aku pergi tahlil, kau bilang itu amalan jahil
aku baca shalawat burdah, kau bilang itu bid’ah
lalu aku harus bagaimana…?
aku bertawasul dengan baik, kau bilang aku musrik
aku ikut majlis zikir, kau bilang aku kafir
lalu aku harus bagaimana…?
aku shalat pakai lafadz niat, kau bilang aku sesat
aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid
lalu aku harus bagaimana…?
aku gemar berziarah, kau bilang aku alap-alap berkah
aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan
lalu aku harus bagaimana…?
aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membawa kebaikan
aku ikuti tasawuf sufi, malah kau suruh aku menjauhi
ya sudahlah… aku ikut kalian…
kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang
kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot
kan ku hitamkan jidat, agar dikira ahli ijtihad
aku kan sering menghujat, biar dikira hebat
aku kan sering mencela, biar dikira mulia
ya sudahlah… aku pasrah pada Tuhan yang ku sembah… !!
(sebuah nukilan kritis berbentuk puisi dari KH. MUSTOFA BISRI anak dari KH. BISRI MUSTOFA - Hadratusyeikh Nahdlatul Ulama. Dianggap sebagai salah seorang ulama besar NU selain, misalnya Ulama-Ulama Langitan. Satu generasi dengan Gus Dur. Termasuk salah satu idola "generasi muda/intelektual muda NU". Hobinya : membaca kitab dan berkumpul dengan seniman dan rakyat biasa)
:: siap sholat Taraweh tadi, saya (ditanya : tepatnya) dikritisi oleh seorang jama'ah bahwa sholat itu pakai kain sarung, bukan celana panjang, karena itu BID'AH. Dan ia mendefenisikan BID'AH sebagai "tidak pernah dilakukan Rasulullah dalam ritual ibadah". Berangkat dari ini, saya kemudian mengatakan, "mari kita beri penguatan makna BID'AH tersebut".
- Orang yang tidak sayang sama istri dan anak-anaknya .... ITU BID'AH (karena Nabi SAW. tidak pernah melakukan ini)
- Orang yang tidak ramah pada tetangganya, ITU BID'AH (karena Nabi SAW. dikenal orang yang ramah, murah senyum lagi menyenangkan hati orang banyak)
- Orang yang tidak mau berbeda pendapat, ITU BID'AH (karena Nabi SAW. yang Ummi tersebut bahkan mau mendengar masukan dan arahan dari sahabat dan anaknya sendiri yang perempuan)
- Dan seterusnya.
Lantas Jama'ah saya tadi berkata, "Itu Bukan Ritual Ibadah, pak!".
Saya jawab, "saya hargai pendapat Bapak, tapi izinkan saya memiliki pendapat ..... Bapak adalah SEKULER, karena ibadah bagi Bapak hanyalah sebatas Sarung dan Celana doank. Padahal, TACIRIK-pun bisa jadi ibadah".
Alhamdulillah beliau tersenyum. Kami-pun minum AQUA gelas di Musholla sambil terus ma ota-ota (sesuatu yang dahulunya - bila meminjam versi Bapak tadi - juga BID'AH).
Terlepas dari apa yang diutarakan di atas, saya hanya ingin mengatakan, "Wallahu a'lam bish shawab".
Sumber foto : lkis.org
Sumber : Muhammad Ilham Fadli Facebook
4 komentar:
Maaf mas, setahu saya itu bukan puisinya Gus Mus. Itu puisi bikinan AR Bolodewe. Silahkan periksa di: http://kangulumuddin.blogspot.com/2012/08/meniru-puisi-gus-mus-oleh-ar-bolodewe.html
Terima kasih
Allah menyuruhmu ber-tahlil, tapi engkau buat tahlilan
Nabi telah mengajarkan sholawat dengan keutamaannya, tapi engkau membuat sholawat burdah
Para sahabat bertawassul saat Nabi hidup saja, tapi engkau bertawassul kepada orang mati
Para sahabat melarang dzikir secara berjamaah tapi engkau membiasakannya
Nabi dan para sahabat tidak pernah melafadzkan niat tapi engkau melakukannya
Nabi dan para sahabat tidak merayakan maulid nabi, tapi engkau merayakannya
Ziarah untuk mengingat kematian, tapi engkau buat untuk bertawassul
Allah turunkan 114 Surat Alquran agar dipelajari, tapi kamu mengkhususkan yasin sebagai acara rutin
Nabi berwasiat agar berpegang terhadap sunnahnya, para sahabatnya tapi kamu buat ajaran yang menyelisihinya
Tidak isbal, memeliharan jenggot bukan kemauan kita, bukan pula tradisi arab, tapi sunnah Nabi
hitamnya jidat bukan kemauan, bukan pula sunnah, tapi murni alamiah
Kini yang menghampirimu adalah orang yang memberi nasehat, bukan pencela maupun penghujat
Jika engkau rela dirimu tetap begini, ya sudah lah aku pasrah atas kejahilanmu, maka lakukanlah semaumu
Oh.. Mustofa Bisri..
Hakekat dirimu kau tuangkan dalam puisi
Semua yang kau debat adalah ajaran Nabi
Tak ku sangka kau begitu berani
Ajaran Nabi kau tertawakan hi hi hi
Oh.. Mustofa Bisri..
Ketika dulu aku masih kuliah
Aku selalu datang dimanapun kau ceramah
Aku selalu menyimak perkataanmu yang penuh petuah
Aku semakin yakin kau wali penuh karomah
Oh.. Mustofa Bisri..
Kini aku terperanjat dan nelangsa
membaca pusimu berjudul "lalu aku harus bagaimana..??"
Kini kekagumanku padamu berangsur sirna
Mustofa Bisri yang dulu dan sekarang sudah berbeda
Oh.. Mustofa Bisri..
Seluruh Putra-Putri Nabi meninggal tidak di SELAMATI
Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
Membaca puisimu aku sangat ngeri
Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri
Ketika Nabi wafat tidak di SELAMATI
Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
Membaca puisimu aku sangat ngeri
Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri
Tak satupun sahabat yg gugur dan meninggal di SELAMATI
Tapi malah kau debat dalam bentuk puisi
Membaca puisimu aku sangat ngeri
Ada apa denganmu Oh.. Mustofa Bisri
Apakah kira-kira Nabi tidak mengerti..??
Putra-Putrinya meninggal tidak diselamati..??
Padahal beliau adalah seorang Nabi
Apa pendapatmu Oh.. Mustofa Bisri..
Apakah kira-kira Nabi tidak mengerti..??
Ada amalan mulia yaitu "SELAMAN dan KENDURI"
Padahal beliau adalah seorang Nabi
Apa pendapatmu Oh.. Mustofa Bisri..
Kau debat jenggot dan celana cingkrang..
Padahal itu Sunnah Nabi yang sangat terang
Seolah kau anggap kami yang mengarang..
Ada apa denganmu wahai Budayawan yang sudah malang melintang
Oh.. Mustofa Bisri..
Kau dahulu adalah IDOLA ku
Kini sikap dan tulisanmu membuatku pilu
Tarik lah semua puisi yang melecehkan Nabi mu dan Nabi ku
Semoga Alloh memberi hidayah padamu..
==dibuat oleh Dua Sahabat==
pengagum Gus Mus yang dulu
bukan gus mus yang sekarang
Iya, Mas Wildan Hakim benar. Itu bukan karangan gus mus. Uda di confirm di twitter (resmi) Gus Mus @gusmusgusmu.
Posting Komentar