Senin, 04 April 2011

Moammar Qaddafi Sang "Abu Nawas"

Ditulis ulang : Muhammad Ilham

Duduknya Moammar Gaddafi selama 40-an tahun di singgasana Libya, bukanlah sekedar tertiup angin. Ia memang sosok pemberani dan tak mudah digertak, oleh karena didukung kecerdasan, strategi dan kemampuan tak sembarangan hingga memecah rekor sebagai presiden terlama. Dan pola “berseteru tetapi bersekutu” dengan Amerika Serikat (AS) dan Negara Barat pun sudah dilakoni namun password tetap dalam genggamnya. Qaddafi mampu mengolah lalu menghadapkan antara Liga Arab yang cenderung pro Barat versus Panel Afrika atau Uni Afrika (AU), yaitu "Dewan Persatuan" negara Afrika Utara yang peduli atas gejolak di negeri kawasan, dimana doeloe juga menghandel konflik internal di Sudan, sebelum akhirnya diambil alih PBB. Adapun password lain yang dipegang Gaddafi ialah penyimpanan harta kekayaan Libya di Swiss sebagai kawasan dan negara netral dalam perspektif hukum internasional. Bandingkan dengan Dinasti Saud (Saudi Arabi) yang menyimpan berbagai kekayaannya di bank-bank AS, lalu membuatnya cenderung ”membebek” kepada Barat. Barangkali isue “pembekuan aset” Libya dan lain-lain oleh AS dan sekutu cuma sekedar gaung bergema di awang-awang, oleh karena Swiss pun tak mau “jatuh” kredibilitasnya di mata berbagai elemen dan masyarakat dunia atas kehormatan selaku negeri paling aman dan netral di muka bumi. Tidak semudah itu “main beku-bekuan aset”.

Dan rencana untuk mengepung Libya melalui kekuatan militer, diduga itu hanya gertak sambal mengingat AS dan NATO kini “sangat lelah” menghadapi kelompok Taliban cs di Afghanistan selama 10-an tahun, apalagi mau menghadapi militer canggih suatu negara berdaulat sekelas Libya, AS dan sekutu bisa porak-poranda sebelum perayakan Tahun Baru 2012. Kalaupun terjadi penyerangan terhadap Libya, hal itu merupakan tindakan nekad, sebab selain semakin membuat terpuruk ekonomi negara-negara agresor juga bakal menerima kecaman baik dari dalam dan terutama dari luar negeri meski AS dan sekutu telah mengantongi resolusi PBB. Tampaknya, kecamuk di Libya merupakan panggung pertarungan dua konsep/strategi antara Smart Power-nya AS versus “Kecerdasan (politik) Abu Nawas”-nya Gaddafi. Siapa yang bakal menang?

Sumber narasi : theglobalreview/M.A. Pranoto. Foto : www.mehr.com

Tidak ada komentar: