Ditulis ulang : Muhammad Ilham
FIB-Adab Site |
Makalah (2) :
Kondisi Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah dalam Realitas Sosial : Proses Tanpa Henti Purifikasi Islam di Minangkabau
Oleh :
Prof. Dr. rer.soz. H. Nursyirwan Effendi
Karakteristik masyarakat
Minangkabau seperti yang diuraikan di atas dan kondisi perkembangan nilai
ekonomi yang merasuk akan sedikit banyak berpengaruh kepada posisi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah sebagai suatu acuan dan standar nilai universal dalam konteks
Minangkabau. Berkait dengan membina karakter Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah dalam masyarakat Minangkabau, maka diperlukan upaya pembudayaan
nilai dan filosofi dari Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah tersebut. Ada beberapa langkah strategis
yang dapat dibangun dalam konteks ini yaitu :
(1). Memperkuat otoritas lembaga
adat dan agama. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan ruang kendali dari pihak
yang dianggap paling paham tentang implementasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam masyarakat.
(2). Membangun kapasitas pembina Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah untuk dapat mengajarkan „membudayakan“nya kepada masyarakat.
(3). Membuat model dan praktek
pengajaran „pembudayaan“ Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang standard dan applicable dalam ruang dan
waktu yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan kepada realitas sosial Minangkabau
memiliki keanekaragaman dari satu nagari ke nagari lainnya.
(4). Menyusun paramater nilai dan
praktek yang benar dari Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang dapat dicerna dan dimengerti tidak
hanya kalangan orang tua, tetapi juga remaja dan anak-anak.
(5). Membuka ruang analisis dan
interpretasi tentang Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah secara praktis, agar nilai dan filosofinya dapat
disesuaikan dengan perkembangan sosial yang mengikuti perubahan zaman, seperti
ekonomi global.
Terkait dengan poin no 5 diatas, tidak dipungkiri
bahwa masyarakat Minangkabau telah lama terlibat dalam ekonomi pasar tingkat
global (Oki 1977: 34-61). Oki menemukan salah satu bukti bahwa pada akhir abad
ke 18 orang Minangkabau telah mengembangkan penanaman kopi untuk kepentingan
pasar global, karena semakin meningkatnya permintaan kopi di pasar Eropa.
Perkebunan kopi terus meluas antara tahun 1820an sampai 1830an, meskipun
diiringi dengan pergolakan Padri yang berlangsung awal abad ke 19 (Oki 1977:
35). Pada masa itu perkebunan kopi banyak terdapat di daerah Rao, Maninjau dan
Solok. Daerah-daerah tersebut sangat cocok untuk penanaman kopi jenis arabika
yang diminati pasar global. Para pedagang yang ada di daerah-daerah tersebut
seluruhnya adalah orang Minangkabau. Mereka mengekspor kopi ke luar negeri
melalui jalur sungai ke pantai timur Sumatera melewati selat Malaka (Oki 1977:
35).
Nilai dasar dan acuan tertinggi dari Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah mungkin perlu direposisi dalam memantapkan karakter budaya dan
kehidupan Minangkabau. Perlu ada kesepakatan yang tidak ditawar-tawar lagi dari
semua pendukung kebudayaan Minangakabau untuk menjadikan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dianggap memiliki otoritas tinggi. Pada
tataran perilaku, strategi pembudayaan karakter Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah menjadi ukuran
proses purifikasi ajaran Islam dan semangat perjuangan Imam Bonjol dalam
menjernihkan perilaku masyarakat dari kotoran dan benalu perilaku yang tidak
sejalan dengan nilai Islam dalam „rumah“ kebudayaan Minangakabau. Penjernihan, atau namanya, purifikasi nilai dan
filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak
Basandi Kitabullah dalam kompleksitas perilaku masyarakat adalah suatu
proses panjang yang berkesinambungan dan tanpa henti. Dengan demikian praktek
penanaman nilai dan filosofinya harus disengajakan, diatur dan dikendalikan
secara eksplisit oleh lembaga atau individu yang memiliki otoritas besar dalam
bidang agama dan adat.
:: Tidak dipublish keseluruhan, (hanya) Kesimpulan makalah saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar