Selasa, 27 Maret 2012

Ariel Sharon dan Sabra Shatilla Massacre

Oleh : Muhammad Ilham

Ariel Sharon (mantan Perdana Menteri Israel) yang digelari "Tukang Jagal dari Beirut" mengingatkan dunia pada tragedi pembantaian Qibya tanggal 13 Oktober 1953, dan 96 orang Palestina tewas oleh Unit 101 yang dipimpinnya. Selanjutnya, bersama dengan Menachen Begin, Sharon melakukan pembantaian Sabra dan Shatila di Libanon pada 1982, 3.000 - 3.500 jiwa terbunuh. Begin (bersama-sama dengan Anwar Sadat dan Jimmy Carter dihadiahi Nobel Perdamaian). Sementara itu, jalan hidup Moammar Qaddafi teramat berbeda dengan "mentornya" Gamal Abdel Nasser. Nasser "pergi" akibat sakit setelah peperangan (perang Arab-Israel) usai pada 28 September 1970, sementara Sang Kolonel "terbang" akibat laras senapan rakyatnya sendiri. Tapi ada satu pertanyaan yang mengemuka : "Mengapa Nicholas Sarkozy, Perdana Menteri Perancis yang berhidung mancung-melengkung itu mengatakan bahwa Khaddafi tidak layak pimpin rakyat Libya, sementara sebelumnya, Sarkozy adalah sohib akrab Khaddafi bahkan si Moammar ini menjadi penyandang dana terbesar kala Sarkozy ikut Pilkada-nya Perancis ?". Terlepas salah benar-nya Khaddafi, sudah sepantasnya dunia "memperkatakan" bahwa begitu berbedanya perlakuan barat pada Khaddafi dibandingkan dengan Ariel Sharon.

(Teringat kembali dengan dialog antara seorang Nelayan kecil dengan Alexander Agung. Alexander the Great putra Philipus penguasa Macedonia ini "menilang" seorang nelayan karena menangkap ikan di wilayahnya. Dengan teramat ketus, si Nelayan tadi berkata pada murid Aristoteles ini : "saya mengambil ikan di tempat saya, anda bilang saya pencuri,  sementara anda mencaplok wilayah orang lain, anda dianggap pahlawan"). Tajam Sebelah !.

Foto 01 : Ariel Sharon (kanan) dengan Panglima Angkatan Bersenjata Israel legendaris pada masa perang Arab-Israel, Jenderal Moshe "si mata satu" Dayan. 




Foto 02 : Sabra Sathila Massacre



Sumber foto : jenial.us

Tidak ada komentar: