Sabtu, 01 Oktober 2011

Ketika Hitler (Masih) "Hidup"

Oleh : Muhammad Ilham

"Yahudi dan Negro dilarang mampir"
(Penggalan Billboard dalam film Life is Beatiful)

"nyawa siapa ?". Nyawa "mereka" atau Nyawa "kita". Mereka sama sekali tidak mengenal Nyawa Manusia.

Bom bunuh diri pagi tadi (25/9/2011) di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, kembali mengagetkan "Indonesia" (dalam tanda kutip). Saya tak ingin membahas "mengapa hal sedemikian kembali lagi terjadi?". Sudah teramat banyak analisis yang rasional membedah latar belakang kejadian-kejadian sejenis. Saya hanya ingin melihat kejadian ini dan menghubungkannya dengan "pesan" film Life is Beatiful. Film yang mendapat penghargaan di Cannes Film Festival & juga Oscar kembali saya tonton. Film ini diambil dari kisah nyata dengan setting penceritaan gerakan anti Yahudi yg dilancarkan Nazi. Guido Orefice dan putranya Joshua termasuk diantara mereka yg dibawa ke kamp konsentrasi. Guido ingin putranya memandang hidup dengan cara terindah walau apapun situasinya. Guido menunjukkan kepada anaknya bahwa hidup ini indah tergantung bagaimana kita memandangnya. Kehidupan dalam kamp yang mengerikan dan menyedihkan terasa menyenangkan bagi Joshua karena hal itu tidak lebih dari pada permainan. Sungguh, sebuah kisah menyedihkan ditengah "teror" yang bernama Nazi dengan penjaga ruh-nya bernama Hitler. Film ini menggambarkan bagaimana sebuah komunitas (dalam hal ini Yahudi) menjadi korban dari "ganasnya" ideologi Fasisme dan Rasisme-Ultra. Guido dan anaknya bukan siapa-siapa, tapi bagi Hitler, mereka "salah memilih takdir" ..... mereka berasal dari ras Yahudi. Dan untuk .... sebagaimana halnya doktrin Fasisme diatas, "mereka pantas dan sudah seharusnya dimusnahkan", karena pemusnahan itu harus sampai tuntas.

Film ini, sama juga halnya dengan film-film lainnya seumpama Schlinder List kembali memperlihatkan kepada sejarah tentang peran besar dari seorang orator ulung, pribadi menakutkan sekaligus menarik, Hitler. Hitler, lengkapnya Adolf Hitler, lahir di Branau Austria tahun 1889. Waktu Perang Dunia I (1914-1918), Hitler muda masuk Angkatan Perang Jerman. Kekalahan Jerman membuatnya terpukul. Tahun 1899, ia bergabung dengan partai kecil berhaluan kanan di Munich dan kemudian partai ini merubah namanya menjadi Partai Buruh Nasionalis Jerman (NAZI). Dalam tempo dua tahun ia kemudian menjadi pemimpin Jerman yang sungguh sulit mencari tandingannya kala itu. Julukan "Fuehrer" setidaknya memperlihatkan kedigdayaan Hitler ini. Setelah gagal melakukan kudeta yang dikenal dengan The Munich Beer Hall Puts dan melalui lika-liku politik yang dinamis, akhirnya pada bulan Januari 1933, Hitler dalam usia 44 tahun, ia menjadi Kanselir Jerman. Dan kemudian, mulailah Hitler menjalankan keyakinan politik kepemimpinanya, bahwa "matahari" tak boleh dua serta musuh harus dimusnahkan sampai tuntas. Oposisi dilabraknya tanpa proses pengadilan. Musuh politiknya "dihabisi", dan ia kemudian mampu menciptakan kestabilan politik karena ditangannya terpegang kekuatan kediktatoran absolut. Dan rakyat Jerman kala itu mendukung karena kestabilan politik ini berkorelasi dengan kestabilan dan peningkatan ekonomi yang dirasakan rakyat Jerman kala itu. Nafsu "de Fuehrer"nya rasa tak terbendung. Tahun 1936 ia mencaplok Austria, dan ini berarti Hitler mengangkangi Perjanjian Versailles. Tapi Hitler tak bergeming. Ini diperlihatkannya dengan pencaplokan negaralain, Cekoslovakia. Tahun 1940 menjadi tahun "emas" Hitler. Denmark dan Luxemburk dilabraknya. Belanda, Perancis dan Belgia bertekuk lutut tahun ini juga. Sebuah prestasi yang mengejutkan dan membuat banyak orang kala itu terhenyak. Negara-negara utama di Eropa masa itu berada dalam genggaman Hitler. Hanya Inggris yang mampu bertahan mati-matian terhadap serangan udara Jerman yang dikenal dengan sebutan Battle Britain. Hitler tak sanggup menjejakkan kakinya di Ingggris. Tahun 1942, Hitler telah berhasil menguasai sebagian daerah Eropa tanpa pernah sanggup dilakukan oleh siapapun dalam sejarah. Menariknya, selain Eropa, Hitler juga mencaplok Afrika Utara.

Selama berkuasa, Hitler terlibat dalam pembunuhan massal yang tak ada tandingannya dalam sejarah ummat manusia .... mungkin hanya Kaisar Nero yang bisa mendekati keberingasan putra seorang petani Austria ini. Hitler sangat rasialis yang ultra, khususnya terhadap kaum Yahudi yang dibencinya dengan kebencian yang meletup-letup. Dalam awal film Schlinder List terlihat nyata bagaimana kebencian ini diselipkan menjadi sebuah bagian ideologi : "kehancuran ekonomi Jerman, dan orang yang bertanggung jawab terhadap kelaparan orang Jerman adalah orang Yahudi. Mereka merampas peluang kerja kita. Sebagai bangsa Aria, ras paling pilihan di muka bumi ini, tentunya kita tidak mau dihina oleh ras paling rendah dan telah membuat kita menderita, ras bangsa Yahudi". Untuk memenuhi ambisi kebenciannya ini, maka dibuatlaj kamp-kamp konsentrasi sebagaimana yang terlihat dalam dua film di atas. Sejarah kemudian mencatat, lebih kurang enam juta orang dibunuh, mayoritas Yahudi selain Rusia, Gypsi dan Ras-Ras yang dianggapnya sebagai ras rendah serta orang-orang yang dianggapnya berpotensi merusak "peradaban ummat manusia" seperti orang gila dan idiot. Hitler membangun kamp-kamp maut itu dengan organisasi yang cukup rapi dan cermat seakan-akan ia sedang merancang sebuah perusahaan bisnis besar. Data-data tersusun rapi, jumlah ditetapkan dan mayat-mayat secara sistematis dipreteli anggota badannya yang berharga seperti cincin ataupun gigi emas. Bahkan banyak mayat yang dimanfaatkan untuk pabrik sabun. Perbuatan melawan hakikat kemanusiaan dan kebenaran yang tersusun dengan baik dan sistematis serta didukung oleh mayoritas orang, pada gilirannya akan menemui kehancuran. Sejarah mencatat, Fir'aun yang kuat hancur lebur di lautan merah. Dan Hitler, pada musim semi tahun 1945, bersama dengan Eva Braun, pacarnya, bunuh diri dalam kamp pertahanan mereka di Berlin. Tujuh hari kemudian, Jerman-pun menyerah.





Dan ..... hingga hari ini kebencian seorang Hitler masih tetap banyak terjaga di benak kita semua, orang-orang disekeliling kita. Kita terkadang mengutuk seseorang karena "takdir" mereka harus dikutuk. Terkadang kita juga tidak bisa membedakan mana YAHUDI, mana ZIONIS (ME) dan mana Bani ISRAEL. Hitler masih "hidup".
Masalahnya karena mereka hanya melihat : "nyawa siapa". Jawaban yang mereka munculkan adalah : Nyawa "mereka" atau Nyawa "kita". Mereka sama sekali tidak mengenal Nyawa Manusia.
Wallahu 'alam !

Tidak ada komentar: