Senin, 23 Juli 2012

Ariel dan Budaya Permisif

Oleh : Muhammad Ilham 

Ariel Peterpan @ Nazriel Irham Sang Cassanova - setidaknya demikian orang banyak memberikan gelar kepada sang vokalis jenis itu, 23 Juli nanti, bebas. Berita (akan) bebas bersaratnya Ariel begitu luar biasa, sehingga beberapa media massa butuh membuat tag-line sendiri untuk memberitakan saat-saat menjelang kebebasan ayah satu anak ini. Histeria luar biasa para "anak gadis" pun mulai terjadi. Beragam jenis rupa-rona kaum hawa mulai terlihat, setidaknya demikian "gambaran" acara-acara infotainment belakangan ini. Secara pribadi, walau saya termasuk orang yang sangat menggandrungi lagu-lagu Peterpan, sudah mulai bosan  bicara apalagi diskusi tentang Ariel-Luna-Tari gate. Pasalnya, telah banyak orang yang menonton film "asyik-masyuknya" (dan itu termasuk saya, suer he he he). Ditambah lagi, Ariel telah "membayar" kesalahannya (walau hingga putusan dibacakan, ia tetap tidak mengaku sebagai "aktor-pelakon") dengan hukuman penjara. Allah SWT. saja Maha Pemaaf, apalagi kita yang dhaif ini. Tak baik lagi untuk menghakimi Ariel sebagai personal. Persoalan ia akan berubah atau tidak, tergantung dan terpulang pada yang punya badan.   Walau malas mendiskusikan tentang kasus Ariel ini, namun tetap saja tanda tanya besar muncul dalam benak saya. Bagi saya, kasus ini "menohok" tatanan dan pakem sosial kita semua. Munculnya budaya permisif.

Saya juga tak akan ulas kupas-tuntas "gaya cacing gila" karena gaya apapun itu, semuanya terasa sudah akrab sejak zaman nenek paling moyang sekalipun bahkan sampai anak-anak yang belum masanya mengenal ‘jurus’ begituan. Teknologi informasi mendidik "tamu ngeres" itu tidak santun. Dia nyelonong boy sesuka hati. Di hand-phone tersedia layanan. Di rumah-rumah fasilitas memungkinkan. Dan di warnet apalagi. Nonstop online biar sering dioperasi. Bak kata Budayawan Suud Sukendar, video porno ini sudah lama berkembang sebagai rumor. katanya Ariel (mirip) berhubungan intim dengan Luna Maya (mirip). Gambar hidup mesum itu menjalar dari hand-phone ke hand-phone. Dan ‘penjalaran’itu akhirnya berubah menjadi tebak-tebakan. Betulkah itu Ariel? Benarkah si cantik itu Luna Maya? Soalnya amat disayangkan jika kegantengan dan kecantikannya diobral murah. Teka-teki yang tidak saling silang itu belum sempat terpecahkan, eh tahunya si mirip Ariel ini hadir kembali.  Ini kali bukan sama si mirip Luna Maya, tapi dengan si mirip Cut Tari. Celakanya yang belakangan ini bukan sorangan. Dia sudah bersuami dan punya momongan. "Tragedi Buah Apel" terakhir ini pencuat video mesum itu. Jika mirip Luna Maya dan mirip Ariel orang masih permisif karena mereka berpacaran. Tapi begituan dengan mirip Cut Tari sudah memasuki pal merah. Zona larangan yang tak baik bagi siapa saja. Merusak pagar ayu. Pagar makan tanaman. Celakanya sampai kini dua petualangan cinta para "miripus" itu masih dianggap biasa dan jadi cerita menggairahkan. Bahkan seorang seniman beberapa hari lalu, berucap, "Ariel itu entertainer dan musikus sejati, pantas ia Playboy dan melakukan hal itu".  Masyarakat Indonesia, rasanya sudah mulai "berkompromi" dengan budaya Permissif. Suatu hal yang menurut Pemikir Islam Afrika Selatan - Ahmad Deedat - sebagai simbol peradaban paling bawah. 

Selamat bebas bung Ariel. "Gate" anda, banyak memberikan pelajaran pada bangsa ini. 

Sumber foto : cartoonized.net/Referensi : Suud Sukendar/detik.com

1 komentar:

Jaket kulit mengatakan...

Assalammuallaikum wr wb
hatur nuhun kang salam kenal