Artikel ini sangat reflektif dan mewakili ragam kegundahan banyak orang terhadap "hasil" pemilihan Ketua KPK beberapa hari lalu. Sebuah pemilihan yang jauh dari ekspektasi publik. Tapi itulah politik. Benar filosof Yunani Plato cakap bahwa manusia itu homo politician. Dalam setiap detak-detik kehidupan manusia, tak lepas dari nuansa politik. Mungkin bobot, kualitas dan impak-nya yang berbeda. Bila terpilihnya ketua KPK beberapa hari lalu dianggap sebagai sebuah "hasil murni" dan bebas dari kepentingan politik, maka Harold Laswell akan senyum-kecut : ...... hey bung, who get what how and when, kata Laswell. Berikut, sebuah "surat imajiner" dari Ira Oemar kepada Bambang Widjojanto dan Abraham Shamad.
Untuk Bambang Widjojanto : Melalui surat ini saya ingin minta maaf pada Mas Bambang. Minta maaf karena selama ini saya – dan mungkin juga banyak masyarakat Indonesia lainnya – terlalu naïf dengan menggadang-gadang mas Bambang untuk jadi Ketua KPK. Mungkin besarnya harapan kami itulah yang membuat mas Bambang tak putus harapan 3x ikut seleksi Capim KPK. Ya, naïf sekali menginginkan mas Bambang terpilih jadi Ketua KPK! Seperti mimpi di siang bolong manakala pemilihan seorang Panglima Perang melawan korupsi dilakukan oleh pasukan pelaku korupsi yang berlindung di benteng korupsi. Partai politik sekarang tak ubahnya benteng kokoh tempat berlindung para koruptor. Kader-kader parpol di DPR saling berlomba menggasak anggaran Negara untuk mengisi kantong pribadi, kelompok dan setoran upeti pengisi pundi-pundi partai. Jadi, tidak logis kalo kami masih berharap orang seperti mas Bambang yang akan dipilih DPR. Seharusnya kami sudah bisa menebak, ketika 1,5 bulan lalu dalam acara talk show ber-rating tinggi di sebuah TV swasta, tiba-tiba muncul tamu “siluman” yang menfitnah mas Bambang, dan tamu tak diundang itu dibawa masuk oleh petinggi partai yang sedang berkuasa. Harusnya kami paham itu skenario besar yang tengah dimainkan oleh the ruling party untuk menjegal mas Bambang, jauh sebelum fit n proper test dilakukan. Seharusnya kami sudah paham kenapa orang-orang DPR yang terhormat itu marah besar kepada Panitia Seleksi yang menempatkan mas Bambang di ranking pertama dan calon jagoan mereka di ranking terakhir. Ya, seharusnya kami sudah berhenti berharap DPR akan memilih Ketua dan Wakil Ketua KPK seperti kehendak masyarakat.
Dan karena kenaifan kami berharap itulah, kami kaget dan kecewa mendengar kabar anda tidak terpilih – tepatnya sengaja tidak dipilih – jadi Ketua KPK karena suara yang anda dapat cuma 4 gelintir saja. Kami sempat heran karena beberapa jam sebelumnya kami dengar seorang tokoh parpol besar sesumbar bahwa 6 Fraksi sudah sepakat memilih mas Bambang jadi Ketua KPK. Kami sudah sempat ge-er saat membaca komposisi usulan fraksi-fraksi, yang nyaris semuanya menempatkan mas Bambang di urutan pertama, kecuali partai berkuasa. Ternyata itu semua kebodohan kami. Semudah itu kami dilenakan bujukan DPR. Betapa polos, lugu dan bodohnya kami, percaya begitu saja retorika mereka. Kini, saya mencoba memahami alur berpikir DPR. Meski biasanya tak pernah bisa saya pahami logika berpikir mereka, khusus kali ini saya paham. Kalo selama ini saya beranggapan DPR selalu salah dalam mengambil keputusan, khusus dalam pemilihan Ketua KPK, keputusan DPR sangatlah benar! Bayangkan, ada diantara mereka yang istrinya jadi buronan KPK, ada yang saudara sepupunya jadi terdakwa kasus suap paling menggemparkan di Republik ini, ada yang rekannya disinyalir terlibat jadi mafia anggaran, bahkan bisa jadi banyak diantara mereka sebenarnya terlibat kasus korupsi dengan beragam modusnya, hanya saja belum terungkap. Dengan kondisi seperti itu, tentu benar jika mereka tidak memilih orang yang paling membahayakan posisi istri, saudara, rekan separtai dan bahkan diri mereka sendiri. Adalah logis jika mereka enggan mengikuti peringkat yang sudah dibuat Pansel, termasuk berdasar masukan dari masyarakat. Sangat masuk akal jika DPR justru ingin membalikkan peringkat itu. Lihatlah mas Bambang, rekan anda di peringkat 2-4 semuanya terpental. Anda wajib bersyukur dengan kenyataan bahwa dari 4 teratas hanya anda yang masih bertahan! Itu bukti bahwa DPR tak punya alasan untuk menyingkirkan anda dari sisi kredibilitas, kompetensi dan integritas pribadi.
Satu-satunya “dosa” anda menurut orang-orang Komisi III adalah : anda terlalu dekat dengan kalangan LSM, anda dianggap tidak independen! Sebuah alasan yang dicari-cari hanya untuk menutupi ketakutan mereka akan rekam jejak kegarangan anda terhadap pelaku korupsi. Nyali mereka ciut, melihat kuatnya jaringan yang anda punya, yang bisa memasok informasi tentang beragam kasus korupsi dari segala sisi dan siap membantu anda memeranginya. Itu sebabnya anda tidak dipilih jadi Ketua, mas Bambang. Tidak apa, petarung sejati tetap akan berjuang dalam posisi apapun. Kami masih menyimpan secuil harapan mas Bambang akan dipilih jadi Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan. Sebagai advokat yang sudah punya jam terbang tinggi, mas Bambang tentunya bisa menjerat pelaku korupsi, menindaknya dan menggiring mereka ke penjara dengan tuduhan yang pas. Kami sudah bosan mendengar banyaknya koruptor melenggang bebas atau dihukum seringan-ringannya hanya karena pasal yang didakwakan luput – atau sengaja diluputkan – dari substansi perbuatannya. Nazaruddin saja cuma diancam hukuman 2 tahun. Padahal pencuri bebek dihajar massa sampai mati babak belur. Pencuri semangka karena kehausan pun dikirim ke penjara berbulan-bulan. Mas Bambang, kami percaya dengan kompetensi yang anda miliki, anda tetap akan bisa berperang melawan korupsi. Tapi tetap berhati-hatilah, jaringan korupsi di negeri ini sudah lebih sadis daripada komplotan mafioso Italia. Kasus Antasari yang menggelikan sekaligus bikin geram, cukup jadi pelajaran buat kita. Kasus Munir yang diracun secara misterius di atas pesawat, jauh dari sanak keluarga, kerabat dan rekan-rekannya, jadi bukti bahwa orang baik di negeri ini akan dilenyapkan dengan segala cara. Kami berdoa untukmu, mas Bambang tetap teguh memegang prinsip, istiqomah berjuang melawan korupsi, tidak takut pada apapun dan siapapun kecuali pada Tuhan Penciptamu. Berjuanglah mas Bambang, rakyat Indonesia menunggu kiprahmu.
Untuk Abraham Shamad : Selamat! Anda berhasil membuktikan keyakinan anda bakal bisa masuk 4 besar. Diantara mereka yang ada di peringkat 5-8, hanya anda yang tersinggung dengan penilaian Pansel yang menempatkan anda di ranking ke-5. Padahal, Tama Satrya Langkun dari ICW justru mengatakan bahwa dari segi kompetensi sebenarnya anda justru di peringkat 8. Hanya saja mungkin integritas dan posisi anda sebagai penggiat anti korupsi di daerah mengalahkan calon-calon lain dari Kepolisian dan Kejaksaan. Itu sebabnya hasil akhir perankingan menempatkan anda di urutan ke-5. Ini sekedar supaya anda tahu, bahwa dari segi kompetensi, anda masih harus belajar dari Pimpinan KPK lainnya. Itu sebabnya Trimedya Panjaitan dari PDIP bilang : anda masih muda dan dari daerah, jadi belum “terkontaminasi”. Hati-hati memahami kalimat seorang anggota DPR Komisi III, mereka semua jago beretorika dan pandai membuat kalimat bernada politis dengan makna bersayap. Sadarkah anda bahwa kalimat itu bisa diartikan : jam terbang anda belum banyak dibanding calon lain – karena anda termuda – dan jaringan anda di Ibukota belum seluas calon lain – karena selama ini jaringan yang anda bangun di daerah asal anda. Tolong jangan lupa, kasus korupsi di pusat lebih rumit ketimbang korupsi di daerah. Modus korupsi di sekitar pusat kekuasaan lebih sophisticated ketimbang korupsi yang dilakukan seorang Walikota kepala daerah. Mafia anggaran di DPR RI jauh lebih solid ketimbang mafia anggaran di DPRD.
Anda berhasil memukau anggota Komisi III DPR saat fit n proper test, karena sesumbar anda untuk pulang kampung jika dalam tempo setahun gagal menuntaskan kasus-kasus besar. “Ini dia yang gue cari!”, mungkin itu teriakan anggota DPR, seperti teriakan “Eureka!” saat Archimides menemukan hukum kesetimbangan. Dan karena kalimat itu, DPR punya peluang untuk mengobok-obok KPK setahun ke depan. Anda telah sukarela menyodorkan leher anda kepada sekelompok politisi yang memang kerjanya hanya mencari kesalahan lawan politiknya. Ingat, dari dulu KPK musuh bebuyutan DPR. Jangan sampai karena kalimat anda, DPR jadi punya peluru tajam untuk membidik KPK. Untuk soal independensi, saya ragu apakah DPR benar-benar tahu atau tidak, soal temuan kelompok penggiat anti korupsi yang disampaikan pagi tadi di sebuah TV swasta terkenal. Mereka mendapati fakta bahwa ternyata anda – Doktor Abraham Samad – pada tahun 1999 menjadi deklarator PAN dan tahun 2004 pernah menjadi calon anggota legislatif dari PKS. Jadi, siapa bilang anda tidak dekat dengan partai politik?! Semoga saja jejak masa lalu itu tak membekas sampai sekarang. Apalagi mantan rekan se-partai anda, Pak Adang Dorojatun, istrinya sedang jadi buronan nomor satu bagi KPK!
Doktor Abraham Samad, kalo boleh saya sekedar titip pesan, tolong berhentilah sesumbar. Anda sudah terpilih, keinginan anda sudah tercapai, tapi bukankah anda belum lagi masuk ke gudang kasus yang menumpuk di KPK? Bukankah anda belum benar-benar memahami kepelikan kasus besar yang hingga kini jadi PR KPK? Saya lihat di TV, dalam wawancara telepon anda sesumbar akan menyelesaikan semua kasus besar dalam waktu setahun, seperti bailout Bank Century yang melibatkan penguasa negeri ini, kasus cek pelawat yang otak pemberinya sampai kini masih buron dan suaminya masih bercokol di Komisi III DPR, kasus suap Wisma Atlet yang melibatkan the ruling party, kasus mafia pajak yang meilbatkan jaringan perusahaan milik pemimpin parpol besar yang sedang ancang-ancang untuk ikut Pilpres 2014, dan kasus mafia anggaran di Banggar DPR yang melibatkan nyaris semua parpol besar dan sedang. Anda bahkan menantang Arswendo Atmowiloto yang memberi anda alternatif untuk memilih menyelesaikan 2 kasus besar saja dulu. Tapi anda bahkan sesumbar : “Jangankan 2 kasus, lebih dari itu semua akan saya tangani!”. Pak Doktor, anda pasti orang pintar dan prestasi anda tak diragukan lagi. Tapi, pernahkah anda dengar pepatah “mulutmu harimaumu”? Hati-hatilah mengumbar janji, jangan sampai anda termakan kata-kata anda sendiri. Tak bisakah anda sedikit berendah hati? Anda yang mengkritik Ketua KPK sekarang, Ketua KPK tak perlu populer, tak perlu mengumbar pernyataan di media, kata anda. Hanya dalam hitungan jam setelah terpilih, anda jadi over exposed ke media. Bukankah anda bisa menolaknya jika anda konsisten dengan kritik anda pada orang lain? Mungkin anda terlalu over estimate dan over confidence. Tidak apa, asal anda bisa membuktikannya.
Anda juga berjanji untuk menyerahkan kasus korupsi yang nilainya di bawah 50M kepada Kepolisian dan Kejaksaan. Lupakah anda KPK dibentuk karena Polisi dan Jaksa tidak lagi dipercaya publik? Sekarang masyarakat lebih suka lapor ke YouTube ketimbang lapor polisi. Dan para Jaksa, entah sudah berapa Jaksa yang ditangkap KPK karena berbagai kasus suap, jual beli rentut, sampai korupsi. Semoga saja keputusan anda itu tidak jadi blunder bagi upaya pemberantasan korupsi. Sekarang, Kepolisian dan Kejaksaan pasti sudah bertepuk tangan, berharap-harap mendapat limpahan kasus dari KPK di bawah kepemimpinan anda. Akhirnya, selamat bekerja Doktor Abraham Samad. Saya percaya, anda akan berjuang mati-matian supaya tidak pulang kampung setahun lagi. Lebih dari itu semua, kami kini menunggu realisasi janji-janji anda. Begitu banyak janji, banyak pula yang harus ditepati. Dan ingatlah, DPR yang sudah memilih anda pun sudah mulai membidik target anda setahun ke depan.
Sumber : iraoemar/kompasiana
Untuk Bambang Widjojanto : Melalui surat ini saya ingin minta maaf pada Mas Bambang. Minta maaf karena selama ini saya – dan mungkin juga banyak masyarakat Indonesia lainnya – terlalu naïf dengan menggadang-gadang mas Bambang untuk jadi Ketua KPK. Mungkin besarnya harapan kami itulah yang membuat mas Bambang tak putus harapan 3x ikut seleksi Capim KPK. Ya, naïf sekali menginginkan mas Bambang terpilih jadi Ketua KPK! Seperti mimpi di siang bolong manakala pemilihan seorang Panglima Perang melawan korupsi dilakukan oleh pasukan pelaku korupsi yang berlindung di benteng korupsi. Partai politik sekarang tak ubahnya benteng kokoh tempat berlindung para koruptor. Kader-kader parpol di DPR saling berlomba menggasak anggaran Negara untuk mengisi kantong pribadi, kelompok dan setoran upeti pengisi pundi-pundi partai. Jadi, tidak logis kalo kami masih berharap orang seperti mas Bambang yang akan dipilih DPR. Seharusnya kami sudah bisa menebak, ketika 1,5 bulan lalu dalam acara talk show ber-rating tinggi di sebuah TV swasta, tiba-tiba muncul tamu “siluman” yang menfitnah mas Bambang, dan tamu tak diundang itu dibawa masuk oleh petinggi partai yang sedang berkuasa. Harusnya kami paham itu skenario besar yang tengah dimainkan oleh the ruling party untuk menjegal mas Bambang, jauh sebelum fit n proper test dilakukan. Seharusnya kami sudah paham kenapa orang-orang DPR yang terhormat itu marah besar kepada Panitia Seleksi yang menempatkan mas Bambang di ranking pertama dan calon jagoan mereka di ranking terakhir. Ya, seharusnya kami sudah berhenti berharap DPR akan memilih Ketua dan Wakil Ketua KPK seperti kehendak masyarakat.
Dan karena kenaifan kami berharap itulah, kami kaget dan kecewa mendengar kabar anda tidak terpilih – tepatnya sengaja tidak dipilih – jadi Ketua KPK karena suara yang anda dapat cuma 4 gelintir saja. Kami sempat heran karena beberapa jam sebelumnya kami dengar seorang tokoh parpol besar sesumbar bahwa 6 Fraksi sudah sepakat memilih mas Bambang jadi Ketua KPK. Kami sudah sempat ge-er saat membaca komposisi usulan fraksi-fraksi, yang nyaris semuanya menempatkan mas Bambang di urutan pertama, kecuali partai berkuasa. Ternyata itu semua kebodohan kami. Semudah itu kami dilenakan bujukan DPR. Betapa polos, lugu dan bodohnya kami, percaya begitu saja retorika mereka. Kini, saya mencoba memahami alur berpikir DPR. Meski biasanya tak pernah bisa saya pahami logika berpikir mereka, khusus kali ini saya paham. Kalo selama ini saya beranggapan DPR selalu salah dalam mengambil keputusan, khusus dalam pemilihan Ketua KPK, keputusan DPR sangatlah benar! Bayangkan, ada diantara mereka yang istrinya jadi buronan KPK, ada yang saudara sepupunya jadi terdakwa kasus suap paling menggemparkan di Republik ini, ada yang rekannya disinyalir terlibat jadi mafia anggaran, bahkan bisa jadi banyak diantara mereka sebenarnya terlibat kasus korupsi dengan beragam modusnya, hanya saja belum terungkap. Dengan kondisi seperti itu, tentu benar jika mereka tidak memilih orang yang paling membahayakan posisi istri, saudara, rekan separtai dan bahkan diri mereka sendiri. Adalah logis jika mereka enggan mengikuti peringkat yang sudah dibuat Pansel, termasuk berdasar masukan dari masyarakat. Sangat masuk akal jika DPR justru ingin membalikkan peringkat itu. Lihatlah mas Bambang, rekan anda di peringkat 2-4 semuanya terpental. Anda wajib bersyukur dengan kenyataan bahwa dari 4 teratas hanya anda yang masih bertahan! Itu bukti bahwa DPR tak punya alasan untuk menyingkirkan anda dari sisi kredibilitas, kompetensi dan integritas pribadi.
Satu-satunya “dosa” anda menurut orang-orang Komisi III adalah : anda terlalu dekat dengan kalangan LSM, anda dianggap tidak independen! Sebuah alasan yang dicari-cari hanya untuk menutupi ketakutan mereka akan rekam jejak kegarangan anda terhadap pelaku korupsi. Nyali mereka ciut, melihat kuatnya jaringan yang anda punya, yang bisa memasok informasi tentang beragam kasus korupsi dari segala sisi dan siap membantu anda memeranginya. Itu sebabnya anda tidak dipilih jadi Ketua, mas Bambang. Tidak apa, petarung sejati tetap akan berjuang dalam posisi apapun. Kami masih menyimpan secuil harapan mas Bambang akan dipilih jadi Wakil Ketua KPK Bidang Penindakan. Sebagai advokat yang sudah punya jam terbang tinggi, mas Bambang tentunya bisa menjerat pelaku korupsi, menindaknya dan menggiring mereka ke penjara dengan tuduhan yang pas. Kami sudah bosan mendengar banyaknya koruptor melenggang bebas atau dihukum seringan-ringannya hanya karena pasal yang didakwakan luput – atau sengaja diluputkan – dari substansi perbuatannya. Nazaruddin saja cuma diancam hukuman 2 tahun. Padahal pencuri bebek dihajar massa sampai mati babak belur. Pencuri semangka karena kehausan pun dikirim ke penjara berbulan-bulan. Mas Bambang, kami percaya dengan kompetensi yang anda miliki, anda tetap akan bisa berperang melawan korupsi. Tapi tetap berhati-hatilah, jaringan korupsi di negeri ini sudah lebih sadis daripada komplotan mafioso Italia. Kasus Antasari yang menggelikan sekaligus bikin geram, cukup jadi pelajaran buat kita. Kasus Munir yang diracun secara misterius di atas pesawat, jauh dari sanak keluarga, kerabat dan rekan-rekannya, jadi bukti bahwa orang baik di negeri ini akan dilenyapkan dengan segala cara. Kami berdoa untukmu, mas Bambang tetap teguh memegang prinsip, istiqomah berjuang melawan korupsi, tidak takut pada apapun dan siapapun kecuali pada Tuhan Penciptamu. Berjuanglah mas Bambang, rakyat Indonesia menunggu kiprahmu.
Untuk Abraham Shamad : Selamat! Anda berhasil membuktikan keyakinan anda bakal bisa masuk 4 besar. Diantara mereka yang ada di peringkat 5-8, hanya anda yang tersinggung dengan penilaian Pansel yang menempatkan anda di ranking ke-5. Padahal, Tama Satrya Langkun dari ICW justru mengatakan bahwa dari segi kompetensi sebenarnya anda justru di peringkat 8. Hanya saja mungkin integritas dan posisi anda sebagai penggiat anti korupsi di daerah mengalahkan calon-calon lain dari Kepolisian dan Kejaksaan. Itu sebabnya hasil akhir perankingan menempatkan anda di urutan ke-5. Ini sekedar supaya anda tahu, bahwa dari segi kompetensi, anda masih harus belajar dari Pimpinan KPK lainnya. Itu sebabnya Trimedya Panjaitan dari PDIP bilang : anda masih muda dan dari daerah, jadi belum “terkontaminasi”. Hati-hati memahami kalimat seorang anggota DPR Komisi III, mereka semua jago beretorika dan pandai membuat kalimat bernada politis dengan makna bersayap. Sadarkah anda bahwa kalimat itu bisa diartikan : jam terbang anda belum banyak dibanding calon lain – karena anda termuda – dan jaringan anda di Ibukota belum seluas calon lain – karena selama ini jaringan yang anda bangun di daerah asal anda. Tolong jangan lupa, kasus korupsi di pusat lebih rumit ketimbang korupsi di daerah. Modus korupsi di sekitar pusat kekuasaan lebih sophisticated ketimbang korupsi yang dilakukan seorang Walikota kepala daerah. Mafia anggaran di DPR RI jauh lebih solid ketimbang mafia anggaran di DPRD.
Anda berhasil memukau anggota Komisi III DPR saat fit n proper test, karena sesumbar anda untuk pulang kampung jika dalam tempo setahun gagal menuntaskan kasus-kasus besar. “Ini dia yang gue cari!”, mungkin itu teriakan anggota DPR, seperti teriakan “Eureka!” saat Archimides menemukan hukum kesetimbangan. Dan karena kalimat itu, DPR punya peluang untuk mengobok-obok KPK setahun ke depan. Anda telah sukarela menyodorkan leher anda kepada sekelompok politisi yang memang kerjanya hanya mencari kesalahan lawan politiknya. Ingat, dari dulu KPK musuh bebuyutan DPR. Jangan sampai karena kalimat anda, DPR jadi punya peluru tajam untuk membidik KPK. Untuk soal independensi, saya ragu apakah DPR benar-benar tahu atau tidak, soal temuan kelompok penggiat anti korupsi yang disampaikan pagi tadi di sebuah TV swasta terkenal. Mereka mendapati fakta bahwa ternyata anda – Doktor Abraham Samad – pada tahun 1999 menjadi deklarator PAN dan tahun 2004 pernah menjadi calon anggota legislatif dari PKS. Jadi, siapa bilang anda tidak dekat dengan partai politik?! Semoga saja jejak masa lalu itu tak membekas sampai sekarang. Apalagi mantan rekan se-partai anda, Pak Adang Dorojatun, istrinya sedang jadi buronan nomor satu bagi KPK!
Doktor Abraham Samad, kalo boleh saya sekedar titip pesan, tolong berhentilah sesumbar. Anda sudah terpilih, keinginan anda sudah tercapai, tapi bukankah anda belum lagi masuk ke gudang kasus yang menumpuk di KPK? Bukankah anda belum benar-benar memahami kepelikan kasus besar yang hingga kini jadi PR KPK? Saya lihat di TV, dalam wawancara telepon anda sesumbar akan menyelesaikan semua kasus besar dalam waktu setahun, seperti bailout Bank Century yang melibatkan penguasa negeri ini, kasus cek pelawat yang otak pemberinya sampai kini masih buron dan suaminya masih bercokol di Komisi III DPR, kasus suap Wisma Atlet yang melibatkan the ruling party, kasus mafia pajak yang meilbatkan jaringan perusahaan milik pemimpin parpol besar yang sedang ancang-ancang untuk ikut Pilpres 2014, dan kasus mafia anggaran di Banggar DPR yang melibatkan nyaris semua parpol besar dan sedang. Anda bahkan menantang Arswendo Atmowiloto yang memberi anda alternatif untuk memilih menyelesaikan 2 kasus besar saja dulu. Tapi anda bahkan sesumbar : “Jangankan 2 kasus, lebih dari itu semua akan saya tangani!”. Pak Doktor, anda pasti orang pintar dan prestasi anda tak diragukan lagi. Tapi, pernahkah anda dengar pepatah “mulutmu harimaumu”? Hati-hatilah mengumbar janji, jangan sampai anda termakan kata-kata anda sendiri. Tak bisakah anda sedikit berendah hati? Anda yang mengkritik Ketua KPK sekarang, Ketua KPK tak perlu populer, tak perlu mengumbar pernyataan di media, kata anda. Hanya dalam hitungan jam setelah terpilih, anda jadi over exposed ke media. Bukankah anda bisa menolaknya jika anda konsisten dengan kritik anda pada orang lain? Mungkin anda terlalu over estimate dan over confidence. Tidak apa, asal anda bisa membuktikannya.
Anda juga berjanji untuk menyerahkan kasus korupsi yang nilainya di bawah 50M kepada Kepolisian dan Kejaksaan. Lupakah anda KPK dibentuk karena Polisi dan Jaksa tidak lagi dipercaya publik? Sekarang masyarakat lebih suka lapor ke YouTube ketimbang lapor polisi. Dan para Jaksa, entah sudah berapa Jaksa yang ditangkap KPK karena berbagai kasus suap, jual beli rentut, sampai korupsi. Semoga saja keputusan anda itu tidak jadi blunder bagi upaya pemberantasan korupsi. Sekarang, Kepolisian dan Kejaksaan pasti sudah bertepuk tangan, berharap-harap mendapat limpahan kasus dari KPK di bawah kepemimpinan anda. Akhirnya, selamat bekerja Doktor Abraham Samad. Saya percaya, anda akan berjuang mati-matian supaya tidak pulang kampung setahun lagi. Lebih dari itu semua, kami kini menunggu realisasi janji-janji anda. Begitu banyak janji, banyak pula yang harus ditepati. Dan ingatlah, DPR yang sudah memilih anda pun sudah mulai membidik target anda setahun ke depan.
Sumber : iraoemar/kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar