
Dalam perspektif sejarah peradaban Islam, "kehadiran" komunitas yang beradab ini telah tumbuh dengan baik pasca hijrahnya Nabi Muhammad saw. ke Madinah. Nabi yang mulia ini, tentunya bersama-sama dengan elemen penduduk Madinah, meletakkan dasar-dasar peradaban tentang berbagai hal yang menyangkut kehidupan beragama, ekonomi, politik maupun sosial. Dari "pilot project" nabi Muhammad saw. ini - kalau boleh saya mengistilahkan demikian - masyarakat dibangun oleh semangat universalisme Ketuhanan untuk menegakkan sistem hukum yang adil dan menjunjung kemanusiaan. Sayang, semangat dari "pilot project" nabi Muhammad saw. ini "hilang" selepas wafatnya Ibnu Abdullah ini. Selain karena "dikangkangi" oleh para petualang-petualang politik, kejumudan ini juga diakibatkan oleh - dalam bahasa sosiolog Robert N. Bellah - karena masyarakat Arab pasca nabi Muhammad saw. tidak siap menerima ide-ide "besar" yang sangat maju pada zamannya. Nabi Muhamad saw. tidak membentuk sebuah negara yang "disakralkan" atas nama agama, atas nama Tuhan. Nabi yang ummi ini membentuk negara yang berkeadaban, sebuah masyarakat sipil yang religius. Bukan membentuk masyarakat yang dibungkus oleh negara politik dengan embel-embel religius. Sehingga kita begitu "trenyuh" melihat ketokohan Nabi yang mulia ini, menghargai keberagaman tanpa memaksa orang untuk "memasuki" dengan keterpaksaan agama Islam itu sendiri. Nabi Muhammad saw. bukan raja-raja masa dahulu yang "menaklukkan" jiwa raga masyarakat taklukkan tanpa menghormati nilai-nilai historis masyarakatnya.

:: Bendahara Umum Partai Demokrat yang lagi (diduga) terlibat kasus Korupsi Sesmenpora dan Gratifikasi, Muhammad Nazaruddin, bersumpah "Demi Allah" sampai tiga kali tidak pernah memberikan uang kepada Sekjen Mahkamah Konstitusi. "Demi Allah ... sampai tiga kali lho Nazaruddin mengucapkan itu, masa kalau orang sudah bersumpah dengan agamanya, kita tak percaya", kata si Jubir Partai berlambang Bintang Mercy - Ruhut "si Poltak Raja Minyak dari Medan" Sitompul. Sementara, Ketua MK, Mahfud MD yang Professor S3 itu (ini di"satire"kan Ruhut dengan menganalogikan dirinya sebagai Es Lilin) justru menganggap Nazaruddin - Amnesia (lupa ingatan).
Foto : www.luvislam.com
Foto : www.luvislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar