Oleh : Muhammad Ilham
Ketika Opini "si pembunuh" terbentuk oleh
media terhadap Bashaar al-Asaad, Presiden Suriah, izinkan saya untuk
memiliki pandangan lain. Bashaar al-Asaad, dikenal tak segarang
ayahnya, Hafeez al-Assaad. Hafeez al-Assaad, dikenal sebagai salah
satu penentu konstelasi politik Timur Tengah pada era 1980-an
bersama-sama dengan Anwar Sadat, sehingga (pernah) muncul diktum : "Di
Timur Tengah tak ada damai tanpa Mesir, tak ada perang tanpa Suriah".
Siapa Bashaar al-Assaad ?
Asad adalah satu-satunya pemimpin Arab yang hingga hari ini tetap teguh menolak berdamai dengan Israel, Asad bahkan membantu Hizbullah untuk melawan invasi Israel ke Lebanon selatan,
bahkan Asad menyediakan perlindungan bagi aktivis-aktivis top Hamas. Syiria - Asad adalah ‘ayah’ bagi jutaan pengungsi Palestina dan Irak.
Sejak 63 tahun yang lalu, Syria adalah tempat berlindung bagi
orang-orang Palestina yang terusir dari tanah air mereka sendiri. Syria
bahkan menjadi markas perjuangan Hamas untuk membebaskan Palestina dari
penjajahan Israel. Kondisi 500.000 pengungsi Palestina di Syria
jauh lebih baik daripada kondisi pengungsi Palestina di Lebanon atau
Jordan. Para pengungsi itu mendapat layanan kesehatan dan perumahan yang
sama sebagaimana rakyat Syria. Lebih dari itu, perang Irak pun membawa
dampak membanjirnya pengungsi ke Syria. AS yang konon datang ke
Irak untuk menyelamatkan rakyat Irak, justru telah menyebabkan 1,5 juta
warga Irak terpaksa mengungsi, menjauhkan diri dari berbagai aksi
kekerasan di Irak. Bagi Syria yang berpenduduk 18 juta jiwa itu,
kedatangan 2000 pengungsi per hari (data tahun 2007) , jelas memerlukan
sebuah kelapangan hati yang luar biasa. Bandingkan dengan Mesir
era Mubarak yang dengan bengis menutup pintu perbatasan Rafah,
menghalangi pengungsi Palestina, yang sekarat sekalipun, untuk
mendapatkan pertolongan.
Menurut UNHCR, kedatangan pengungsi
dalam jumlah sangat besar itu menambah berat beban Syria karena mereka
diberi layanan sebagaimana warga Syria: pendidikan, kesehatan, rumah,
dan subsidi minyak. Tak heran bila Syria disebut sebagai negara yang
terbaik di kawasan Timur Tengah dalam memberikan layanan sosial dan
ekonomi bagi para pengungsi. Dan kini, AS dan sekutu-sekutunya
berupaya menggulingkan Assad dengan alasan demokrasi. Namun, alasan
sesungguhnya adalah jelas: Asad adalah satu-satunya pemimpin Arab yang
hingga hari ini tetap teguh menolak berdamai dengan Israel, Asad bahkan
membantu Hizbullah untuk melawan invasi Israel ke Lebanon selatan,
bahkan Asad menyediakan perlindungan bagi aktivis-aktivis top Hamas. Bagi Israel, Asad adalah duri dalam daging. Dan kepada AS-lah Israel
meminta bantuan untuk menyingkirkan Asad. AS, lagi-lagi, menggunakan
cara lama, membiayai kelompok-kelompok oposan di Syria untuk melawan
Asad. Media pun digunakan untuk membesar-besarkan demo di Syria (bahkan
dengan cara curang sekalipun, dengan menggunakan kamuflase gambar-
gambar dan video). Bahkan, untuk kasus Libya dan Syria, justru Al
Jazeera (yang sering dicitrakan sebagai media non-Barat) yang menjadi
ujung tombak untuk menggalang opini dunia agar AS diberi hak untuk
melakukan ‘humanitarian intervention’: menyerbu Libya dan Syria,
menggulingkan Qaddafi dan Asad, dan mengganti keduanya dengan pemimpin
yang bisa ‘diatur’.
Sumber/Referensi tulisan miring :
http://dinasulaeman.wordpress.com/2011/05/23/syria-prahara-di-negeri-kaum-pengungsi/
& Cakrawala Sains Facebook
Foto : presidenassad.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar