Suami saya memiliki kebiasaan yang disatu sisi sangat baik namun disisi lain justru kebiasaan tersebut membuat ia terkadang sakit....... maniak membaca dan "ngetem" di depan komputer. Saya sangat menyadari bahwa kebiasaannya ini sudah mendarahdaging padanya sejak kami belum menikah. Ayahnya (mertua saya : Almarhum), di kampung dulu dikenal sebagai seorang guru honorer yang memiliki bacaan "kelas tinggi" untuk ukuran kampung saya waktu tahun 1980-an/1990-an yaitu Majalah Tempo dan Panji Masyarakat, bahkan konon mertua saya ini juga memiliki buku-buku Soekarno (biografinya) serta buku-buku sosialis yang sangat banyak (maklum waktu beliau masih muda pernah menjadi Ketua Pemuda Marhaenis Kota Medan tahun 1960-an). Jadi, suami saya sejak kecil sudah "dipaksa" membaca bacaan-bacaan berat seukuran dia dan kampungnya. Bahkan, buku-buku Soekarno dan Sosialis sekalipun, sejak kecil dibacanya, termasuk buku-buku Hamka. Jadi tidaklah mengherankan apabila di perpustakaan kami, buku-buku mertua saya yang diberikannya kepada suami saya hampir 200 buah buku. Kebiasaan ini terus berlangsung hingga kini....... suami saya paling suka membaca buku (terutama buku Filsafat, Politik, Sejarah, Budaya dan Sosial). Di rumah kami ada 4 kamar (3 kamar tidur dan 1 kamar pustaka). Kamar pustaka tersebut cukup besar dan memuat hampir 4.000 (empat ribu) koleksi buku-buku suami saya.
Ketika kami sudah menikah, biasanya ia membaca pada jam-jam hening, antara tengah malam hingga jelang subuh, sambil mengetik ataupun main internet. Apalagi bila beliau sedang mempersiapkan bahan kuliah, penelitian ataupun menulis buku (hingga sekarang ia telah menghasilkan 7 buah buku). Kalau sekarang, ketika sore kami pulang (tapi ia sering pulang jelang Maghrib), ia biasanya terus ke Musholla, dan sampai jam 9 malam, ia akan duduk-duduk dengan teman-teman di komplek di kedai. Biasa ..... "maota politik". Beliau dari dulu hingga sekarang memang paling suka berkumpul-kumpul di kedai-kedai, baik di komplek perumahan kami ataupun ketika sedang di kampung. Ia paling suka diskusi dan berdebat (konon, tahun 1996, ia pernah menjadi Juara Debat Mahasiswa Tingkat Universitas Andalas). Setelah pulang ke rumah sekitar jam 9 malam, ia biasanya bercengkerama dengan anak-anak, tidak begitu lama. Setelah itu, ia akan membaca, mengetik dan sesekali menonton TV apabila ada acara Dialog/Berita ataupun Bola (beliau juga maniak bola.... idolanya dari dulu Manchester United). Bila ia tidak melakukan kegiatan luar seperti riset atau penelitian, kegiatan-kegiatan ini seperti rutin dilakukannya. Akibatnya, saya melihat bahwa ia sering pusing dan mengidap penyakit yang sering kambuh yaitu migrain. Akhir-akhir ini, migrainnya sering kambuh karena memang intensitas kegiatannya di kampus, penelitian dan kegiatan-kegiatan lainnya cukup menyita istirahatnya. Bila Migrainnya kambuh, saya terkadang kasihan melihatnya. Matanya sebelah kanan memerah dan berair seperti menangis. Kadang-kadang ia saya urut, tapi tak banyak membantu. Saya sering menasehatinya agar cepat tidur, istirahat ataupun kurangi membaca atau berada di depan komputer. Tapi dasar sudah talentanya, nasehat tersebut tidak pernah didengarnya. Bahkan terkadang dalam mata memerah dan berair itu, bila ada acara Today Dialog di Metro TV, ia akan "memaksakan" diri untuk menonton.
Belakangan ini, disamping Migrain, ia juga merasakan nyeri-nyeri di tulang ataupun pinggangnya setiap bangun pagi. Mungkin letih atau memang karea kebiasaannya yang tidak baik lainnya ..... suka mandi malam (biasanya habis pulang dari Musholla). Saya suruh ia sering ke klinik untuk chekup migrain dan rasa nyeri tersebut. Namun, hanya sekali dua.... itupun obat yang diberikan dokter jarang dimakannya dengan alasan "tidak mau sering mengkonsumsi obat-obat kimia". Kondisi ini akhirnya membuat saya berusaha mencari obat-obat herbal. Melalui seorang teman, akhirnya saya diberitahu tentang khasiat Teh Bunga Rosella. Saya promosikan pada suami. Ia oke. Saya beli di sebuah apotik di Simpang Anduring. Awalnya ia tidak begitu menikmati. Namun lama kelamaan, ia enjoy. Belakangan ini ia mengatakan bahwa rasa nyeri dan sakit di pinggang sudah jauh berkurang, tinggal migrain. Dan Alhamdulillah, ia sekarang rutin meminum teh Bunga Rosella itu.
Rosella, atau dalam bahasa latinnya - Hibiscus Sabdariffa Linn (cantik namanya yaa....) adalah tanaman dari keluarga sejenis kembang sepatu. Konon tanaman ini berasal dari Afrika dan Timur Tengah. Tanaman perdu ini bisa mencapai 3-5 meter tingginya dan bila sudah dewasa, tanaman ini mengeluarkan bunga warna merah. Bagian bunga dan biji inilah yang bermanfaat serta baik bagi kesehatan. Menurut Depkes RI (No. SPP. 1065/35.15/05), dalam setiap 100 gram Rosella mengandung 260-280 mg Vitamin C, D, B1 dan B2. Kandungan lainnya adalah 486 mg Kalsium, Omega 3, Magnesium, Beta Karotin serta Asam Amino Esensial (he...he....saya bukan ahli farmasi, saya salin saja dari kotak Teh Bunga Rosella yang saya beli di salah satu apotik untuk suami saya, jadi walaupun tak tahu kegunaan zat ini, setidaknya zat-zat tersebut baik bagi tubuh). Konon, bunga Rosella ini juga baik untuk pencernaan bila dikonsumsi. Dan zat-zat tertentu dalam kandungan bunga Rosella ini dipercaya mampu menangkal radikal bebas penyebab kanker, mencegah keropos tulang, dan untuk zat-zat lainnya juga bisa meremajakan sel tubuh serta melindungi tubuh dari inveksi kuman dan virus (Waaah, Allahu Akbar, ruaaar biasa). Jadi, rasanya saya tidak salah memberikan obat herbal-alamiah ini pada suami saya. Walaupun pada awalnya ia protes, tapi lama kelamaan karena ia merasakan ada kemajuan, justru ia terus yang selalu mengingatkan saya untuk selalu membeli bunga Rosella. Untuk ini pula, saya setiap pagi selalu "membekali"nya satu gelas besar (dari plastik) seduhan teh bunga Rosella bila ia berangkat ke kampus...... terus hingga tulisan ini saya buat. Nampaknya, ia senang dan tak keberatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar