Sabtu, 22 Oktober 2011

Domino Politik Timur Tengah

Oleh : Muhammad Ilham


"Barat sejak awal hanya berniat menjarah minyak Libya dan hanya mendukung Moammar Khadafi jika menguntungkan mereka. Bahkan, Barat tak akan segan menyingkirkan Khadafi bila dinilai tak bisa menyokong keinginan mereka. Tunjukkan pada saya satu saja pemimpin Eropa atau Amerika yang belum pernah berkunjung ke Libya atau memiliki persetujuan dengan Khadafi"
(Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinedjad : Reuters, 25/10/2011)


"Bukan pada kediktatorannya, tapi pada cara menyelesaikannya", demikian kata kawan saya selepas kami menonton secara live media televisi tentang kematian Moammar Khaddafi yang bernama lengkap Moammar bin Mohammad bin Abdussalam bi Humayd bin Abu Manyar bin Humayd bin Nayil al Fuhsi Khaddafi. "Bukan kematiannya yang kusesali, tapi caranya pergi yang kutangisi", lanjutnya kembali (puitis, mungkin ia baru baca Chairil Anwar). Kematian yang "miris" dan tragis, tertangkap dengan berdarah-darah, selanjutnya dibunuh secara sadis. Terlepas (bahwa) Khaddafi itu diktator atau tidak, memperlakukan Khaddafi secara tidak manusiawi, apalagi melalui "tangan-tangan luar" rakyat Libya, pada akhirnya membuat kita bertanya, "bagaimana dengan pemerintahan/rezim lain yang pada dasarnya jauh lebih kejam dibandingkan Khaddafi, apakah tangan-tangan luar itu memperlakukan kaedah yan sama ?". "Tak ada makan siang yang gratis", setidaknya demikian "hadits mutawatir" yang dikenal dalam ilmu politik. Apa yang terjadi di Libya, tak terlepas dari tak ada gratisnya bantuan kepada pihak NTC (oposisi) oleh "tangan-tangan luar" tersebut. "Dunia" akan sepakat mengatakan bahwa minyak adalah faktor yang membuat Khaddafi harus mengakhiri nyawanya secara memilukan.

(Sekali lagi), terlepas diktator atau tidaknya Khaddafi sang "Nasserisme" ini, perlakuan terhadapnya teramat berbeda dengan Ariel Sharon (mantan Perdana Menteri Israel) yang digelari "Tukang Jagal dari Beirut". Ketika ia masih menjadi salah seorang menteri kunci dalam pemerintahan Menachen Begin, Sharon melakukan pembantaian Qibya pada 13 Oktober 1953, 96 orang Palestina tewas oleh Unit 101 yang dipimpinnya. Selanjutnya, bersama dengan Sharon melakukan pembantaian Sabra dan Shatila di Libanon pada 1982, 3.000 - 3.500 jiwa terbunuh. BEGIN (bersama-sama dengan SADAT dan Jimmy... Carter dihadiahi NOBEL Perdamaian). Perlakuan terhadap Khaddafi juga berbeda dibandingkan perlakuan "tangan-tangan luar" itu pada Slobodan Milosevic dan beberapa diktator "horor" lainnya dari negara-negara Afrika hitam. Tapi sudahlah, sejarah selalu menghadirkan ketidakadilan. Benang merahnya hanya bisa dilihat pada motivasi sejarah itu hadir. Khaddafi adalah Presiden sebuah negara kaya minyak, ia-pun dikenal sebagai salah satu dari segelintir pimpinan negara yang berani berkata "tidak" pada negara-negara yang meng-klaim diri mereka sebagai "negara besar" dan "negara beradab". Bila ini kita jadikan patokan, maka Khaddafi (ternyata) memang salah. Mengapa ia menjadi Presiden negara kaya minyak ? Mengapa ia tak mau berkompromi dengan negara-negara besar-beradab ?

Detik-detik kematian Khaddafi (www.youtube.com)









Khaddafi dengan Presiden Perancis, Nicholasz Sarkhozy. Saya masih ingat "kabar berita" dari Saif al-Islam (anak Khaddafi) dalam time.com bulan Februari 2011 bahwa biaya kampanye Sarkozy dibackup oleh Khaddafi. Mereka dikenal sebagai kawan karib, apalagi banyak investor Perancis menanamkan investasi mereka di kilang minyak negara pahlawan Omar al-Mochtar tersebut. Tapi malam kemaren (21/10/2011), sebagaimana yang dikutip TVOne, Sarkozy mengeluarkan pernyataan : "Khaddafi layak mati seperti itu (maksudnya : mati secara mengenaskan, ditembak dalam keadaan hidup-hidup) oleh rakyat Libya".


Foto : Nicholasz Sarkhozy dan Moammar Khaddafi (time.com)

Foto : Silvio Berlusconi dan Moammar Khaddafi (time.com)

Khaddafi dengan karibnya yang lain, Presiden Italia nan flamboyan, Silvio Berlusconi. Presiden Italia yang dikenal sebagai pemilik klub bola AC. Milan ini, juga mengamini apa yang dinyatakan Sharkozy.

Foto : Khaddafi dengan Si Barack "Berry" Obama "anak Menteng" (time.com)

Foto : Khaddafi dengan Sultan Arab Saudi (time.com)


Para petinggi negara-negara yang tergabung dalam NATO, ketika masih "mesra" dengan Khaddafi. Disamping Khaddafi, ada Sekjen PBB, Ban-Ki Moon. Pasca kematian Khaddafi, Ban-Ki Moon mengeluarkan pernyataan : "Menghargai dan mendukung penuh apa yang dilakukan rakyat Libya kepada Khaddafi".






Pasca Revolusi Jasmine Tunisia dan Mesir, aroma perubahan politik juga menjalar ke Yaman dan Bahrain. Yaman dibiarkan dan tidak menjadi perhatian utama negara-negara Barat. Tapi, tidak dengan Bahrain. Negara teluk kaya minyak ini, "menggeliat" untuk mengadakan revolusi sebagaimana halnya dengan Tunisia dan Mesir. Arab Saudi teramat takut bila revolusi berhasil di Bahrain. Bahrain berbeda dengan Mesir dan Tunisia. Bahrain merupakan negara monarki-absolut, sebagaimana halnya Arab Saudi. Karena itu, Arab Saudi merasa "berkewajiban" untuk membantu negara kaya ini. Pasukan dikirim, dan terjadi banyak pembantaian. Berita mengenai Bahrain tidak begitu diekspos oleh media massa, khususnya media massa Barat. Hanya segelintir pemimpin negara Islam yang "berteriak" terhadap pembantaian di Bahrain. Selain Iran (Ahmadinedjad), Perdana Menteri Turki adalah salah seorang pemimpin negara yang bereaksi keras. Turki mengecam intervensi Arab Saudi dan rezim-rezim Arab lainnya. PM Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, "Our stance is clear. We do not support oil wells; we support people, we support nations, we support democracy, we support peace, we support brotherhood. We scream out loud that a brother should not kill his brother!". "Pihak kami sangatlah jelas bahwa kami bukan berpihak pada sumur-sumur minyak. Kami berpihak pada rakyat, demokrasi, perdamaian dan persaudaraan." Ia menambahkan, "Kami tidak akan terjebak dalam kubangan para pedagang senjata. Kami meneriakkan, "Wahai saudara janganlah bunuh saudara lain !". "Apa yang terjadi di Bahrain adalah tragedi Karbala, " tegas Erdogan. Dan suara-suara diatas dianggap "angin lalu" oleh PBB dan Amerika Serikat.


Foto : George W. Bush dan Sultan Bahrain, Hamad Isa al-Khalifa (time.com)

Foto : George W. Bush dan Sultan Bahrain, Hamad Isa al-Khalifa (time.com)

Mengapakah Amerika Serikat dan PBB "diam" dan tak ingin kasus Mesir serta Libya terjadi di Bahrain serta membiarkan tentara Arab Saudi melakukan pembantaian (demikian diistilahkan oleh al-jazeera.com) di Bahrain ? Jawabannya ........ karena di Bahrain adalah "teman terbaik" Amerika Serikat dan di Bahrain juga terdapat Pangkalan US. Navy's 5th Fleet.

Khaddafi sudah usai. Yaman karena tidak strategis, dibiarkan mencari arah nasib mereka sendiri. Selanjutnya, karena "minyak" dan "melawan pada negara-negara besar", pandangan tertuju pada Iran. Tapi Libya beda dengan Iran. Disamping sama-sama kaya dengan kandungan minyak, Iran sekarang dianggap sebagai salah satu negara terkuat dari segi peralatan persenjataan di Timur Tengah, selain Israel. Beda dengan Arab Saudi yang kuat dari peralatan senjata karena mereka beli dari negara-negara Barat, Iran justru mereka "hasilkan" sendiri (tentunya pada bagian-bagian tertentu diback-up oleh Rusia). Orang Persia yang sejak dahulu sudah dikenal dengan tradisi intelektual-nya yang teramat tinggi, mampu menghasilkan persenjataan-persenjataan canggih, karena mereka tak ingin diperlakukan seperti Irak dibawah Saddam Hussein, atau (belakangan) Libya dengan rezim Khaddafi-nya. Negara-negara Barat (NATO), tak bisa memungkiri keinginan mereka untuk menaklukkan Iran. Disamping kaya minyak serta dikuasai oleh rezim Mullah yang teramat kritis terhadap Barat, Iran juga menjadi "lawan abadi" Israel, miniatur-ideologis Amerika Serikat di Timur Tengah. Mereka pasti berfikir ulang. Iran beda dengan Libya. Di Iran, proses demokrasi berjalan dengan baik. Mayoritas masyarakat Iran adalah penganut Syi'ah yang secara sosiologis-antropologis-teleogis, berbeda dengan rakyat Mesir, Tunisia maupun Libya yang mayoritas Sunni. Syi'ah dikenal memiliki militansi "menggetarkan" karena ditopang ajaran normatif-teleogis-historis : "Karbala dan Hussein vs Yazid". Inilah yang membuat Saddam Hussein pada era 1980-an "muntah" berhadapan dengan Iran yang baru "siuman" dari revolusi menurunkan Syah Reza Pahlevi. Walau didukung oleh hampir seluruh negara teluk dan negara-negara Barat, Saddam akhirnya mengibarkan "bendera putih" setelah perang Iran-Irak selama lebih kurang 9 tahun. Riwayat hidup Saddam Hussein-pun, kita mengetahui bagaimana ending-nya.

Pemimpin spritual tertinggi Iran - Ayatullah (al-Uzma) Ali Khamenei

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinedjad (kanan)

Iran dikenal sebagai negara teo-demokratis, dimana pemimpin spritual (vilayatul faqh)
menjadi sentral dari hierarkis politik di negara ini



Kembali ke Moammar Khaddafi. Bagaimana kisah "kepergiannya ?" tersebut. Berikut kisah miris "Si Anjing Gila Timur Tengah", gelar yang diberikan mantan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan (ingat: kasus Lockerby), sebagaimana yang dipublish vivanews.com (via. al-jazeera.com) :

Lelaki itu berjalan limbung. Wajahnya berdarah, merah kental bercampur debu gurun. Dia begitu lunglai saat digiring di tengah para serdadu pemberontak. Di video yang menyebar ke dunia pada pagi 20 Oktober 2011 itu, dia adalah tawanan yang pasrah. Para serdadu tampak girang. Mereka menembakkan senapan ke langit. Lelaki itu diklaim sebagai Muammar Khadafi. Sang penguasa Libya selama 42 tahun itu, kini bahkan tak kuasa berjalan. Dia dipapah. Rambutnya kadang dijambak. Di Kamis sial itu, Khadafi adalah pecundang. Pada rekaman lain, Khadafi terkapar di aspal. Wajahnya menyembul di antara kaki-kaki serdadu pembangkang. Alas sepatu mereka, sengaja atau tidak, menginjak tubuh telanjang Khadafi. Dia tak lagi bergerak. Matanya setengah tertutup, dan mulut agak terbuka. Darah mengucur dari wajah pias itu. Hampir dua jam tak ada konfirmasi apakah si lelaki itu benar “si anjing gila dari Timur Tengah", julukan Presiden AS Ronald Reagan dulu kepada Khadafi. Baru kemudian Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya, wadah para penentang Khadafi, menyatakan sang diktator telah tewas. Di kaki, punggung, dan kepalanya, ada bekas tembakan. Bagaimana Khadafi yang perkasa itu bisa dilumpuhkan?

Sirte. Kota tempat pelarian terakhir Khadafi itu, rupanya telah dikepung para pemberontak. NTC melaporkan, Khadafi dikawal seorang panglimanya, Abu Bakr Younis Jabr di Sirte. Pada subuh hari, baku tembak pecah. Khadafi kalah kuat. Dia lalu kabur dengan konvoi 15 truk. Gerakan mereka terpantau pesawat tempur NATO. Peluru pun muntah dari langit. Konvoi hancur lebur. Menteri Pertahanan Prancis, Gerard Longuet, membenarkan itu hasil gempuran pesawat negaranya. Sekitar 50 tentara Khadafi tewas. Tapi Khadafi belum tamat saat itu. Dia dan sejumlah orangnya lolos dari gempuran pesawat tempur. Mereka kabur melalui pepohonan di pinggir jalan, lalu bersembunyi di gorong-gorong. Sialnya, serdadu NTC mengejar. Persembunyian itu terbongkar. Terpojok, salah seorang pengawal Khadafi akhirnya menyerahkan diri. Tentara Khadafi itu lalu berteriak. "Tuan saya di sini. Tuan saya ada di sini. Muammar Khadafi ada di sini, dia terluka," kata si pengawal itu, seperti ditirukan prajurit NTC Saleem Bakeer. Khadafi pun keluar dari gorong-gorong. "Ada apa? Ada apa? Apa yang terjadi?" kata Khadafi lirih kala itu. Dia dilaporkan terluka tembak di kaki dan punggungnya. Bakeer mengatakan, Khadafi ditembak oleh orangnya sendiri. Kala itu Khadafi dilaporkan memegang sepucuk pistol emas. Tapi dia tak menggunakannya. Rekaman video yang diunggah di laman Youtube, menunjukkan Khadafi yang kepayahan itu lalu ditaruh di kap mobil, dan kemudian dipindahkan ke truk. "Dia dulu menyebut kami tikus. Lihat bagaimana kami menemukannya sekarang," kata seorang tentara NTC, Ahmed al-Sahati, berdiri di samping gorong-gorong tempat Khadafi sembunyi, seperti dikutip dari Aljazeera.

Perdana Menteri NTC, Mahmoud Jibril, mengatakan Khadafi masih bernafas saat dibawa pakai ambulans ke kota Mistara. Tapi, dia tewas setelah terjebak di tengah-tengah baku tembak antara tentara loyalis dan tentara anti Khadafi. Dilaporkan ada peluru bersarang di kepalanya. Jibril tak tahu, peluru siapa mengenai Khadafi. Kemudian, muncul rekaman video kedua. Mayat Khadafi menjadi bulan-bulanan warga yang benci setengah mati padanya. Kematian Khadafi pun membangkitkan kecurigaan baru. Apakah dia tertembak atau ditembak. Salah satu gambar di situs The Telegraph, menunjukkan ada lubang peluru tepat di pelipis kiri Khadafi. Luka itu terlalu rapi, jika disebut hasil tembakan dalam pertempuran. Muncul dugaan, Khadafi dieksekusi mati di ambulans. Itu sebabnya, badan HAM PBB mempertanyakan soal tewasnya Khadafi. Pertanyaan itu membuat NTC menunda pemakaman Khadafi. Sebab kematiannya dinilai masih kontroversial. Dilansir dari laman Aljazeera, Jumat 21 Oktober 2011, PBB juga menyayangkan beredarnya video Khadafi yang terluka, dan penuh darah di tengah masyarakat. "Jika dikumpulkan, rekaman itu sangat menganggu," kata Rupert Collville, juru bicara Komisi Tinggi HAM PBB. Karena pemakamannya ditunda, mayat Khadafi disimpan di lemari pendingin di kota Misrata. Di atas matras kuning abu-abu, di salah satu mal berkamar pendingin, mayat itu terbaring kaku. Ahli dari PBB akan melakukan otopsi, dan menelisik penyebab kematian Khadafi itu. "Adalah prinsip dasar hukum internasional, mereka yang dituduh melakukan kejahatan serius sebisa mungkin diadili. Eksekusi spontan sangat ilegal. Beda halnya jika dia terbunuh dalam pertempuran," kata Colville. Selain Khadafi, NTC juga mengumumkan kematian putra kelima Khadafi, Motassim, dan kepala intelijen Libya, Abdullah al-Senussi. Mereka diperkirakan berada di dalam salah satu iring-iringan bersama Khadafi. Satu dinasti politik itu tumpas.

Berkuasa selama 42 tahun di Libya, kematian Khadafi adalah juga akhir dari drama pelariannya dari buruan NATO dan NTC selama lebih dari tiga bulan. Sejak Tripoli jatuh ke tangan pemberontak pada akhir Agustus lalu, Khadafi menyingkir ke kota kelahirannya di Sirte. Para pemberontak menjarah kediamannya di Bab Al-Aziziya. Buldozer meratakan kompleks enam kilometer persegi, simbol kekuasaan Khadafi dan keluarganya itu. Jalur bunker di dalam Bab Al-Aziziya menggurita di bawah tanah kota Tripoli. Disinyalir, dengan cara inilah Khadafi kabur. Dari persembunyiannya, Khadafi masih membuat panas telinga para penentangnya. "Sucikan ibukota dari tikus-tikus pemberontak," kata Khadafi sambil sembunyi. Selama kabur, dia menggunakan tenda besar sebagai tempat bermalam. Laporan intelijen sempat mengatakan Khadafi kabur ke luar negeri, seperti para anggota keluarganya. Anak dan istri Khadafi dilaporkan hengkang ke Aljazair dan Niger. Sebelumnya, muncul spekulasi Khadafi bersembunyi di negara-negara tentangga di Afrika. Dia berjuluk “Raja Diraja Afrika” ini punya hubungan dekat dengan penguasa ataupun suku-suku di Niger maupun Chad. Khadafi membantah. Dia bilang, tak akan pernah meninggalkan Libya. Dia akan bertempur sampai mati. Ada alasan mengapa Khadafi memilih kota kelahirannya untuk bersembunyi. Kota dengan 100 ribu jiwa warga itu paling setia mendukungnya. Ketika Benghazi dan Tripoli jatuh, Sirte tetap kokoh melawan pemberontak, hingga akhirnya digempur oleh NTC.

Referensi : time.com/vivanews.com/jerusalempost.com/al-jazeera.com/reuters.com

Tidak ada komentar: