Jabatan, pengaruh dan kewibawaan - "mantagi" kalau dalam bahasa Minangkabau - memang "ditakdirkan" tidak memiliki sangkut paut dengan wajah dan postur. Saya kebetulan menyukai membaca biografi orang-orang terkenal yang pernah di"catat" sejarah. Cobalah lihat, Ho Chi Minh yang biasa dipanggil dengan "Paman Ho", ia bermata sayu dan melihat posturnya, hanya satu yang akan terlintas dibenak kita : "Ia kurang gizi". Tapi, Paman Ho yang dikenal dengan "otak" perang fenomenal Dien Bien Phu mampu (juga) memberi malu Amerika Serikat. Untuk membayar malunya ini, Amerika Serikat "terpaksa" memproduk film sejenis Rambo (bahkan berseri). Kebetulan waktu saya kecil, saya pernah disuguhi oleh majalah Tempo yang dibeli ayah saya foto Paman Ho ini. Kesan saya kala itu hanya satu, ia mirip tukang pukat tetangga rumah saya. Paman Ho bisa jadi kepala negara. Mata sayu dan postur kurang gizi-nya itu, justru membuat ia (justru) menggetarkan rakyat Vietnam. Mantagi dan kharisma-nya luar biasa. Namanya diabadikan, Ho Chi Minh City. Di sisi lain, Soekarno yang pancaran matanya yang bisa jadi binar sehingga sulit orang mengadu pandang, bisa juga jadi Presiden. Lalu, lihat John Fritzgerald Kennedy, Presiden Amerika Serikat paling muda dalam sejarah panjang Amerika Serikat, dengan sisiran rambut yang mengingatkan orang pada pemain band, yang wajahnya membuat Marlyn Monroe selalu mengirimkan bunga - juga bisa jadi Presiden. Lalu bandingkan dengan Nikita Kruschev, musuh terdepan Kennedy ini memiliki tubuh tambun-bulat dan berkepala bundar, kelihatan seperti petani Ukraina. Ia yang pernah membuka dan memukul-mukul sepatunya dalam Sidang Umum PBB ini karena marah pada kebijakan politik luar negeri Kennedy, bisa menjadi orang masyhur. Kruschev yang menjadi pemimpin negara pertama mengucapkan belasungkawa dengan sesegukan atas meninggalnya Kennedy tersebut, dengan postur tubuh yang tak seganteng Kennedy, bisa menjadi Perdana Menteri Uni Sovyet paling cemerlang dan brillyan.
Lihatlah juga Pandit Javaharlal Nehru. Ayah Indira Gandhi dan kakek Rajiv Gandhi ini dikenal ganteng seperti Amitabh Bachan. Badan founding father Partai Kongres India ini semampai dan senantiasa menyelipkan sekuntum mawar merah di bajunya. Sementara penggantinya Lal Bahadur Shastri, berperawakan mungil mirip - bak kata seorang kolomnis - seperti kasir toko kelontong India. Toh, mereka berdua juga sama-sama pernah meraih posisi Perdana Menteri India. Pandang pula texture tubuh Gamal Abdel Nasser yang tinggi besar. Jari jemarinya besar seumpama pisang batu, toh digantikan oleh seorang keling yang bertubuh kecil dan setengah botak bernama Anwar Sadat. Gamal Abdel Nasser yang inspiratif serta Anwar Sadat ini, tercatat sebagai Presiden yang lama dan berpengaruh pada masa mereka. Atau lihatlah Norodhom Sihanouk, raja Kambodja yang memiliki istri terkenal cantik, Putri Monica namanya. Konon, Soekarno yang sahabat Sihanouk, bila berjumpa dengan Putri Monica, selalu rajin mengerlingkan matanya pada Putri ini. Maklum, Soekarno cinta keindahan. Sihanouk orangnya pendek, tingginya hanya "seleher" Soekarno, suaranya nyaring seperti penjual obat, tapi mampu menjadi raja berfikiran moderat Kambodja. Ada anekdot tentang Sihanouk yang senantiasa bersuara nyaring dan dan nyerocos bila bicara, istrinya Monica menjawab, "Kambodja itu penduduknya cuma enam juta, lengang, karena itu, Sihanouk harus bersuara nyaring, bila tidak negeri akan senyap". Ah .. ada-ada saja. Di China, ada Perdana Menteri ganteng, namanya Chou En-Lai. Alisnya tebal dan berair muka merah jambu. Kegantengannya tak bisa dikalahkan Chow Yun-Fat, Jeet Lee, Jacky Chen apatah lagi Stephen Chow. Wajah Chou En-Lai memancarkan inteligensi tinggi. Namun penggantinya, Chen Yi, kebalikannya, bermuka China kebanyakan, bahkan sepintas lalu tampak seperti buruh angkat pelabuhan, sering memakai singlet dan suka angkat kaki di kursi. Konon, ia jarang mandi dan menyisir rambut. China pernah merasakan dipimpin oleh dua orang kontradiktif ini. Dan contoh ini akan semakin banyak, bila dirunut satu per satu.
Di Indonesia, lihatlah Abdurrahman Wahid. Wajah dan posturnya tidak membuat kita "nyaman". Tubuhnya gempal, berkaca mata tebal, bisa tidur dimana saja, bisa menjadi Ketua NU paling berpengaruh dan Presiden paling kontroversial Indonesia. Memiliki kemampuan humor yang tinggi dan pribadi yang sulit ditebak. Terkesan enjoy. Lalu, Habiebie nan mungil, dengan suara mirip Sihanouk, bila bicara selalu panjang-lebar (sudah panjang, lebar lagi). Konon, karena "cerdasnya", sehingga semua yang ada dalam file otaknya ingin keluar semua. Bandingkan pula dengan SBY nan tinggi besar, postur militer tegap. Selalu menjaga penampilan, "pencitraan" istilah orang sekarang dan selalu ingin perfeksionis sehingga terkesan peragu dan banyak kalkulasi. Walau matanya sekarang memiliki kantong (konon, karena jarang tidur), SBY selalu terlihat gagah, rapi, hensem kata orang Malaysia, kalau tak percaya, tanya pada Ruhut Poltak Sitompul, si raja minyak dari Medan. "Rudy" Habibie nan mungil dan terkadang melanggar protokoler dalam berbagai acara, spontan, bicara ceplas ceplos dan terkadang ekspressif (kadang-kadang tertawa lepas, bahkan ngakak). SBY terkesan prosedural, bicaranya tertata rapi-sistematis dan serius ..... mereka bertiga - Gus Dur, Habibie, SBY - juga pernah/masih menjadi Presiden Indonesia.Napoleon Bonaparte itu pendek, Hirohito kurus dengan tatapan mata nanar, Mussolini gendut-tambun botak. Konon, Alexander Agung sang penguasa Macedonia memiliki tubuh atletis dengan dagu yang lancip, Jenderal Mc. Arthur dirindukan banyak orang pasca Perang Dunia ke-II karena kegagahannya dan Che Guevara sang petualang Marxis dari Cuba sangat macho. Mereka semua berhasil bukan karena wajah dan postur. Tapi, karena - istilah Tukul Arwana - kristalisasi keringat. Bila-lah, seandainya wajah dan postur menjadi parameter jabatan, maka akan bermunculanlah Audisi Pencari Wajah dan Postur di berbagai TV Swasta, kerjasama Supermi atau Indomie dengan KPU/KPUD. Sayang, Mbah Maridjan "telah pergi". Kalau ia masih tetap hidup, mungkin ia adalah salah satu sample dari bentuk pengaruh yang bukan bermula dari wajah dan postur, tapi dari roso.! Ah .... entah kemana perginya .... !!
Foto : indogamers.com
Lihatlah juga Pandit Javaharlal Nehru. Ayah Indira Gandhi dan kakek Rajiv Gandhi ini dikenal ganteng seperti Amitabh Bachan. Badan founding father Partai Kongres India ini semampai dan senantiasa menyelipkan sekuntum mawar merah di bajunya. Sementara penggantinya Lal Bahadur Shastri, berperawakan mungil mirip - bak kata seorang kolomnis - seperti kasir toko kelontong India. Toh, mereka berdua juga sama-sama pernah meraih posisi Perdana Menteri India. Pandang pula texture tubuh Gamal Abdel Nasser yang tinggi besar. Jari jemarinya besar seumpama pisang batu, toh digantikan oleh seorang keling yang bertubuh kecil dan setengah botak bernama Anwar Sadat. Gamal Abdel Nasser yang inspiratif serta Anwar Sadat ini, tercatat sebagai Presiden yang lama dan berpengaruh pada masa mereka. Atau lihatlah Norodhom Sihanouk, raja Kambodja yang memiliki istri terkenal cantik, Putri Monica namanya. Konon, Soekarno yang sahabat Sihanouk, bila berjumpa dengan Putri Monica, selalu rajin mengerlingkan matanya pada Putri ini. Maklum, Soekarno cinta keindahan. Sihanouk orangnya pendek, tingginya hanya "seleher" Soekarno, suaranya nyaring seperti penjual obat, tapi mampu menjadi raja berfikiran moderat Kambodja. Ada anekdot tentang Sihanouk yang senantiasa bersuara nyaring dan dan nyerocos bila bicara, istrinya Monica menjawab, "Kambodja itu penduduknya cuma enam juta, lengang, karena itu, Sihanouk harus bersuara nyaring, bila tidak negeri akan senyap". Ah .. ada-ada saja. Di China, ada Perdana Menteri ganteng, namanya Chou En-Lai. Alisnya tebal dan berair muka merah jambu. Kegantengannya tak bisa dikalahkan Chow Yun-Fat, Jeet Lee, Jacky Chen apatah lagi Stephen Chow. Wajah Chou En-Lai memancarkan inteligensi tinggi. Namun penggantinya, Chen Yi, kebalikannya, bermuka China kebanyakan, bahkan sepintas lalu tampak seperti buruh angkat pelabuhan, sering memakai singlet dan suka angkat kaki di kursi. Konon, ia jarang mandi dan menyisir rambut. China pernah merasakan dipimpin oleh dua orang kontradiktif ini. Dan contoh ini akan semakin banyak, bila dirunut satu per satu.
Di Indonesia, lihatlah Abdurrahman Wahid. Wajah dan posturnya tidak membuat kita "nyaman". Tubuhnya gempal, berkaca mata tebal, bisa tidur dimana saja, bisa menjadi Ketua NU paling berpengaruh dan Presiden paling kontroversial Indonesia. Memiliki kemampuan humor yang tinggi dan pribadi yang sulit ditebak. Terkesan enjoy. Lalu, Habiebie nan mungil, dengan suara mirip Sihanouk, bila bicara selalu panjang-lebar (sudah panjang, lebar lagi). Konon, karena "cerdasnya", sehingga semua yang ada dalam file otaknya ingin keluar semua. Bandingkan pula dengan SBY nan tinggi besar, postur militer tegap. Selalu menjaga penampilan, "pencitraan" istilah orang sekarang dan selalu ingin perfeksionis sehingga terkesan peragu dan banyak kalkulasi. Walau matanya sekarang memiliki kantong (konon, karena jarang tidur), SBY selalu terlihat gagah, rapi, hensem kata orang Malaysia, kalau tak percaya, tanya pada Ruhut Poltak Sitompul, si raja minyak dari Medan. "Rudy" Habibie nan mungil dan terkadang melanggar protokoler dalam berbagai acara, spontan, bicara ceplas ceplos dan terkadang ekspressif (kadang-kadang tertawa lepas, bahkan ngakak). SBY terkesan prosedural, bicaranya tertata rapi-sistematis dan serius ..... mereka bertiga - Gus Dur, Habibie, SBY - juga pernah/masih menjadi Presiden Indonesia.Napoleon Bonaparte itu pendek, Hirohito kurus dengan tatapan mata nanar, Mussolini gendut-tambun botak. Konon, Alexander Agung sang penguasa Macedonia memiliki tubuh atletis dengan dagu yang lancip, Jenderal Mc. Arthur dirindukan banyak orang pasca Perang Dunia ke-II karena kegagahannya dan Che Guevara sang petualang Marxis dari Cuba sangat macho. Mereka semua berhasil bukan karena wajah dan postur. Tapi, karena - istilah Tukul Arwana - kristalisasi keringat. Bila-lah, seandainya wajah dan postur menjadi parameter jabatan, maka akan bermunculanlah Audisi Pencari Wajah dan Postur di berbagai TV Swasta, kerjasama Supermi atau Indomie dengan KPU/KPUD. Sayang, Mbah Maridjan "telah pergi". Kalau ia masih tetap hidup, mungkin ia adalah salah satu sample dari bentuk pengaruh yang bukan bermula dari wajah dan postur, tapi dari roso.! Ah .... entah kemana perginya .... !!
Foto : indogamers.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar