Ditulis ulang : Muhammad Ilham
Aung San Suu Kyi (baca : Su Ci) ..... "Where are You ?"
Burma
merupakan negara besar multi etnis dan multiagama. Sejak merdeka tahun
1948 sudah ada konflik dimana etnis minoritas menginginkan merdeka atau
otonomi. Ketika tahun 1962 rejim diktator militer berkuasa, konflik ini
semakin membesar karena rejim juga semakin keras ingin memadamkan
pemberontakan. Ada banyak etnis yang menginginkan kemerdekaan atau
otonomi, diantaranya : 800 ribu Rohingya yang beragama Islam; 1,5 juta Kachin yang memeluk animisme; 3,5 juta Karen yang beragama Buddha dan Kristen serta 800 ribu Wa yang memeluk animisme. Rejim
militer Burma telah membunuh tidak kurang dari 700 ribu warganya selama
berkuasa termasuk puluhan ribu bhiku Buddha yang menentang pemerintah. Minoritas
Muslim Rohingya memang terdiskriminasi, tapi juga minoritas Kachin,
Karen, Wa, dsb yang jumlahnya jauh lebih banyak. Walaupun konflik
terakhir membuat Rohingya menjadi pemberitaan, tapi korbannya tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan pembunuhan rejim atas orang Buddha
sendiri. Dilema terbesar Rohingya justru datang dari kalangan umat Islam
sendiri, Negara Muslim Bangladesh yang juga punya 300 ribu warga
Rohingya tidak mau mengakui mereka sebagai warga negara Bangladesh
bahkan mengirimkan kembali mereka ke Burma yang berakibat fatal karena
mereka semakin dieksploitasi oleh rejim militer. Ditambah dengan
keengganan Malaysia dan Indonesia untuk membantu orang Rohingya, maka
lengkap sudah penderitaan orang Rohingya. Tidak ada satu negarapun
mengakui mereka bahkan yang negara Islam dan nasib mereka akan selalu
menjadi pengungsi dimanapun mereka berada. Padahal solusi masalah
Rohingya cukup sederhana, mengharapkan rejim militer untuk mengakui
minoritas Muslim adalah mimpi di siang bolong karena siapapun yang
menentang akan mereka bantai bahkan yang beragama Buddha sekalipun.
Lalu, ketika kasus kemanusiaan di Burma ini terjadi, dimanakah Suu Kyi "berada?".
Berbagai
kritikan dilontarkan pada pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi
termasuk oleh pendukungnya sendiri karena ikon demokrasi itu enggan
membuat pernyataan sehubungan dengan penindasan yang dilakukan militer
terhadap etnis Rohingya. Kelompok aktivis yang mendukung Suu Kyi menuduh
ikon HAM itu berdiam diri terhadap isu kemanusiaan dan perlakukan buruk
oleh tentara pemerintah terhadap etnis Rohingya. PBB menganggap
Rohingya adalah etnis paling teraniaya di dunia. Suu Kyi juga dikritik
sengaja menghindar mengomentari isu yang telah berlangsung selama
delapan minggu di negeri Rakhine, Myanmar barat. Ratusan orang
dilaporkan tewas dan puluhan ribu lagi penduduk terpaksa mengungsi dari
rumah mereka. Laporan lain menyatakan pihak militer memukul, mengancam
dan membunuh etnis Rohingya. Suu Kyi juga enggan mengkritik Presiden
Thein Sein. Padahal tindakan mantan jenderal militer itu mendukung
kebijakan yang mendorong terjadinya penghapusan etnis. Thein Sein
mengatakan, sekitar 800.000 etnis Rohingya harus ditempatkan pada kamp
pengungsi dan dikirim ke perbatasan Bangladesh. Direktur Eksekutif
Kampanye Myanmar-Inggris, Anna Roberts mengatakan, Suu Kyi berada dalam
situasi sulit, namun orang banyak kecewa karena ia tidak menyatakan
sikapnya berhubung isu Rohingya. “Suu Kyi melepaskan peluang untuk membangkitkan isu mengenai HAM,” kata Brad Adams, Direktur Pemerhati HAM Asia.
Ketika
ditanya tentang isu Rohingya, Suu Kyi dalam pernyataan kurang jelas
menyatakan pentingnya ‘menghormati kedaulatan hukum’ atau hukum imigrasi
perlu direformasi menjadi yang lebih jelas. Pendirian yang kabur itu,
menunjukkan bahwa Suu Kyi menganggap etnis Rohingya Islam itu sebagai
pendatang haram. Pada ucapan pertamanya di Parlemen pada Rabu pekan ini,
Suu Kyi menegaskan tentang pentingnya melindungi hak asasi kelompok
minoritas yang lebih mengacu kepada kelompok penganut Buddha di Karen
dan Shan. Suu Kyi tidak menyebutkan kekerasan komunal bulan lalu di
Myanmar bagian barat antara Rakhine yang beragama Buddha dan kaum
Rohinya Muslim yang memangsa sedikitnya 78 orang tewas dan memicu tindak
kerasan tentara pemerintah. Peraih hadiah Nobel Perdamaian itu memang
telah lama memperjuangkan hak-hak minoritas etnis, termasuk etnis Shan,
Karen dan Kachin, tetapi dikritik oleh kelompok hak asasi karena tidak
menjanjikan dukungan kuat untuk etnis Rohingya. Kebanyakan orang
menganggap Rohingya Myanmar dikembalikan saja ke Bangladesh.
Diperkirakan 800.000 Rohingya hidup di negara bagian Rakhine di Myanmar
dan setidaknya 200.000 lebih di Bangladesh. Mereka tidak diakui oleh
kedua negara.
Suu Kyi, saya dan kami tahu bahwa kamu sedang melihat semua yang terjadi, walau (karena pilihan tertentu), tanganmu kamu tutupkan ke wajahmu !
Suu Kyi, saya dan kami tahu bahwa kamu sedang melihat semua yang terjadi, walau (karena pilihan tertentu), tanganmu kamu tutupkan ke wajahmu !
Catatan Tambahan(detik.com/AFP Press)
Sekitar 80 orang warga muslim Rohingya tewas dalam kerusuhan sektarian
di Myanmar pada Juni lalu. Kelompok-kelompok HAM menuding pasukan
militer Myanmar ikut melakukan kekerasan terhadap warga Rohingya. Tapi
siapa itu kaum Rohingya? Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menyebut mereka sebagai minoritas dari Burma barat yang termasuk sebagai
minoritas paling teraniaya di dunia. Namun pemerintah Burma menyebut
mereka sebagai migran dari sub-benua India. Negeri tetangga Bangladesh
telah menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya dari Burma dan
menyatakan tak bisa lagi menerima yang lainnya. Sejak kekerasan
sektarian Juni lalu yang menewaskan sekitar 80 warga Rohingya, ratusan
pengungsi telah mencoba masuk ke Bangladesh. Namun setibanya di
Bangladesh, mereka ditolak. Akibatnya, banyak yang tinggal secara
sembunyi-sembunyi karena dianggap sebagai imigran ilegal oleh
Bangladesh. Seperti dilansir New.com.au, Rabu
(1/8/2012), diperkirakan ada sekitar 800 ribu muslim Rohingya yang
tinggal di Burma barat. Pemerintah Bangladesh menyatakan sudah ada
sekitar 400 ribu warga Rohingya yang tinggal di negeri itu, yang
sebagian besar tinggal secara ilegal.
Bangladesh yang merasa warga Rohingya adalah milik Burma, telah mengusir hampir 1.500 orang Rohingya untuk kembali ke Burma sejak Juni lalu. Alasannya, pemerintah Bangladesh tak sanggup lagi membantu mereka (lihat : youtube.com - dibawah). Namun sebagian dari mereka berhasil tinggal di Bangladesh secara diam-diam. Mereka khawatir jika otoritas Bangladesh mengetahui keberadaan mereka, mereka akan segera dipulangkan ke Burma. Otoritas Bangladesh bertekad untuk menghentikan aliran masuknya pengungsi Rohingya. Kadang kala orang-orang Rohingya ini terlibat dalam perdagangan narkoba, perdagangan manusia dan aktivitas antisosial lainnya yang benar-benar berdampak pada stabilitas sosial di wilayah ini. Warga Rohingya membantah tudingan tersebut. Warga muslim Rohingya telah membanjiri Bangladesh dalam 30 tahun terakhir. Mereka ditolak hak kewarganegaraan dan hak-hak lainnya di Burma. Tak salah jika PBB dan kelompok-kelompok HAM menyebut Rohingya sebagai salah satu minoritas paling teraniaya di dunia.
Bangladesh yang merasa warga Rohingya adalah milik Burma, telah mengusir hampir 1.500 orang Rohingya untuk kembali ke Burma sejak Juni lalu. Alasannya, pemerintah Bangladesh tak sanggup lagi membantu mereka (lihat : youtube.com - dibawah). Namun sebagian dari mereka berhasil tinggal di Bangladesh secara diam-diam. Mereka khawatir jika otoritas Bangladesh mengetahui keberadaan mereka, mereka akan segera dipulangkan ke Burma. Otoritas Bangladesh bertekad untuk menghentikan aliran masuknya pengungsi Rohingya. Kadang kala orang-orang Rohingya ini terlibat dalam perdagangan narkoba, perdagangan manusia dan aktivitas antisosial lainnya yang benar-benar berdampak pada stabilitas sosial di wilayah ini. Warga Rohingya membantah tudingan tersebut. Warga muslim Rohingya telah membanjiri Bangladesh dalam 30 tahun terakhir. Mereka ditolak hak kewarganegaraan dan hak-hak lainnya di Burma. Tak salah jika PBB dan kelompok-kelompok HAM menyebut Rohingya sebagai salah satu minoritas paling teraniaya di dunia.
Data diolah dari : CNN/Reuters/AFP News/detik.com & youtube.com (cc) Double DN.
Sumber Foto : Reuters
Tidak ada komentar:
Posting Komentar