secara resmi oleh Soekarno. Kelak nama gadis Jepang kedua-nya itu ia rubah menjadi lebih me-nusantara : Ratna Sari Dewi.
Referensi (c) : Hendi Johari/Hendijo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar