Ditulis ulang : Muhammad Ilham
Soekarno
dengan D. Dwight Eisenhower. Bila Obama biasa dipanggil dengan "Berry",
maka D. Dwight Eisenhower memiliki panggilan populer : IKE. Ike dan dan
Soekarno, memiliki kisah. Berikut :
Bung Karno geram. Ike mencoba merayunya, “Tolong bebaskan
pilotku”. Tapi Bung Karno tetap saja geram. Mungkin juga karena yang
merayu Soekarno adalah Ike, seorang pria tua. Ike itu adalah D. Dwight
Eisenhower, presiden AS di masa itu. Kali ini Negara digdaya
itu dibikin malu Indonesia ketika Allen Pope ditembak jatuh di pulau
Morotai. Lebih malu lagi, karena dengan tertangkapnya pilot itu, kedok
AS dan CIA akhirnya terbuka. Kedok yang membuktikan AS melalui CIA sudah
main api dengan di balik pemberontakan separatisme di Indonesia.
Termasuk juga infiltrasi AS yang mempersenjatai para pemberontak itu. Ini yang bikin Bung Karno geram, dan mulai memainkan kartu trufnya.Bung
Karno yang tadinya dikerjai Amerika, sekarang balas mengerjai Amerika.
Bung Karno sadar, tertangkapnya Allen Pope mendongkrak posisi tawar
Indonesia di hadapan Amerika. Cerita selanjutnya adalah bagaimana Ike
dan John F. Kennedy jadi repot dibuatnya. Inilah moment
bersejarah ketika Indonesia yang miskin untuk pertama kalinya punya
posisi tawar tinggi di hadapan “juragan kaya”, Amerika.Bung Karno tidak
cuma menuntut Amerika mesti minta maaf. Tapi masih ada sederet
permintaan lain yang bikin Amerika “maju kena mundur kena”. Eisenhower
minta Indonesia melepaskan pilot Allen Pope. Tapi Bung Karno tidak mau
melepas begitu saja dengan gratis. Pilot itu adalah kartu truf-nya. Inilah kisah bagaimana Bung Karno dengan amarah “memiting leher Allen
Pope” sambil telunjuknya memberi isyarat agar Amerika mau bersimpuh di
kaki Bung Karno (tentu saja ini hanya simbolisasi teatrikal).
Gantung Allen Pope! Hukum mati Allen Pope! Begitu gelombang protes di
depan kedutaan AS di Jakarta setelah Allen Pope tertangkap. tahun 1958
itu . Rakyat Indonesia memang dibikin naik darah oleh kelakuan Allen
Pope. Soalnya si pilot ini sudah menjatuhkan bom di Ambon yang memakan
tak sedikit korban jiwa.Mungkin bahkan Bung Karno sendiri waktu itu
belum menyadari sesuatu. Yaitu buntut dari posisi tawar Indonesia tadi,
Bung Karno telah memulai tonggak lahirnya sejarah armada baru bagi AURI,
yaitu lahirnya skuadron Hercules di Indonesia. Armada ini kelak turut
punya andil dalam merebut Irian Barat dari Belanda.Itu semua berawal
dari negosiasi tarik ulur demi pembebasan seorang pilot yang bikin
Amerika gelisah. Bagaimana tidak? Soalnya kalau tidak segera
diselamatkan, bisa-bisa pilot itu buka mulut tentang info rahasia yang
berkaitan dengan permainan CIA.Bung Karno memang mata keranjang. Tapi
pihak yang anti Bung Karno kadang memanipulasi sisi ini secara
berlebihan. Sama halnya CIA yang menggunakan kelemahan don yuan-nya Bung
Karno untuk menjatuhkan kredibilitas presiden RI di mata rakyatnya.
Menjatuhkan Bung Karno adalah satu-satunya cara agar Amerika bisa
bercokol kuat di Indonesia. Sudah dicoba segala cara agar Bung Karno
jatuh, tidak berhasil juga. Dicoba dengan cara ancaman embargo,
penghentian bantuan.....ehhh Bung Karno malah teriak, “Go to hell with
your aid!”. Akhirnya CIA pakai cara lain. Yaitu infiltrasi ke
berbagai pemberontakan di Indonesia. Puncaknya terjadi dalam pertempuran
di pulau Morotai, tahun 1958. Ketika itu TNI (pasukan marinir, pasukan
gerak cepat AU, dan AD) menggempur Permesta, gerakan pemberontakan di
Sulawesi Utara. Persenjataan Permesta tidak bisa dianggap
enteng. Soalnya ada bantuan senjata dari luar. Tadinya tudingan bahwa
CIA adalah biang kerok semua ini masih dugaan saja. Ketika kapal pemburu
AL dan mustang AU melancarkan serangannya, satu pesawat Permesta
terbakar jatuh. Sebelum jatuh, ada dua parasut yang tampak
mengembang keluar dari pesawat itu. Parasut itu tersangkut di pohon
kelapa. TNI segera membekuk dua orang. Yang satu namanya Harry Rantung
anggota Permesta. Dan yang tak terduga, satunya lagi bule Amerika.
Itulah si pilot Allen Pope. Dari dokumen-dokumen yang disita, terkuak
Allen Pope terkait dengan operasi CIA. Yaitu menyusup di gerakan
pemberontakan di Indonesia untuk menggulingkan Soekarno.
Tak
pelak lagi, tuduhan bahwa Amerika dengan CIA adalah dalang pemberontakan
separatis, bukan isapan jempol!Peristiwa tertangkapnya Allen Pope
adalah tamparan bagi Amerika. Itu mungkin terwakili dalam kalimat Allan
Pope ketika tertangkap. Setelah pesawat B-26 yang dipilotinya jatuh
dihajar mustang AU dan kapal pemburu AL, komentar Pope: “Biasanya negara
saya yang menang, tapi kali ini kalian yang menang”. Setelah itu dia
masih sempat minta rokok. Tapi sebetulnya yang lebih bikin malu
Amerika bukan soal kalah yang dikatakan Pope tadi. Tapi tertangkapnya
Allan Pope mengungkap permainan kotor AS untuk menggulingkan Soekarno.
Amerika terus ngeyel menyangkal. Tapi bukti-bukti yang ada, akhirnya
membungkam mulut Amerika. Taktik kotor itu jadi gunjingan
internasional. Tanpa ampun, kedok Amerika dengan CIA-nya berhasil dibuka
Indonesia, lengkap dengan bukti-bukti telak. Amerika terpaksa berubah
180 derajat menjadi baik pada Soekarno. Semua operasi CIA untuk
mengguncang Bung Karno (untuk sementara) dihentikan. Amerika
berusaha mati-matian minta pilotnya dibebaskan. Segala cara pun mulai
dilakukan untuk mengambil hati Bung Karno. Eisenhower mengundang
Soekarno ke AS bulan Juni 1960. Lalu Soekarno juga diundang John Kennedy
di bulan April 1961. Di balik segala alasan diplomatik tentang
kunjungan itu, tak bisa disangkal itu semua buntut dari cara Bung Karno
memainkan kartunya terhadap Amerika.
Selama periode itu, Bung
Karno main tarik ulur dengan pembebasan Pope. Tarik ulur itu berjalan
alot. Karena Bung Karno ogah melepaskan Pope begitu saja. Bung Karno
sengaja berlama-lama “memiting leher” Allan Pope sebelum Amerika
meng-iya-kan permintaan Indonesia. Amerika mati kutu. Tak ada jalan
lain. Negosiasi pun segera dimulai. Negosiasi alot yang memakan waktu 4
tahun, sebelum akhirnya Allen Pope benar-benar bebas. Dimulai
dengan Ike atau Eisenhower yang membujuk, merayu dan mengundang Bung
Karno ke Amerika. Namun sesudahnya Bung Karno tetap tidak mau tunduk
diatur-atur Ike. Situasi mulai berubah sedikit melunak setelah kursi
kepresidenan AS beralih ke John F. Kennedy.John Kennedy tahu,
kepribadian Soekarno sangat kuat dan benci di-dikte. Karena itu dengan
persahabatan dia mampu “merangkul” Soekarno. “Kennedy adalah presiden
Amerika yang sangat mengerti saya”, kata Bung Karno. Dengan
John, negosiasi mulai mengarah ke titik terang. Berkaitan itu pula, John
mengirim adiknya Robert Kennedy ke Jakarta. Robert membawa sejumlah
misi, diantaranya: “bebaskan Pope”.
Source:
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5191555
http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page? kid=36309
Sumber foto : LIFE. magazine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar