Selasa, 02 Agustus 2011

Demokrasi Itu (Terkadang) Melelahkan

Oleh : Muhammad Ilham

"Demokrasi itu memang membuat gundah-gulana", setidaknya demikian kata Indira Gandhi, mantan Perdana Menteri India. Apa yang diutarakan putri foundhing father India - Pandit Javaharlal Nehru - sekarang dirasakan oleh SBY. Bulan-bulan terakhir ini, putra Pacitan tersebut terlihat galau dengan salah satu pilar demokrasi, media massa. Saya tak akan bahas "punca" mengapa SBY (terkesan) gundah terhadap praktek demokrasi Indonesia. Saya juga tak berminat (karena memang sudaj bosan) membahas Nazaruddin yang disinyalir sudah "ngetem" di negara Tango Argentina. Saya hanya teringat dengan mantan Presiden Rumania yang juga dikenl sebagai sastrawan, Vaclac Havel. Ia pernah mengatakan bahwa sistem demokrasi berawal dari sistem nilai yang dianut oleh elit-nya. Pembelajaran politik yang baik, menurut Havel, ditentukan secara signifikan oleh kemampuan elit memberikan pembelajaran politik yang demokratis kepada rakyat.

Tapi, seorang SBY terkadang juga merasa gundah dengan demokrasi a-la Indonesia belakangan ini. Akan tetapi kegundahan tersebut baginya adalah sebuah dinamika dalam proses pembelajaran demokrasi. Meski hingar-bingar, Demokrasi adalah pilihan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada. Demokrasi dalam arti dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
"Kalau saya ditanya, demokrasi ini kadang-kadang gaduh, lihat negara lain tidak terlalu gaduh, pembangunan bagus, contohnya Tiongkok dan negara-negara lain. Apa tepat kalau pilihan kita demokrasi? Saya mengatakan di berbagai kesempatan, dibandingkan dengan pilihan yang lain, saya tetap menganggap demokrasi itu pilihan yang baik," ujar SBY suatu ketika, beberapa hari lalu. Menurut SBY, demokrasi dalam arti rakyat kita memilih siapa-siapa yang diberi mandat untuk memimpin baik di tingkat kabupaten, kota, nasional. "Demokrasi dalam arti kebebasan diberi ruang, termasuk kebebasan pers, hak asasi manusia dan sebagainya. Itu demokrasi. Sekarang kita sudah berada dalam tahapan seperti itu. Bahkan beberapa presiden dan perdana menteri mengatakan bahwa freedom di Indonesia itu tumbuh cepat, lebih cepat pertumbuhannya daripada negara-negara lain. Kita merasakan 15 tahun yang lalu dibanding dengan sekarang ini," kata SBY. Oleh karena itu, lanjut SBY, demokrasi yang hendak kita bangun dan mantapkan dalam reformasi gelombang kedua ini adalah demokrasi di mana nilai dasar demokrasi yaitu freedom itu mesti berjalan bersama-sama dengan aturan dan pranata hukum. Kedua duanya diperlukan ..... !! (Nampaknya, SBY harus banyak sabar dan tidak mengeluh).

Tidak ada komentar: