Ditulis ulang : Muhammad Ilham
(c) Michel Chossudovsky
Bahan untuk mahasiswa saya di kelas Pendekatan Sejarah Politik
Operasi
militer global dikoordinasikan dari Markas Komando Strategis Amerika
Serikat (USSTRATCOM) dari pangkalan Angkatan Udara Offutt di Nebraska,
berkerja sama dengan komando regional, Komando Pejuang Terpadu (misalnya
Komando Sentral Amerika Serikat di Florida, yang bertanggung jawab
untuk Timur Tengah -Tengah dan kawasan Asia, lihat peta di bawah) serta
unit komando koalisi di Israel, Turki, Teluk Persia dan Diego Garcia,
yaitu pangkalan militer Amerika Serikat di Samudera Hindia. Perencanaan
Militer dan pengambilan keputusan di tingkat negara sekutu Amerika
Serikat-NATO yang dilakukan oleh individu juga "negara-negara mitra"
diintegrasikan ke dalam desain militer global termasuk mempersenjatai
ruang angkasa. Di bawah mandat baru, USSTRATCOM memiliki tanggung jawab
untuk "mengawasi rencana serangan global" yang terdiri dari senjata
konvensional dan nuklir. Dalam jargon militer, yang dijadwalkan untuk
memainkan peran adalah "sebuah integrator global dengan beban misi
Operasi Ruang Angkasa; Operasi Informasi; Pertahanan Rudal Terpadu;
Komando Global & Pengendalian; Intelijen, Surveillance dan
Reconnaissance; Global Strike; dan Strategic Deterrence.... "
Tanggungjawab
USSTRATCOM meliputi: "Memimpin, perencanaan, pelaksanaan strategis
& operasi pencegahan " di tingkat global, "sinkronisasi rencana
operasi dan pertahanan rudal global", "sinkronisasi rencana perang
regional", dll. USSTRATCOM merupakan lembaga utama dalam
mengkoordinasikan peperangan modern . Pada bulan Januari 2005, pada awal
pengerahan dan pembangunan militer yang ditujukan kepada Iran,
USSTRATCOM diidentifikasi sebagai "Komando Peramg untuk integrasi dan
sinkronisasi Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam upaya memerangi
senjata pemusnah massal." (Michel Chossudovsky, Nuclear War against
Iran, Global Research, January 3, 2006). Apakah ini berarti bahwa
koordinasi serangan yang berskala besar terhadap Iran, termasuk berbagai
skenario eskalasi di dalam dan di luar wilayah Timur Tengah serta yang
lebih luas Asia Tengah akan dikoordinasikan oleh USSTRATCOM.
Senjata-senjata Nuklir Taktis Diarahkan Langsung Kepada Iran
Dikonfirmasi
dengan dokumen militer serta laporan resmi, baik Amerika Serikat maupun
Israel memikirkan penggunaan senjata nuklir yang diarahkan terhadap
Iran. Pada tahun 2006, Komando Strategis Amerika Serikat (USSTRATCOM)
mengumumkan bahwa pihaknya telah mencapai kemampuan operasional untuk
mentargetkan sasaran secara cepat dengan menggunakan senjata nuklir atau
sebjata konvensional ke seluruh dunia. Pengumuman ini dibuat setelah
melakukan simulasi militer yang berkaitan dengan serangan nuklir yang
dipimpin Amerika Serikat terhadap negara fiktif. (David Ruppe,
Preemptive Nuclear War in a State of Readiness: U.S. Command Declares
Global Strike Capability, Global Security Newswire, December 2, 2005).
Kesinambungan
dalam hubungannya dengan era Bush-Cheney: Presiden Obama telah
mendukung sebagian besar doktrin pre-emptive penggunaan senjata nuklir
yang dirumuskan oleh pemerintahan sebelumnya. Di bawah the 2010 Nuclear
Posture Review, pemerintahan Obama menegaskan "bahwa itu merupakan pesan
berupa hak untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Iran" sebagai
risiko ketidak-kepatuhan Iran terhadap tuntutan Amerika Serikat mengenai
program dugaan (tidak ada) senjata nuklir. (U.S. Nuclear Option on Iran
Linked to Israeli Attack Threat - IPS ipsnews.net, April 23, 2010).
Pemerintahan Obama juga mengisyaratkan bahwa mereka akan menggunakan
nuklir dalam hal Iran merespon atas serangan Israel kepada Iran.
(Ibid). Israel juga membuat sendiri "rencana rahasia" untuk membom Iran
dengan senjata nuklir taktis.
Sumber-sumber
senior mengatakan ""Komandan militer Israel yakin serangan konvensional
mungkin tidak lagi cukup untuk memusnahkan fasilitas pengayaan yang
semakin baik dipertahankan. Beberapa telah dibangun di bawah tanah
minimal 70 kaki dari beton dan batu. Namun, the nuclear-tipped
bunker-busters akan digunakan hanya jika serangan konvensional
dikesampingkan dan jika Amerika Serikat menolak untuk campur tangan."(Revealed: Israel plans nuclear strike on Iran - Times Online, January 7, 2007)
Pernyataan
Obama tentang penggunaan senjata nuklir terhadap Iran dan Korea Utara
konsisten dengan doktrin senjata nuklir Amerika Serikat pasca 9/11 yang
memungkinkan untuk penggunaan senjata nuklir taktis di medan perang
konvensional. Melalui kampanye propaganda yang telah meminta dukungan
dari “otoritatif” ilmuwan nuklir, senjata nuklir mini itu didukung
sebagai instrumen perdamaian, yaitu sarana untuk memerangi "terorisme
Islam" dan mengukuhkan "demokrasi" gaya Barat di Iran. Nuklir low-yield telah
dibersihkan untuk "digunakan di medan perang". Senjata nuklir tersebut
dijadwalkan akan digunakan Amerika terhadap Iran dan Suriah dalam tahap
berikutnya, disamping senjata konvensional dalam "perang melawan
Terorisme".
"Para
pejabat pemerintah menyatakan bahwa senjata nuklir low-yield diperlukan
sebagai pencegah yang kredibel terhadap negara-negara nakal [Iran,
Suriah, Korea Utara] logika mereka adalah bahwa senjata nuklir yang ada
terlalu destruktif untuk digunakan kecuali dalam perang nuklir yang
berskala penuh. Musuh-musuh potensial menyadari hal ini, sehingga mereka
tidak memperhitungkan ancaman pembalasan nuklir dapat dipercaya Namun,
senjata-senjata low-yield kurang daya merusaknya, sehingga dapat
dipikirkan untuk digunakan. Dengan demikian akan menjadikan mereka lebih
efektif sebagai senjata penangkal." (Opponents Surprised By Elimination
of Nuke Research Funds Defense News November 29, 2004).
Pemilihan penggunaan senjata nuklir terhadap Iran berupa senjata nuklir taktis (Buatan Amerika), yaitu bunker buster bom dengan
hulu ledak nuklir (misalnya B61-11), dengan kapasitas peledak antara
sepertiga sampai enam kali bom Hiroshima. The B61-11 adalah "versi
nuklir" dari "konvensional" BLU 113 atau Unit Pemandu Bom GBU-28.. Bom
ini dapat dibawa dengan cara yang sama seperti bunker buster bom
konvensional. (See Michel Chossudovsky,
http://www.globalresearch.ca/articles/CHO112C.html, see also
http://www.thebulletin.org/article_nn.php?art_ofn=jf03norris). Sementara
Amerika Serikat tidak bermaksud menggunakan senjata termonuklir
strategis terhadap Iran, sebagian besar penyebaran senjata nuklir Israel
terdiri dari bom termonuklir dan dapat digunakan dalam perang dengan
Iran. Dengan sistem rudal Jericho-III Israel yang jangkauannya berkisar
antara 4.800 km sampai 6.500 km, maka semua wilayah Iran akan berada
dalam jangkauannya.
Dengan
logika yang diplintir, senjata nuklir disajikan sebagai sarana untuk
membangun perdamaian dan mencegah "kerusakan kolateral". Tidak ada
senjata nuklir Iran apalagi merupakan ancaman bagi keamanan global,
sebaliknya Amerika Serikat dan Israel adalah instrumen perdamaian yang
"tidak membahayakan bagi penduduk sipil di sekitarnya". “Ibu Dari Semua
Bom” "The Mother of All Bombs" (MOAB) dijadwalkan digunakan terhadap
Iran. Signifikansi militer senjata konvensional dalam angkatan
bersenjata Amerika adalah 21.500-pon "senjata rakasa" dijuluki "ibu dari
semua bom" The GBU-43/B or Massive Ordnance Air Blast bomb (MOAB)
dikategorikan "sebagai senjata non-nuklir paling kuat yang pernah
dirancang" diketahui sebagai arsenal konvensional terbesar di Amerika
Serikat. MOAB diuji pada awal Maret 2003 sebelum dikirim ke medan
perang Irak. Menurut sumber-sumber militer Amerika Serikat, Kepala Staf
Gabungan telah memberitahu pemerintah Saddam Hussein sebelum
diluncurkan tahun 2003 bahwa "ibu dari semua bom" akan digunakan
terhadap Irak. (Ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa MOAB telah
digunakan di Irak).
Departemen
Pertahanan Amerika Serikat telah mengkonfirmasi pada bulan Oktober 2009
bahwa bermaksud untuk menggunakan "Ibu dari semua Bom" (MOAB) terhadap
Iran. Dikatakannya MOAB "ideal untuk mengubur fasilitas nuklir seperti
Natanz atau Qom di Iran" (Jonathan Karl, Is the U.S. Preparing to Bomb
Iran? ABC News, October 9, 2009). Kebenaran dari masalah ini adalah
bahwa MOAB, karena mengingat daya ledaknya tersebut, akan mengakibatkan
korban sipil yang sangat besar. Ini adalah "mesin pembunuh" konvensional
dengan jenis awan jamur nuklir. Pengadaan empat MOAB ditugaskan pada
bulan Oktober 2009 dengan biaya yang cukup besar sejumlah US$,58,4 juta
($ 14,6 juta untuk masing-masing bom). Jumlah ini termasuk untuk
membiaya pengembangan dan pengujian serta integrasi bom MOAB ke pembom
siluman B-2. (ibid). pengadaan ini berkaitan langsung dengan persiapan
perang dalam hubungannya dengan Iran. Pemberitahuan dimuat dalam sebuah
"reprogramming memo" setebal 93 halaman termasuk instruksi berikut ini
:
"Departemen
memiliki sebuah Urgent Operational Need (UON) yang berkemampuan
menyerang sasaran keras di daerah yang tinggi tingkat ancamannya dan
sekaligus menguburkannya. MOP [Ibu Segala Bom] adalah senjata pilihan
yang memenuhi persyaratan UON [Urgent Operational Need]." Dinyatakan
lebih lanjut bahwa permintaan tersebut didukung oleh Komando Pasifik
(yang memiliki tanggung jawab atas Korea Utara) dan Komando Sentral
(yang memiliki tanggung jawab atas Iran). (ABC News, op cit,
emphasis added). Pentagon merencanakan sebuah proses kehancuran
infrastruktur Iran dan korban massal sipil melalui penggunaan gabungan
nuklir taktis dan bom konvensional rakasa awan jamur, termasuk MOAB dan
yang lebih besar lagi yaitu GBU-57a/B atau Massive Ordnance Penetrator
(MOP), yang melampaui MOAB dalam hal kapasitas daya ledaknya. MOP
digambarkan sebagai "sebuah bom baru yang kuat dan tepat sasaran untuk
menghantam fasilitas nuklir bawah tanah Iran dan Korea Utara. Bom
raksasa yang ukuran panjangnya lebih dari 11 orang duduk berdempetan
bahu-ke-bahu [lihat gambar di bawah] atau lebih dari 20 kaki dari lantai
ke hidung" (See Edwin Black, "Super Bunker-Buster Bombs Fast-Tracked
for Possible Use Against Iran and North Korea Nuclear Programs". Ini
adalah WMD dalam artian yang sebenarnya dari kata tersebut. Tujuannya
tidak begitu tersembunyi dari MOAB dan MOP, termasuk penggunaan nama
julukan Amerika untuk menggambarkan secara sederhana bahwa MOAB ("ibu
dari semua bom'), adalah "pemusnah massal" dan korban sipil secara
massal dengan maksud untuk menanamkan rasa takut dan putus asa.
Teknologi Persenjataan Tercanggih : “Perang Menjadi Mungkin Dengan Teknologi Baru"
Proses
pengambilan keputusan militer Amerika Serikat dalam hubungannya dengan
Iran ini didukung oleh Star Wars, militerisasi ruang angkasa dan
revolusi dalam komunikasi serta sistem informasi. Mengingat kemajuan
teknologi militer dan pengembangan sistem senjata baru, serangan
terhadap Iran bisa secara signifikan berbeda dalam hal campuran sistem
senjata, bila dibandingkan dengan Blitzkrieg yang dilancarkan pada bulan
Maret 2003 terhadap Irak. Operasi militer terhadap Iran dijadwalkan
untuk menggunakan sistem senjata yang paling canggih untuk mendukung
serangan udara tersebut. Dan dalam semua kemungkinan, sistem senjata
baru akan diuji. Dokumen The 2000 Project of the New American Century -
Proyek Tahun 2000 Abad Baru Amerika yang berjudul Rebuilding American Defenses -
Membangun Kembali Pertahanan Amerika, menguraikan mandat militer
Amerika Serikat dalam hal medan perang berskala besar, yang akan
dilancarkan secara bersamaan di berbagai wilayah Dunia:
"Memenangkan beberapa pertempuran dengan meyakinkan secara simultan dalam beberapa medan perang.”
Formulasi
ini serupa dengan penaklukan perang global oleh kekaisaran adidaya
tunggal. Dokumen PNAC juga menyerukan transformasi pasukan Amerika
Serikat untuk mengeksploitasi "revolusi dalam urusan militer", yaitu
penerapan "perang yang dimungkinkan melalui teknologi baru" (See Project
for a New American Century, Rebuilding Americas Defenses Washington DC,
September 2000, pdf). Yang terakhir ini terdiri dari pengembangan dan
penyempurnaan kecanggihan mesin pembunuh global berdasarkan gudang
persenjataan baru yang canggih, yang pada akhirnya akan menggantikan
paradigma yang ada. "Dengan demikian, dapat diramalkan bahwa proses
transformasi justru akan menjadi proses dua-tahap: Pertama transisi,
yaitu transformasi yang lebih menyeluruh. Titik nyaman akan datang
ketika jumlah yang lebih besar sistem senjata baru mulai memasuki masa
tugasnya, mungkin ketika, misalnya, pesawat udara tak berawak mulai
banyak menjadi biasa seperti pesawat berawak. Dalam hal ini, Pentagon
harus sangat berhati-hati melakukan investasi besar dalam
program-program baru misalnya -. tank, pesawat, kapal induk, - dimana
pasukan Amerika Serikat akan berkomitmen melakukan paradigma baru untuk
berperang selama beberapa dekade yang akan datang. (ibid, penekanan
ditambahkan). Perang dengan Iran memang bisa menandai breakpoint penting
ini, dengan sistem senjata baru yang berpangkalan-di angkasa
dipergunakan dengan maksud untuk melumpuhkan musuh yang memiliki
kemampuan konvensional militer yang signifikan yang jumlahnya lebih dari
setengah juta pasukan darat.
Senjata Elektromagnetik
Senjata
elektromagnetik dapat digunakan untuk mengacaukan sistem komunikasi
Iran, menonaktifkan pembangkit tenaga listrik, merusak dan mengacaukan
komando serta kontrol, infrastruktur pemerintah, transportasi, energi,
dll. Dalam keluarga senjata yang sama, teknik modifikasi lingkungan
(ENMOD) (peperangan cuaca) yang dikembangkan berdasarkan program HAARP
juga bisa diterapkan. (Lihat Chossudovsky Michel, "Owning the Weather"
for Military Use,, Global Research, September 27, 2004). Sistem senjata
ini sepenuhnya operasional. Dalam konteks ini, dokumen Angkatan Udara
Amerika Serikat AF 2025 secara eksplisit membenarkan aplikasi militer
dengan teknologi modifikasi cuaca.
"Modifikasi
Cuaca akan menjadi bagian dari keamanan domestik dan internasional dan
bisa dilakukan secara sepihak ... Senjata ini bisa aplikasikan baik
secara ofensif maupun defensif dan bahkan dapat digunakan untuk tujuan
pencegahan. Senjata ini berkemampuan untuk menghasilkan curah hujan,
kabut, dan badai di bumi atau mengubah ruang cuaca, meningkatkan
komunikasi melalui modifikasi ionosfir (penggunaan cermin ionosfir),
serta produksi cuaca buatan, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari
serangkaian teknologi terpadu yang dapat memberikan peningkatan penting
dalam kemampuan Amerika Serikat atau dalam menundukkan musuh, juga untuk
mencapai kesadaran global, jangkauan, dan kekuasaan. " (Air Force 2025
Final Report, See also US Air Force: Weather as a Force Multiplier: Owning the Weather in 2025, AF2025 v3c15-1 | Weather as a Force Multiplier: Owning... | (Ch 1) at www.fas.org).
Radiasi elektromagnetik memungkinkan melakukan "gangguan kesehatan dari
jarak jauh" mungkin juga dipikirkan untuk digunakan dalam medan perang.
(See Mojmir Babacek, Electromagnetic and Informational Weapons:, Global
Research, August 6, 2004). Pada gilirannya, penggunaan baru senjata
biologis oleh militer Amerika Serikat juga mungkin akan dipertimbangkan
seperti yang disarankan oleh PNAC: "Lebih lanjut bentuk peperangan
biologis dapat "mentargetkan" genotipe tertentu yang mungkin mengubah
perang biologis dari dunia teror menjadi alat politik yang berguna."
(PNAC cit, op, hal. 60).
Kemampunan Militer Iran: Misil Jarak Menengah dan Jauh
Kemampuan
militer Iran telah maju, termasuk misil jarak menengah dan jauh yang
mampu mencapai sasaran di Israel dan negara-negara Teluk. Karena itu
perhatian aliansi Amerika Serikat-NATO Israel pada penggunaan senjata
nuklir, yang dijadwalkan akan digunakan baik secara pre-emptive maupun
sebagai respons pembalasan terhadap serangan rudal Iran. Range of Iran's Shahab Missiles. Copyright Washington Post.
Pada bulan November 2006, Iran menguji-coba rudal permukaan 2 yang
diputuskan bertahap dengan operasi perencanaan yang tepat dan hati-hati.
Menurut seorang ahli rudal senior Amerika (dikutip oleh Debka), "Iran
memperlihatkan up-to-date teknologi peluncur-rudal dimana Barat tidak
mengetahui bahwa Iran memilikinya." (See Michel Chossudovsky, Iran's
"Power of Deterrence" Global Research, November 5, 2006) Israel
acknowledged that "the Shehab-3, whose 2,000-km range brings Israel, the
Middle East and Europe within reach" (Debka, November 5, 2006)
Menurut
Uzi Rubin, mantan kepala program misil anti-balistik Israel, bahwa
"intensitas latihan militer belum pernah terjadi sebelumnya ... Hal itu
dimaksudkan untuk membuat kesan - dan berhasil membuat kesan."
(www.cnsnews.com 3 November 2006). Latihan tahun 2006, sekaligus
menciptakan sebuah gelora politik di Amerika Serikat dan Israel, dengan
cara apa pun tidak mengubah keputusan Amerika Serikat-NATO-Israel untuk
melancarkan perang terhadap Iran. Teheran telah menegaskan dalam
beberapa pernyataannya bahwa Iran akan merespon jika diserang. Israel
akan menjadi tujuan langsung dari serangan rudal Iran seperti ditegaskan
oleh pemerintah Iran. Oleh karena itu persoalan sistem pertahanan udara
Israel penting. Amerika Serikat dan fasilitas militer sekutu di
negara-negara Teluk seperti Turki, Arab Saudi, Afghanistan dan Irak juga
bisa menjadi sasaran target Iran.
Michel Chossudovsky seorang
penulis pemenang penghargaan, Profesor Ekonomi (Emeritus) pada
Universitas Ottawa dan Direktur dari the Centre for Research on
Globalization (CRG), Montreal. Ia menulis buku berjudul The
Globalization of Poverty and The New World Order (2003) dan America’s
“War on Terrorism” (2005). Ia juga seorang kontributor the Encyclopaedia
Britannica. Tulisan-tulisannya telah diterbitkan dalamlebih dari
duapuluh bahasa. Ia dapat dihubungi di globalresearch.ca website
Related articles
Targeting Iran: Is the US Administration Planning a Nuclear Holocaust?
- by Michel Chossudovsky - 2010-08-09
Preparing for World War III, Targeting Iran
- by Michel Chossudovsky - 2010-08-01