"Tak selamanya catatan sejarah perang meninggalkan ketidakjantanan", kata sejarawan Marshal DGS. Hodgson. Perang, yang menurut van Clausewitz, sebagai bentuk akhir dari ikhtiar politik, juga mengenal sportifitas, salah satunya adalah cerita inspiratif antara Raja Inggris, Richard si Hati Singa dengan Salahuddin Al-Ayyubi, dua "lakon" utama Perang Salib. Ketika Richard si "Lion Heart" ini tengah menggigil demam di
tendanya, dan karena itu ia harus menunda ambisinya untuk segera menghancurkan pasukan Islam, ia kedatangan seorang tabib. Tabib
itu ternyata adalah musuh besarnya, Salahuddin Al-Ayyubi, panglima besar pihak
Islam yang dengan berani menyusup ke tenda lawan. Secara moral, Salahuddin
telah memenangkan pertarungan. Kisah tersebut sering dituturkan, dan menjadi
salah satu cerita paling menarik dalam peristiwa Perang Salib. Peristiwa perang
antar agama ini bermula dari sukses misi kecil militer Alp Arselan -pemimpin
Seljuk yang menjadi panglima perang Daulat Abbasiyah. Sekitar 15.000 tentaranya
berhasil mengalahkan pasukan gabungan Romawi, Perancis, Armenia, Ghuz, Akraj,
Hajr dalam pertempuran di Manzikart 464 Hijriah (1071 Masehi). Tentara Baghdad,
sepeninggal Arselan, malah merebut Yerusalem pada 471 Hijriah atau sekitar 1078
Masehi.
Sebelum itu, Yerusalem dikuasai oleh Kekhalifahan Fathimiyah
-dinasti beraliran Syi'ah yang berpusat di Kairo - Mesir. Fathimiyah memberi
keleluaasan bagi orang-orang Nasrani untuk berkunjung ke kota suci Yerusalem.
Abbasiyah di Baghdad membuat ketentuan baru yang mempersulit kunjungan
tersebut. Pada 1095 Masehi, pemimpin tertinggi Katolik Paus Urbanus II menyeru
seluruh masyarakat Kristen di Eropa agar melakukan Perang Suci. Seruan tersebut
segera disambut oleh para raja. Musim semi 1095 Masehi -demikian tulis Badri
Yatim di "Sejarah Peradaban Islam"-150 ribu pasukan, terutama dari
Perancis dan Norman, bergerak ke Konstantinopel dan kemudian Yerusalem. Nicea
dan Edessa berhasil mereka rebut pada 18 Juni 1097 dan 1098. Mereka kemudian
merebut Antiokia. Baitul Maqdis atau Yerusalem bahkan jatuh pada 15 Juli 1099. Yerusalem
bahkan dijadikan ibukota kerajaan baru. Godfrey diangkat sebagai raja.
Kota-kota penting di pantai Laut Tengah seperti Tyre, Tripoli dan Akka juga
berhasil dikuasai Pasukan Salib. Hampir setengah abad wilayah Yerusalem dan laut Tengah itu penuh
dalam kekuasaan Kristen. Namun, pada 1144, ketenangan itu terusik. Penguasa
Mosul dan Irak, Imaduddin Zanki dan anaknya, Nuruddin Zanki merebut wilayah
Aleppo dan Edessa. Pada 1151, seluruh kawasan di Edessa berhasil mereka kuasai.
Ini mendorong Paus Eugenius III kembali menyerukan perang suci. Raja Perancis
Louis III dan Raja Jerman Condrad III memimpin pasukan menggempur kekuatan
Islam. Namun mereka kalah, dan terpaksa mundur. Salahuddin Al-Ayyubi, panglima
yang memegang kendali pasukan setelah Nuruddin wafat, malah mencatat sukses
besar.
Ia mendirikan kekhalifahan Ayyubiyah di Mesir menggantikan
kekuasan Fathimiyah. Pada 1187, ia berhasil merebut Yerusalem dan mengakhiri
kekuasaan kaum Nasrani di sana selama 88 tahun. Pasukannya juga harus
berhadapan dengan kekuatan paling besar yang dikomandoi Raja Inggris Richard,
Raja Perancis Philip Augustus serta Raja Jerman Frederick Barbarosa. Pada 2
Nopember 1192, Salahuddin -tokoh terbesar Kurdi (bangsa yang sekarang terbelah
di tanah yang menjadi wilayah Irak, Syria, Turki dan Iran)-menandatangani
perjanjian dengan musuhnya. Ia akan memberi kemudahan kaum Nasrani berkunjung
ke Yerusalem. Namun pihak Kristen, yang dikomandoi Raja Jerman Frederick II,
kemudian mengincar kembali Yerusalem. Mereka berhasil merebut wilayah Dimyar,
pada 1219. Pengganti Salahuddin, Malik al-Kamil, kemudian menukar Dimyar dengan
Yerusalem. Kalangan Nasrani sempat menguasai kembali Baitul Maqdis sekitar
seperempat abad. Namun, angin kembali berubah. Di Mesir, kekuasaan kekhalifahan
Ayyubiyah diakhiri oleh dinasti Mamluk. Malik al-Shalih, pemimpin Mamluk
merebut kembali Baitul Maqdis, pada 1247. Setelah itu, perang Islam-Kristen masih terus terjadi sampai kota
Akka direbut lagi oleh pihak Islam pada 1291. Perang Salib telah mengantarkan
orang-orang Eropa dalam jumlah besar untuk berinteraksi dengan masyarakat
Islam. Interaksi tersebut membuat mereka banyak mengadopsi peradaban dari
kalangan muslim. 'Bath-up' yang menjadi tempat mandi masyarakat Barat sekarang
ini, kabarnya diadopsi dari bejana tempat berwudhu orang-orang Turki muslim.
Namun Perang Salib juga melahirkan provokasi kebencian terhadap Islam di
lingkungan masyarakat Barat.
2 komentar:
Kita menghendaki kebangkitan yang benar dan berdiri di atas pencampakan semua akidah, pemikiran atau sistem yang tidak terpancar dari Islam. Kita pun menghendaki kebangkitan yang tegak di atas pelepasan segala hal yang menyalahi Islam sejak dari akarnya. Semua itu tidak akan pernah tercapai, kecuali dengan melanjutkan kehidupan Islam dan mengubah negeri dari dar al-kufr menjadi Dar al-Islam.
ship
Posting Komentar