Rabu, 01 Agustus 2012

Rohingya : Suu Kyi, Where are You ?

Ditulis ulang : Muhammad Ilham 

Aung San Suu Kyi (baca : Su Ci) ..... "Where are You ?" 

Burma merupakan negara besar multi etnis dan multiagama. Sejak merdeka tahun 1948 sudah ada konflik dimana etnis minoritas menginginkan merdeka atau otonomi. Ketika tahun 1962 rejim diktator militer berkuasa, konflik ini semakin membesar karena rejim juga semakin keras ingin memadamkan pemberontakan. Ada banyak etnis yang menginginkan kemerdekaan atau otonomi, diantaranya :  800 ribu Rohingya yang beragama Islam; 1,5 juta Kachin yang memeluk animisme; 3,5 juta Karen yang beragama Buddha dan Kristen serta  800 ribu Wa yang memeluk animisme.  Rejim militer Burma telah membunuh tidak kurang dari 700 ribu warganya selama berkuasa termasuk puluhan ribu bhiku Buddha yang menentang pemerintah.  Minoritas Muslim Rohingya memang terdiskriminasi, tapi juga minoritas Kachin, Karen, Wa, dsb yang jumlahnya jauh lebih banyak. Walaupun konflik terakhir membuat Rohingya menjadi pemberitaan, tapi korbannya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan pembunuhan rejim atas orang Buddha sendiri. Dilema terbesar Rohingya justru datang dari kalangan umat Islam sendiri, Negara Muslim Bangladesh yang juga punya 300 ribu warga Rohingya tidak mau mengakui mereka sebagai warga negara Bangladesh bahkan mengirimkan kembali mereka ke Burma yang berakibat fatal karena mereka semakin dieksploitasi oleh rejim militer. Ditambah dengan keengganan Malaysia dan Indonesia untuk membantu orang Rohingya, maka lengkap sudah penderitaan orang Rohingya. Tidak ada satu negarapun mengakui mereka bahkan yang negara Islam dan nasib mereka akan selalu menjadi pengungsi dimanapun mereka berada. Padahal solusi masalah Rohingya cukup sederhana, mengharapkan rejim militer untuk mengakui minoritas Muslim adalah mimpi di siang bolong karena siapapun yang menentang akan mereka bantai bahkan yang beragama Buddha sekalipun. 

Lalu, ketika kasus kemanusiaan di Burma ini terjadi, dimanakah Suu Kyi "berada?".

Berbagai kritikan dilontarkan pada pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi termasuk oleh pendukungnya sendiri karena ikon demokrasi itu enggan membuat pernyataan sehubungan dengan penindasan yang dilakukan militer terhadap etnis Rohingya. Kelompok aktivis yang mendukung Suu Kyi menuduh ikon HAM itu berdiam diri terhadap isu kemanusiaan dan perlakukan buruk oleh tentara pemerintah terhadap etnis Rohingya. PBB menganggap Rohingya adalah etnis paling teraniaya di dunia. Suu Kyi juga dikritik sengaja menghindar mengomentari isu yang telah berlangsung selama delapan minggu di negeri Rakhine, Myanmar barat. Ratusan orang dilaporkan tewas dan puluhan ribu lagi penduduk terpaksa mengungsi dari rumah mereka. Laporan lain menyatakan pihak militer memukul, mengancam dan membunuh etnis Rohingya. Suu Kyi juga enggan mengkritik Presiden Thein Sein. Padahal tindakan mantan jenderal militer itu mendukung kebijakan yang mendorong terjadinya penghapusan etnis. Thein Sein mengatakan, sekitar 800.000 etnis Rohingya harus ditempatkan pada kamp pengungsi dan dikirim ke perbatasan Bangladesh. Direktur Eksekutif Kampanye Myanmar-Inggris, Anna Roberts mengatakan, Suu Kyi berada dalam situasi sulit, namun orang banyak kecewa karena ia tidak menyatakan sikapnya berhubung isu Rohingya. “Suu Kyi melepaskan peluang untuk membangkitkan isu mengenai HAM,” kata Brad Adams, Direktur Pemerhati HAM Asia.

Ketika ditanya tentang isu Rohingya, Suu Kyi dalam pernyataan kurang jelas menyatakan pentingnya ‘menghormati kedaulatan hukum’ atau hukum imigrasi perlu direformasi menjadi yang lebih jelas. Pendirian yang kabur itu, menunjukkan bahwa Suu Kyi menganggap etnis Rohingya Islam itu sebagai pendatang haram. Pada ucapan pertamanya di Parlemen pada Rabu pekan ini, Suu Kyi menegaskan tentang pentingnya melindungi hak asasi kelompok minoritas yang lebih mengacu kepada kelompok penganut Buddha di Karen dan Shan. Suu Kyi tidak menyebutkan kekerasan komunal bulan lalu di Myanmar bagian barat antara Rakhine yang beragama Buddha dan kaum Rohinya Muslim yang memangsa sedikitnya 78 orang tewas dan memicu tindak kerasan tentara pemerintah. Peraih hadiah Nobel Perdamaian itu memang telah lama memperjuangkan hak-hak minoritas etnis, termasuk etnis Shan, Karen dan Kachin, tetapi dikritik oleh kelompok hak asasi karena tidak menjanjikan dukungan kuat untuk etnis Rohingya. Kebanyakan orang menganggap Rohingya Myanmar dikembalikan saja ke Bangladesh. Diperkirakan 800.000 Rohingya hidup di negara bagian Rakhine di Myanmar dan setidaknya 200.000 lebih di Bangladesh. Mereka tidak diakui oleh kedua negara.

Suu Kyi, saya dan kami tahu bahwa kamu sedang melihat semua yang terjadi, walau (karena pilihan tertentu), tanganmu kamu tutupkan ke wajahmu !




Catatan Tambahan(detik.com/AFP Press)

Sekitar 80 orang warga muslim Rohingya tewas dalam kerusuhan sektarian di Myanmar pada Juni lalu. Kelompok-kelompok HAM menuding pasukan militer Myanmar ikut melakukan kekerasan terhadap warga Rohingya. Tapi siapa itu kaum Rohingya? Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut mereka sebagai minoritas dari Burma barat yang termasuk sebagai minoritas paling teraniaya di dunia. Namun pemerintah Burma menyebut mereka sebagai migran dari sub-benua India. Negeri tetangga Bangladesh telah menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya dari Burma dan menyatakan tak bisa lagi menerima yang lainnya. Sejak kekerasan sektarian Juni lalu yang menewaskan sekitar 80 warga Rohingya, ratusan pengungsi telah mencoba masuk ke Bangladesh. Namun setibanya di Bangladesh, mereka ditolak. Akibatnya, banyak yang tinggal secara sembunyi-sembunyi karena dianggap sebagai imigran ilegal oleh Bangladesh. Seperti dilansir New.com.au, Rabu (1/8/2012), diperkirakan ada sekitar 800 ribu muslim Rohingya yang tinggal di Burma barat. Pemerintah Bangladesh menyatakan sudah ada sekitar 400 ribu warga Rohingya yang tinggal di negeri itu, yang sebagian besar tinggal secara ilegal.     

Bangladesh yang merasa warga Rohingya adalah milik Burma, telah mengusir hampir 1.500 orang Rohingya untuk kembali ke Burma sejak Juni lalu. Alasannya, pemerintah Bangladesh tak sanggup lagi membantu mereka (lihat : youtube.com - dibawah). Namun sebagian dari mereka berhasil tinggal di Bangladesh secara diam-diam. Mereka khawatir jika otoritas Bangladesh mengetahui keberadaan mereka, mereka akan segera dipulangkan ke Burma. Otoritas Bangladesh bertekad untuk menghentikan aliran masuknya pengungsi Rohingya.  Kadang kala orang-orang Rohingya ini terlibat dalam perdagangan narkoba, perdagangan manusia dan aktivitas antisosial lainnya yang benar-benar berdampak pada stabilitas sosial di wilayah ini. Warga Rohingya membantah tudingan tersebut. Warga muslim Rohingya telah membanjiri Bangladesh dalam 30 tahun terakhir. Mereka ditolak hak kewarganegaraan dan hak-hak lainnya di Burma. Tak salah jika PBB dan kelompok-kelompok HAM menyebut Rohingya sebagai salah satu minoritas paling teraniaya di dunia.



Data diolah dari : CNN/Reuters/AFP News/detik.com & youtube.com (cc) Double DN.
Sumber Foto : Reuters

Tidak ada komentar: