(Tulisan ini saya "curi" dari FB Dra. Rani Amelia, M.Phil. Beliau adalah salah seorang guru terbaik saya ketika masih kuliah S1 di FISIP Universitas Andalas Padang dan S1 SKI IAIN Padang. Lebih kurang 2 tahun, ibunda Rani Amelia "mensuply" ilmu politik kepada saya ........ dan rasanya saya seperti "Malin Kundang" karena tidak pernah lagi menemuinya hanya sekedar untuk bertutur sapa atau saling bercerita. Semoga tulisan beliau yang saya "curi" ini selalu menjadi pengingat bagi saya bahwa betapa seorang Rani Amelia merupakan dosen yang "cukup mengesankan" bagi saya, walau hanya dalam waktu yang tidak begitu lama - 1997/1998)
Salah satu tugas yang amat melelahkan di dunia ini adalah menunjukan kebenaran yang tidak dipercayai oleh orang-orang yang ingin diyakinkan. Kata-kata menjadi tidak berguna, hanya berfungsi untuk menimbun kegagalan-kegagalan. Hanya ada dua jalan untuk mengentaskan masalah ini, pertama dengan paksaan, dan kedua dengan kebesaran hati. Dalam sejarahnya kebesaran hati jauh lebih tajam untuk mengubah pendirian manusia. Pengalaman orang-orang besar bisa kita pakai untuk menarik pelajaran ini. Ketika orang-orang lebih memilih kekerasan untuk menyelesaikan persoalan kecil, Mahatma Gandhi menawarkan Ahimsa, pemecahan tanpa kekerasan, yang diyakininya akan berakhir dengan kemenangan. Gandhi memahami betul kelemahan massa India yang kehilangan hati akibat dipimpin oleh keboborokan para politisi. Tenaga mereka diperas dan terkuras oleh perselesihan para elit yang melupakan tujuan politik dari kemerdekaan, yakni kehidupan yang lebih baik. Kekerasan telah menjalar kemana-mana, tidak lagi berpusat hanya di tempat-tempat yang tidak beradab. Kekerasan menjangkau ruang-ruang keluarga, parlemen, bahkan tempat-tempat ibadah. Usulan Gandhi untuk menyelesaikan perselisihan dengan kearifan dan keagungan nilai-nilai manusia tidak dipercayai bahkan oleh Nehru, yang selalu memujanya dan bekerjasama dengannya. ” Sangat menyedihkan bahwa pada saat-saat kritis dalam sejarah kita, kita tidak dapat ... saling memahamai mengenai hal-hal penting” tulisan Gandhi kepada Nehru ( Stenley Wolpert, Mahatma Gandhi: 289) Gandhi berusaha tanpa hasil, oleh karena itu Gandhi memutuskan untuk berjalan seorang diri, meredakan gejolak dan hasrat liar orang-orang yang frustasi dan mengalami kekecewaan berat akibat ulah para politisi. Gandhi sudah meninggal ketika rakyat India menyadari kesalahan mereka. Namun tak akan India menjadi negara seperti sekarang ini kalau orang-orang yang menentangnya tidak tergugah dengan kebesaran hati Gandhi.
Bill Clinton, mantan presiden Amerika Serikat yang terpilih kembali untuk kedua kalinya di tahun 1996. Dalam periode kedua kepemimpinannya Bill Clinton menghadapi tantangan yang amat berat. Ia dituduh korup dan melakukan kejahatan moral karena perselingkuhan. Dalam pemilihan di House of Representative tanggal 19 desember 1996 telah muncul kesepakatan untuk melakukan impeachment terhadap Bill Clinton. Namun dalam sidang tingkat Senat tuduhan itu dibantah dan perjalanan kariernya sebagai presiden AS dilanjutkan. Namun sehari sebelum meninggalkan Gedung Putih Bill Clinton berpidato di depan publik dan mengaku bahwa ia telah mengkhinanati istrinya dan keluarganya, sekaligus juga rakyat Amerika Serikat. Dia mengaku telah berbohong tentang perselingkuhan tersebut. Akibat pengakuannya itu karier politiknya berakhir, namun istrinya bisa tampil dengan terhormat di panggung politik. Orang-orang tidak lagi bisa menghubungkan kejadian itu untuk menjatuhkannya. Halary dapat terus tampil dengan anggun dan partainya semakin mendapatkan kepercayaan rakyat Amerika Serikat. Dalam salah satu kampanyenya Halary mengatakan “ kalian dapat mengatakan bahwa kalian mencintai anak-anak kalian, namun tindakan nyata jauh lebih kuat dampaknya ketimbang ucapan-ucapan semata.”
Mantan presiden RI, Soeharto memutuskan untuk mundur dari jabatannya pada tanggal 21 May 1998, sebagai tindak lanjut atas krisis ekonomi dan tekanan yang kuat dari berbagai elemen masyarakat agar dirinya mundur. Saat itu perendahan derajad kepada dirinya sangat intensif dilakukan dari berbagai arah. Sampai selang beberapa tahun sesudahnya suara-suara kebencian terhadap dirinya dan keluarganya masih terdengar. Pilihannya untuk mundur dengan terhormat membuat orang-orang harus mengakui tentang kebesaran hati dan keberaniannya untuk menanggung sendiri tanggungjawab atas krisis yang terjadi di Indonesia. Nyatanya sampai beliau meninggal lawan-lawan politiknya tidak bisa memastikan Soeharto bersalah untuk semua kerusakan yang terjadi di Indonesia. Yang terdengar selanjutnya justru suara-suara yang ingin mengangkatnya menjadi pahlawan nasional. Kepemimpinan Seoharto telah digantikan oleh Habibi, orang yang sepanjang pemerintahannya dilihat sebagai bagian dari rejim Orde Baru dan sangat dekat dengan Soeharto. Karena alasan itu pula banyak yang menganggap beliau sebagai ganjalan bagi reformasi Indonesia selanjutnya. Habibi tidak kurang mengalami perendahan derajad baik dari parlemen maupun orang-orang di luar parlemen.Yang dikhawatirkan pada waktu itu adalah Habibi akan melakukan langkah-langkah strategis untuk mengembalikan kekuasaan Orde Baru dengan cara memperpanjang masa kepemimpinannya. Habibi memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal itu. Namun beliau menjawab ketakutan itu dengan mengumumkan bahwa dirinya tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan berikutnya. Saat ini yang kita dengar tentang Habibi hanyalah suara-suara yang menghormatinya, yang mendudukannya sebagai salah satu satu putra bangsa Indonesia yang terbaik.
Dalam tahun 1999 Indonesia memiliki seorang presiden baru, seorang yang dikenal sebagai salah satu penggerak reformasi Indonesia, pejuang demokrasi dan lawan berat dari Soeharto, Abdurrahman Wahid. Beliau dipilih dengan satu alasan untuk melahirkan perdamaian diantara kubu-kubu yang konflik, yang menjurus kepada kekerasan dan perang saudara. Dengan mandat itu Gus Dur telah memberikan banyak konsensi kepada kelompok-kelompok di Papua yang menuntut pemisahan diri dan kemerdekaan. Tapi karena kebijakan-kebeijkannya pula beliau dituduh oleh DPR telah melakukan upaya yang keliru, menciptakan kekacauan di Indonesia. Gus Dur dianggap telah melenceng dari kewenagannya dengan menyatakan akan membubarkan DPR. Tanggal 23 Juli 2001 MPR memutuskan impeachment atas Gus Dur, namun Gus Dur tetap bersikeras bahwa ia adalah presiden RI yang sah. Tanpa diduga tanggal 25 Juli Gus Dur dengan kebesaran hatinya keluar dari istana kepresidenan, dan orang-orang melihat keputusan yang tidak disukainya itu sebagai jalan untuk mendamaikan kembali Indonesia. Sejak itu ia dinobatkan sebagai guru bangsa. Tak kurang orang-orang yang melengserkannya mengakui Gus Dur adalah pahlawan nasional yang patut dihormati sepanjang masa.
Itulah upah dari kebesaran hati. Kebesaran hati bukan suatu yang bisa direkayasa,. Ia datang bersama kesadaran pemiliknya tentang mana yang harus ia dahulukan disaat-saat genting. Sering kebesaran hati tidak muncul akibat rasa malu, ketakutan untuk menanggung akibat buruk, atau kekekerasn hati semata. Sesungguhnyalah kebesaran hati tidak pernah menghasilkan keburukan bagi yang memilikinya. Justru kesombongan dan kekekerasan hati itulah yang mendatangkan perendahan derajad. mecelakakan diri sendiri, merusak dan menghapus keseluruhan yang baik, yang tersisa dalam diri pemiliknya. Kebesaran hati ujian terakhir tentang kecintaan pemimpin kepada rakyat yang dipimpinnya.
(c) Ranny Amelia
(c) Ranny Amelia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar