Oleh : Muhammad Ilham & Imla W. Ilham
Tuhan mencipta cahaya
Manusia mencipta lampu
(Sitok S.)
Ah
.... Anak selalu mengandung hal-hal yang mempesonakan. Tanpa terasa,
usiamu sudah menginjak 9 tahun. Sudah sekian purnama kamu lalui.
Tiap kali matamu terpejam, menyiapkan tubuhmu untuk sekolah besok pagi,
ada pertanyaan-pertanyaan yang selalu mendatangi aku, ayahmu : "Apa
sebenarnya rencana Tuhan dengan dirimu ? Apa sebabnya pada suatu hari
sembilan tahun yang lalu, kamu dititipkan-NYA kepadaku - hingga saya
bahagia seumpama ibumu, sekaligus cemas ?". Entah mengapa pertanyaan ini selalu muncul ? Padahal pujangga India - Rabindranath Tagore pernah berujar : "setiap anak tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia".
Anakku, mari kita bicara Statistik. Di India, kampungnya Tagore, 22
juta bayi - lebih kurang - dilahirkan setiap tahun. Ini berarti tiap
hari lahir 60.000 nyawa, 20 anak per menit. Jangan dibayangkan, berapa
bayi yang melihat dunia di negeri Cina. Dengan statistik sekencang itu,
benarkah Tuhan mengirimkan pesan yang sama ?.
Anakku,
kian hari dunia kian penuh. Jumlah orang lapar tak berkurang, meskipun
orang kenyang bertambah. Jumlah kesempatan bertambah, meskipun
kesempitan tak berkurang. Tiga tahun lalu, pada pagi di bulan Juli, saya
lihat orang-orang tua berduyun-duyung antre untuk mendaftarkan anaknya
masuk Sekolah Dasar. Tak semuanya dapat tempat. Tak semuanya mampu untuk
sekedar mendapatkan sebuah kursi, sepotong ruang dan secercah perhatian
ibu guru. Kau beruntung nak, mendapatkannya. Awal sebuah perjalanan
panjang. Apa sebenarnya rencana Tuhan padamu ? Ah ... kamu sendiri tak
akan mampu menjawabnya, harusnya ayah yang menanyakan hal itu pada
Tuhan. Tapi itulah repotnya .... tak mudah mendapat jawaban dari-Nya.
Maka lebih baik kuletakkan tanganku di rambutmu dan berharap, "Datanglah
dan duduklah dalam haribaan yang tak terbatas anakku". Aku ingin kamu
seperti air yang mengalir, karena kamu pantas untuk mengalir. Biarlah
ayah seumpama air diam. Karena kamu butuh bercermin di kediamannya air,
karena kamu tidak akan dapat melihat bayangan dirimu di dalam air yang
mengalir, pada air yang diam itulah kamu bisa bercermin - pada ayah dan
ibunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar