Senin, 02 Mei 2011

Hikajat Perang (Ajer Bangeis) : Catatan 1st the Luittenant der Infanteri

Oleh : Muhammad Ilham

Air Bangis, sebuah kenagarian di pantai barat Sumatera Barat, dikenal sebagai daerah historis. Bahkan Christinne Dobbin (1989) menganggap daerah ini sebagai "poros ekonomi" utama di pantai Barat Sumatera pada abad ke 18 M. bersama-sama dengan Natal, Barus dan Pariaman. Nagari yang juga dianggap sebagai "batas-demografis-kultural" Minangkabau ini (bateh minangkabau ...... hingga ombak nan badabua, sikilang aia bangih), juga tercatat dalam sejarah sebagai daerah daerah "area perang" Paderi vs Belanda tahun 1931. Peninggalan Arkeologis - benteng Belanda di tepi laut - menjadi bukti "bisu" terjadinya peperangan di daerah yang hari ini dikenal sebagai daerah penghasil ikan terbesar di Sumatera Barat ini. Dragregisten (catatan harian) berupa laporan "pandangan mata" dari seorang serdadu Belanda dibawah ini menjadi catatan sejarah penting mengenai peperangan di Air Bangis. Dragregisten serdadu Belanda yang mengikuti beberapa peperangan di nusantara, salah satunya di Air Bangis. Dragregisten ini kemudian diterbitkan oleh HAA. Haars dalam buku yang bertitelkan, Hikajat Perang : Catatan 1st the Luittenant der Infanteri yang diterbitkan di Batavia (Jakarta tempo doeloe) oleh G. Golf and Co., tahun 1897. Berikut cuplikannya dalam Bahasa Melayu (aslinya bahasa Belanda yang kemudian diterjemahkan Haars ke dalam bahasa Melayu) :

Bahoewa ini soewatoe tjerita bagaimana sa'orang soldadoe soedah mendjadi kommandan benteng. Ajer-Bangis itoe soewatoe benteng di tepi pantai di poeloe Pertja ka-sebelah barat. Maka hari raja tahoen 1831 dimoeliakan seperti bij asa oleh soldadoe2 isi benteng Ajer-Bangis itoe. Maka kapala kampoeng dari kampoeng Ajer- Bangis itoe pada hari raja itoe datang djoega di benteng Ajer-Bangis akan memberi selamat tahoen beharoe kapada kommandan benteng itoe, ija-itoe soewatoe sersan belanda. Maka sersan itoe mendjadi terlaloe hairan sebab mendengar kapala kampoeng itoe senantijasa mengomong daripada orang padri jang akan datang tijada beberapa lama lagi. Maka akan orang melajoe jang soeka berdamai, pada masa itoe perkataan padri artinja, ija-itoe : rampasan dan karoesakan dan kabinasaän dan pemboenoehan. Maka sersan itoe djoega soedah mengerti bahoewa djikalau soenggoehpon apa jang disangka oleh kapala kampoeng itoe, ija-itoe akan kadatangannja orang padri, nistjaja mendjadi kasoekaran kapada dija dan lagi kapada soldadoe2nja.

Tetapi tijada sekali dinjatakannja chawatirnja kapada kapala kampoeng itoe; melajinkan ditoendjoekinja sahadja kapada marijam terisi doewa boewah di kataloem benteng. Maka marijam terisi doewa boewah itoe memang selama2nja disadijakan boewat menerima orang padri djikaloe datang. Maka apabila telab laloe sapoeloeh hari, maka adalah lebih daripada tiga riboe orang lelaki berpakajan poetih, banjakannja bersendjata dengan bedil dan toembak dan klewang, berdjalan ka-benteng Ajer-Bangis. Itoelah dija orang padri! Dimana2 kalihatan orang padri itoe maka orang2 isi negari semoewa pada lari. Karombakan roemah dan roemah2 tebakar daripada negari2 mamoer menoendjoek djalannja orang padri itoe, mendjadi bekasnja marika itoe. Lama-kalamaän kalihatan bandeira belanda di benteng Ajer-Bangis. Beriboe-riboe soewara daripada orang padri menjoerak mengaloewarkan tempik soerak perang jang resik boenjinja.

Dengan bersoerak2 serta mendjerit serta terejak maka senapan^nja dipasang oleh padri2 itoe. Terlaloe amat bersoeka-tjita marika itoe sebab amat gampang dikiranja benteng Ajer-Bangis itoe nanti boleh dialahkan. Serta dengan bertarejak: „mati akan orang kapir!" maka menjeranglah orang'2 padri itoe. Maka di dalam benteng itoe roepanja seperti soenji ; diam sekali di sitoe. Soewatoepon orang soldadoe tijada kalihatan di atas dewala benteng ; melajinkan bandeira belanda sahadja jang berkibaran dari atas dewala benteng, mendjadi tanda hidoep di dalam benteng Ajer-Bangis itoe. Dengan sigerah orang2 padri itoe datang menjerang serta di dahoeloei'uja oleh orang2 pahalawannja. Dengan menjeboet nama Allah dan nabinja akan mempertetapkan hatinja, maka orang2 padri itoe mankin lama mankin dekat kapada benteng Ajer-Bangis itoe. Tetapi sebab sekalipon tijada dipasang dari benteng, dan lagi sebab tijada kadengaran apa-apa di dalam benteng, ija-itoe seperti soenji adanja, maka sekarang orang2 jang terlebih berani daripada orang padri itoe, mendjadi takoet pada koetika itoe, kiranja di sana boekan sebagaimana patoet.

Tetapi tijada lama hal demikrjan itoe, sakedjap mata sahadja. Karena apa marika itoe takoet, apa jang di takoeti? Boekan tjoema doewa poeloeh orang sahadja di dalam benteng itoe, dan orang2 padri itoe boekan lebih daripada tiga riboe orang banjaknja? Dan lagi, boekan di lawoet itoe ada kelangkapan peralioe orang atjeh jang akan menoeloeng memboenoeh orang2 isi benteng itoe? Apakah garangan jang di takoeti? Ajo, madjoe! Mati akan orang kapir!Demikijanlah pikirannja orang2 padri itoe Lantas berdjalan madjoe poela. Apa betoelkah orang belanda soedah meninggalkan bentengnja itoe? Maka sekarang berkata-kata orang padri itoe, mentjelakan orang belanda kiranja penakoet. Bajiklah bentengnja orang kapir itoe dibinasakan dengan api, bajiklah djoega memenoehi dendam kapada perampoewan dan kanak jang telah di tinggalkan oleh belanda penakoet itoe !

Demikijanlah kahendaknja orang2 padri itoe. Maka sekarang orang padri itoe masih doewa ratoes langkah djaoehnja daripada benteng. Maka tiba 3 manjam dari benteng pon berboenji, terlaloe amat goemoeroeh boenjinja di atas padaiig itoe. Lantas sekali lagi ditembak dengan manjam dari benteng. Didalam perhimpoenan orang padri itoe, maka di adakan kabinasaän terlaloe amat sangat. Maka tempik soerak daripada orang2 padri itoe berhentilah, tijada kadengaran lagi ; jang kadengaran itoe melajinkan tangis sahadja dan keloeh-kesah dan djerit sebab amat banjak daripada marika itoe kena loeka. Tetapi sakedjap mata sahadja orang padri itoe kena ditahan. Serta menembak, maka madjoela.

Sumber : Hikajat Perang : Catatan 1st the Luittenant der Infanteri, Batavia: G. Golf and Co., 1897.
Buku diperoleh penulis dalam bentuk e-book (telah discanner) - cc. KITLV Belanda.


Nagari Air Bangis (sekarang) dilihat dari perbukitan (sumber : www.abahiffa.blogspot.com)

Teluk Air Bangis nan tenang (sumber : www.airbangis.com)
(aia bangih dilingkuang taluak/taluak dilingkuang pulau sambilan)

Rumah elit/bangsawan adat Air Bangis - Rang Tuo Rajo (sumber : www.airbangis.com)


Dedikasi untuk kampung halaman tercinta, tempat "darah" dan peluh ibunda mengalir, "tetirah" damai ayahanda dan ibunda terkasih. Kampung yang selalu kurindukan. "Titian mata, embun indah kelopak mata, rindu terbingkai di hati sentosa", demikian meminjam perumpamaan penyair Amir Hamzah.

1 komentar:

Mario Pratama mengatakan...

Mamak, artian lah teks t..agak poniang juo baconyo..