Minggu, 04 September 2011

Umar Patek, Al-Qaeda & Terorisme

Ditulis ulang : Muhammad Ilham

Keberadaan Umar Patek, salah seorang tokoh teroris dari Indonesia yang ditangkap intelijen Pakistan ISS pada 25 Januari 2011 di Abottabat masih mengundang tanda tanya. Beberapa pejabat dan pengamat mengatakan Umar Patek alias Umar Kecil alias Umar Arab alias Abu Syekh alias Zacky itu diduga akan bertemu dengan Osama bin Laden yang akhirnya kemudian diketahui berada di kota yang sama dan akhirnya disergap Navy Seals hingga tewas. Pejabat intelijen AS saat itu meragukan Umar Patek yang berada di Abottabad akan bertemu dengan Osama. Walau dia tokoh teroris kelas atas yang berasal dari Indonesia, dan kepalanya dihargai sebesar USD 1 juta, penulispun sejak awal ragu Umar mampu bertemu dan mendapat clearance berhubungan dengan tokoh tertingggi Al Qaeda tersebut yang disembunyikan dengan security tingkat tinggi. Osama menjadi ikon teroris internasional, musuh bebuyutan AS nomor satu dan terus diburu karena dituduh bertanggung jawab atas serangan di WTC 911. Jaringan Al Qaeda selama 10 tahunan mampu menyembunyikan tokoh yang paling berpengaruh dan menakutkan itu dari kejaran intelijen AS. Teka teki seputar keberadaan Umar Patek di Pakistan agak terungkap setelah CIA berhasil membunuh tokoh nomor dua Al-Qaeda, Atiyah Abd al-Rahman pada hari Senin 22 Agustus 2011 di Waziristan, wilayah barat laut Pakistan. Dia termasuk yang tewas dalam sebuah serangan pesawat tanpa awak. Atiyah, ahli bahan peledak, dan berumur sekitar 38 tahun diketahui sebagai tokoh penting kedua di Al Qaeda sejak 2006. Dia pada masa lalu adalah penghubung utama organisasi Al-Qaeda di Irak dan Iran, serta kelompok Salafis Aljazair. Pada bulan Januari, jaringan Aljazair berubah nama menjadi Al-Qaeda Maghreb Islam.

Posisi Atiyah yang demikian tinggi dan penting pada organisasi Al Qaeda diketahui CIA setelah Navy Seals Six Team melakukan penyerangan ke persembunyian Osama di Abottabad. File yang ditemukan di kediaman Osama menyebutkan peran Atiyah adalah tokoh operasional paling penting yang dipercaya oleh Osama bin Laden. Keberadaan Atiyah di Waziristan adalah dalam rangka memimpin sisa-sisa Al-Qaeda, dan dia bertindak sebagai penghubung penting antara jajaran yang lebih rendah dari organisasi Al Qaeda dan pemimpin tertinggi, termasuk Osama bin Laden sebelum kematiannya pada bulan Mei lalu. Seperti diberitakan, Umar Patek saat akan ditangkap sedang berhubungan dengan Shehzad Tahir, anggota Al Qaeda (Afiliasi Asia Tenggara) yang saat ditangkap sedang menjemput dua militan dari Prancis, yang baru tiba di Lahore. Mereka merencanakan akan bergerak bersama-sama menuju ke Warziristan. Keberadaan mereka sudah tercium intelijen Pakistan, dan ketiganya kemudian ditangkap. Setelah itu baru Umar Patek disergap. Jadi sangat besar kemungkinan adanya upaya Umar Patek sebagai perwakilan jaringan terorisme di Indonesia yang sedang melakukan setting ulang dalam membangun hubungan dengan Al Qaeda melalui Atiyah Abd al-Rahman tersebut. Dengan tewasnya Atiyah, menurut pejabat intelijen AS adalah pukulan besar bagi kelompok teroris. Kekuatan dan kemampuan Al Qaeda untuk beroperasi secara internasional dinilai terus menurun. Menhan AS Leon Panetta mengatakan kemenangan akan dicapai apabila mereka terus berhasil dalam melakukan serangan-serangan serupa.

Dalam siaran persnya Leon Panetta mengatakan, "Now is the moment, following what happened with bin Laden, to put maximum pressure on them. Because I do believe that if we continue this effort we can really cripple al-Qaida as a major threat." Akan tetapi ada yang perlu diingat oleh Menhan Panetta dan otoritas intelijen AS, bahwa perang antara AS dengan Al-Qaeda nampaknya akan terus berlangsung, walaupun serangan langsung ke mainland AS tampaknya agak sulit dilakukan Al Qaeda. Perang dan balas dendam kemungkinan justru akan terjadi di negara ketiga, seperti ancaman yang dilakukan dan telah dibuktikan oleh jaringan Al-Qaeda di Irak yang menyatakan akan menyerang 100 sasaran sejak pertengahan puasa Ramadhan sebagai balas dendam kematian Osama bin Laden. Keberadaan Umar Patek, salah seorang tokoh teroris dari Indonesia yang ditangkap intelijen Pakistan ISS pada 25 Januari 2011 di Abottabat masih mengundang tanda tanya. Beberapa pejabat dan pengamat mengatakan Umar Patek alias Umar Kecil alias Umar Arab alias Abu Syekh alias Zacky itu diduga akan bertemu dengan Osama bin Laden yang akhirnya kemudian diketahui berada di kota yang sama dan akhirnya disergap Navy Seals hingga tewas. Pejabat intelijen AS saat itu meragukan Umar Patek yang berada di Abottabad akan bertemu dengan Osama. Walau dia tokoh teroris kelas atas yang berasal dari Indonesia, dan kepalanya dihargai sebesar USD 1 juta, penulispun sejak awal ragu Umar mampu bertemu dan mendapat clearance berhubungan dengan tokoh tertingggi Al Qaeda tersebut yang disembunyikan dengan security tingkat tinggi. Osama menjadi ikon teroris internasional, musuh bebuyutan AS nomor satu dan terus diburu karena dituduh bertanggung jawab atas serangan di WTC 911. Jaringan Al Qaeda selama 10 tahunan mampu menyembunyikan tokoh yang paling berpengaruh dan menakutkan itu dari kejaran intelijen AS.

Teka teki seputar keberadaan Umar Patek di Pakistan agak terungkap setelah CIA berhasil membunuh tokoh nomor dua Al-Qaeda, Atiyah Abd al-Rahman pada hari Senin 22 Agustus 2011 di Waziristan, wilayah barat laut Pakistan. Dia termasuk yang tewas dalam sebuah serangan pesawat tanpa awak. Atiyah, ahli bahan peledak, dan berumur sekitar 38 tahun diketahui sebagai tokoh penting kedua di Al Qaeda sejak 2006. Dia pada masa lalu adalah penghubung utama organisasi Al-Qaeda di Irak dan Iran, serta kelompok Salafis Aljazair. Pada bulan Januari, jaringan Aljazair berubah nama menjadi Al-Qaeda Maghreb Islam. Posisi Atiyah yang demikian tinggi dan penting pada organisasi Al Qaeda diketahui CIA setelah Navy Seals Six Team melakukan penyerangan ke persembunyian Osama di Abottabad. File yang ditemukan di kediaman Osama menyebutkan peran Atiyah adalah tokoh operasional paling penting yang dipercaya oleh Osama bin Laden. Keberadaan Atiyah di Waziristan adalah dalam rangka memimpin sisa-sisa Al-Qaeda, dan dia bertindak sebagai penghubung penting antara jajaran yang lebih rendah dari organisasi Al Qaeda dan pemimpin tertinggi, termasuk Osama bin Laden sebelum kematiannya pada bulan Mei lalu.

Seperti diberitakan, Umar Patek saat akan ditangkap sedang berhubungan dengan Shehzad Tahir, anggota Al Qaeda (Afiliasi Asia Tenggara) yang saat ditangkap sedang menjemput dua militan dari Prancis, yang baru tiba di Lahore. Mereka merencanakan akan bergerak bersama-sama menuju ke Warziristan. Keberadaan mereka sudah tercium intelijen Pakistan, dan ketiganya kemudian ditangkap. Setelah itu baru Umar Patek disergap. Jadi sangat besar kemungkinan adanya upaya Umar Patek sebagai perwakilan jaringan terorisme di Indonesia yang sedang melakukan setting ulang dalam membangun hubungan dengan Al Qaeda melalui Atiyah Abd al-Rahman tersebut. Dengan tewasnya Atiyah, menurut pejabat intelijen AS adalah pukulan besar bagi kelompok teroris. Kekuatan dan kemampuan Al Qaeda untuk beroperasi secara internasional dinilai terus menurun. Menhan AS Leon Panetta mengatakan kemenangan akan dicapai apabila mereka terus berhasil dalam melakukan serangan-serangan serupa.

Bagaimana dengan Indonesia? Kita tidak bisa terus tinggal diam dan menanti munculnya serangan teror. Keberadaan Umar Patek di Pakistan yang menunjukkan kemungkinan setting ulang dukungan Al Qaeda ke teroris Indonesia perlu didalami. Memang kaitan keduanya baru merupakan sebuah indikasi, tetapi inilah indikasi analisa logik yang perlu didalami. Dalam beberapa serangan bom besar di Indonesia, serangan yang didukung Al Qaeda pada masa lalu kelasnya jelas berbeda dengan serangan teror lokal dengan bom sekelas molotov atau bom gendong gotri. Keberadaan dan eksistensi Amerika di Indonesia cukup bisa mengundang Al Qaeda datang ke negeri ini, karena memang disini sudah ada jaringan yang anti AS. Teroris pernah menyerang kepentingan dan simbol AS serta sekutunya sejak 2002 s/d 2009 dalam beberapa serangan bom bunuh diri. Terorisme jangan dilupakan, mereka bisa surut dan melakukan konsolidasi. Mereka mampu bersabar untuk menyerang sebuah target dan menunjukkan eksistensinya. Jarak waktu serangan bom Bali-2 pada 2005 hingga serangan terhadap JW Marriott-2 dan Ritz Carlton pada 2009 sekitar 3,5 tahun. Jadi apabila kita kurang waspada, meng-underestimate mereka, maka kita harus siap menerima kenyataan suatu saat bukan tidak mungkin akan terdengar lagi suara 'bum', dan kemudian beberapa dari kita menangis dan seperti biasa saling menyalahkan.

Sumber : P. Ramelan/detik.com. Foto : jppn.com

Tidak ada komentar: