Sebagaimana halnya Tan Malaka nan misterius, sisi wanita Osama juga menarik untuk dibedah. Bila Tan Malaka tidak pernah "berujung" di Tuan Qadi, maka Osama adalah "petualang cinta" yang flamboyan, walau tetap misterius. Ketika keinginan untuk merekonstruksi perjalanan sejarah Tan Malaka beberapa waktu lalu, maka kuburan Tan Malaka, yang disinyalir, berada di Selopanggung dibongkar. Untuk mengetahui keabsahan "mayat" (Tan Malaka) tersebut, tes DNA merupakan suatu hal yang logis pada zaman sekarang ini. DNA kemenakan kemenakan Tan Malaka si Ibrahim ini-pun diambil. Entah apa hasilnya, hingga sekarang wallahu a'lam. Tan Malaka hanya punya kemenakan. Itu pun untung, saudaranya punya anak. Bila tidak, putus sudah hirarkis genetiknya. Karena itu, mungkin, Osama jauh lebih beruntung. Bin Laden ini punya 26 anak, sehingga tingkat probabilitas mencari sample DNA pasca kematiannya jauh lebih mudah. Tapi yang jelas, kemisteriusan Tan Malaka dan Obama .... eh Osama, tetap meninggalkan bumbu-bumbu asmara yang teramat menarik untuk dikupas. Walau Tan Malaka terkesan "kering", tapi kekeringan interaksi dengan wanita, justru membuat Tan Malaka dianggap sebagai laki-laki Platonik. Ia hanya kenal dua atau tiga wanita, tapi romansa mereka terasa "menggigit" untuk dikisahkan. Pada sisi lain, Osama yang memiliki istri beberapa orang dan anak yang banyak itu, juga meninggalkan kisah menarik sebagaimana yang dinukilkan dalam buku 'Growing Up Bin Laden', yang memotret sisi manusiawi dan pribadi Osama ini. Buku ditulis oleh Najwa bersama putra keempatnya, Omar bin Laden, dan Jean Sasson, penulis terkenal New York Times. Buku ini diterbitkan pada 2009 oleh St Martin's Press New York. Di Indonesia, buku ini bertebal 543 halaman yang diterbitkan Literati pada April 2010.
Dalam buku ini dikisahkan bagaimana Ghaneem, sepupu dan istri pertama Osama bin Laden, menghabiskan masa anak-anak hingga remaja bersama Osama. Benih-benih cinta tumbuh di antara mereka. Najwa yang suka penampilan, kelembutan dan karakter kuat Osama sempat dibikin gregetan dengan sifat Osama. "Aku tak yakin apa yang terjadi, tapi aku tahu bahwa aku dan Osama memiliki hubungan istimewa. Walaupun tak pernah mengatakan apa pun, mata cokelatnya akan bersinar senang setiap kali aku memasuki ruangan. Aku bergetar dengan sukacita saat aku menyadari perhatian intensnya," tulis Najwa dalam buku 'Growing Up bin Laden' halaman 16. Dari cara Osama memandangnya, Najwa mengerti dan yakin Osama menyukainya. Dan dalam budaya di tempat Najwa tinggal, Latakia, Suriah, menikah muda adalah hal yang lazim. Gejolak hati Najwa remaja menariknya untuk berpikir menikah dengan Osama. Namun saat-saat pendekatan ini, Osama dinilai Najwa terlalu pemalu dan santun. Padahal, Najwa ingin Osama mendekati orang tuanya untuk membicarakan pernikahan. Tak pelak, sifat Osama ini membuat Najwa gusar dan gregetan. "Tapi, Osama tetap bersikeras dengan sikap santunnya! Bahkan, ketika dia punya kesempatan berbincang-bincang denganku, dia terlihat sulit mengekspresikan dirinya. Aku ingat menatapnya lembut, mulai berpikir bahwa sepupuku ini lebih pemalu daripada 'perawan di balik cadar'," tulis Najwa di halaman 20. Akhirnya, keberanian Osama yang diharapkan Najwa muncul juga. Saat itu Najwa berusia 14 tahun, dan Osama, 15 tahun. Ibu Osama yang juga bibi Najwa, Allia, senang dengan rencana pertunangan itu karena akan membuat kedua keluarga semakin dekat. Namun, ibu Najwa sempat membujuk agar Najwa tak menikah dengan sepupunya itu. Bukan karena tak suka dengan Osama, melainkan karena tak ingin Najwa pindah begitu jauh, dari Suriah ke Arab Saudi. "Najwa, tolong jangan menyetujui pernikahan ini. Aku ingin kamu tinggal di dekatku, Nak. Jika kamu pergi ke Arab Saudi, pertemuan kita akan sejarang perhiasan yang mahal," kata ibu Najwa. Najwa pun menatap ibunya sejenak. Najwa, gadis yang selalu teguh kala memutuskan sesuatu itu akhirnya menjawab,"Ini hidupku, Ibu. Aku yang memutuskan. Aku mencintainya. Aku akan menikah dengannya".
Dan, Najwa dan Osama pun menikah pada tahun 1974, Najwa berusia 15 menjelang 16 tahun dan Osama berusia 17 tahun. Mengenakan gaun pengantin putih dan rambut indah tertata rapi, Najwa ingin tampil secantik mungkin di hadapan pasangan hidupnya. Najwa sadar, pria yang dicintainya itu memiliki keyakinan konservatif. Maka, pernikahan pun sederhana saja. Para tamu yang lelaki dan perempuan ditempatkan di tempat terpisah. Hidangan berlimpah dengan menu Suriah pun disajikan: daging panggang, gandum giling dengan daging merpati, daun pohon anggur dan kibbe. "Semua yang meriah dilarang. Tak ada musisi yang memainkan alat musik atau menyanyikan lagu. Mereka yang gemar menari diinstruksikan untuk tetap diam. Gelak tawa dan gurau canda tidak dianjurkan. Kegiatan malam itu hanya terbatas dengan basa-basi," kenang Najwa. Kendati demikian, Najwa bahagia. Dari ekspresi manis wajah Osama, Najwa tahu, Osama senang dan puas dengan pilihannya. "Malam itu berlangsung bagaikan mimpi: aku adalah wanita yang menikah dengan lelaki yang kucintai," kata Najwa.
Referensi : sebagian dari artikel ini termasuk foto, bersumber dari www.detik.com/nograhany widhi
Dalam buku ini dikisahkan bagaimana Ghaneem, sepupu dan istri pertama Osama bin Laden, menghabiskan masa anak-anak hingga remaja bersama Osama. Benih-benih cinta tumbuh di antara mereka. Najwa yang suka penampilan, kelembutan dan karakter kuat Osama sempat dibikin gregetan dengan sifat Osama. "Aku tak yakin apa yang terjadi, tapi aku tahu bahwa aku dan Osama memiliki hubungan istimewa. Walaupun tak pernah mengatakan apa pun, mata cokelatnya akan bersinar senang setiap kali aku memasuki ruangan. Aku bergetar dengan sukacita saat aku menyadari perhatian intensnya," tulis Najwa dalam buku 'Growing Up bin Laden' halaman 16. Dari cara Osama memandangnya, Najwa mengerti dan yakin Osama menyukainya. Dan dalam budaya di tempat Najwa tinggal, Latakia, Suriah, menikah muda adalah hal yang lazim. Gejolak hati Najwa remaja menariknya untuk berpikir menikah dengan Osama. Namun saat-saat pendekatan ini, Osama dinilai Najwa terlalu pemalu dan santun. Padahal, Najwa ingin Osama mendekati orang tuanya untuk membicarakan pernikahan. Tak pelak, sifat Osama ini membuat Najwa gusar dan gregetan. "Tapi, Osama tetap bersikeras dengan sikap santunnya! Bahkan, ketika dia punya kesempatan berbincang-bincang denganku, dia terlihat sulit mengekspresikan dirinya. Aku ingat menatapnya lembut, mulai berpikir bahwa sepupuku ini lebih pemalu daripada 'perawan di balik cadar'," tulis Najwa di halaman 20. Akhirnya, keberanian Osama yang diharapkan Najwa muncul juga. Saat itu Najwa berusia 14 tahun, dan Osama, 15 tahun. Ibu Osama yang juga bibi Najwa, Allia, senang dengan rencana pertunangan itu karena akan membuat kedua keluarga semakin dekat. Namun, ibu Najwa sempat membujuk agar Najwa tak menikah dengan sepupunya itu. Bukan karena tak suka dengan Osama, melainkan karena tak ingin Najwa pindah begitu jauh, dari Suriah ke Arab Saudi. "Najwa, tolong jangan menyetujui pernikahan ini. Aku ingin kamu tinggal di dekatku, Nak. Jika kamu pergi ke Arab Saudi, pertemuan kita akan sejarang perhiasan yang mahal," kata ibu Najwa. Najwa pun menatap ibunya sejenak. Najwa, gadis yang selalu teguh kala memutuskan sesuatu itu akhirnya menjawab,"Ini hidupku, Ibu. Aku yang memutuskan. Aku mencintainya. Aku akan menikah dengannya".
Dan, Najwa dan Osama pun menikah pada tahun 1974, Najwa berusia 15 menjelang 16 tahun dan Osama berusia 17 tahun. Mengenakan gaun pengantin putih dan rambut indah tertata rapi, Najwa ingin tampil secantik mungkin di hadapan pasangan hidupnya. Najwa sadar, pria yang dicintainya itu memiliki keyakinan konservatif. Maka, pernikahan pun sederhana saja. Para tamu yang lelaki dan perempuan ditempatkan di tempat terpisah. Hidangan berlimpah dengan menu Suriah pun disajikan: daging panggang, gandum giling dengan daging merpati, daun pohon anggur dan kibbe. "Semua yang meriah dilarang. Tak ada musisi yang memainkan alat musik atau menyanyikan lagu. Mereka yang gemar menari diinstruksikan untuk tetap diam. Gelak tawa dan gurau canda tidak dianjurkan. Kegiatan malam itu hanya terbatas dengan basa-basi," kenang Najwa. Kendati demikian, Najwa bahagia. Dari ekspresi manis wajah Osama, Najwa tahu, Osama senang dan puas dengan pilihannya. "Malam itu berlangsung bagaikan mimpi: aku adalah wanita yang menikah dengan lelaki yang kucintai," kata Najwa.
Referensi : sebagian dari artikel ini termasuk foto, bersumber dari www.detik.com/nograhany widhi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar