Jumat, 12 Juli 2013

Dikotomi yang Mencederai Persaudaraan Muslim

Oleh : Muhammad Ilham 

Seandainya rezim Bashaar al-Assad tidak dekat dengan Iran, tentunya Arab Saudi dan Mesir tidak menganggap putra Hafeez al-Assad tersebut wajib diperangi. Tapi ia sahabat sejati Iran yang Syi'ah dan Heezbollah yang juga Syi'ah, sehingga pada akhirnya, sesama saudara muslimnya (Mesir, Arab Saudi dan Turki serta negara aristokrat-absolut teluk lainnya) menempatkan negara yang dulu dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW. sebagai Damsyik ini, sebagai "out-group". Sementara NATO dan Israel, justru kebalikannya. Teruslah kalian berperang, berperanglah terus. Ketika manusia di belahan dunia lain sedang membangun peradaban, berusaha melahirkan para pemenang Nobel, mewujudkan mimpi manusia untuk hidup di luar angkasa, memikirkan ozon yang demi kepentingan generasi mendatang, berlomba-lomba membahagiakan manusia dengan capaian-capaian tinggi dan ulung dalam bidang teknologi ...... pada sisi lain negeri-negeri "kelahiran" pada Nabi ini sedang berlomba untuk membeli senjata negara-negara "pusat peradaban modern" untuk dihabiskan dan dimuntahkan kedalam tubuh sesama saudara muslim mereka. Teruslah berperang, berperanglah terus ....... !!

(Ketika saya masih Sekolah Dasar dahulu, saya paling suka memandang foto seorang aristokrat Arab Saudi yang pendek-tambun di majalah Tempo milik ayah saya. Sang aristokrat itu bernama Adnan Khasogi. Ia flamboyan, dekat dengan wanita-wanita cantik dan berprofesi sebagai Pialang Senjata. Ia pernah berkata (kira-kira begini) : "Timur Tengah merupakan pasar persenjataan paling potensial untuk jangka waktu yang tidak bisa dipastikan, tapi yang jelas, untuk jangka waktu yang lama". 

Ketika menonton ILC beberapa malam yang lalu, teringat saya dengan novel AROK-DEDES-nya Pramoedya Ananta Toer. "Mengapa Ken Dedes mau menikah dengan Ken Arok yang telah membunuh suaminya (baca : Tunggul Ametung)?". Padahal Tunggul Ametung satu kasta dengan Ken Dedes, sementara Ken Arok berasal dari kasta Sudra ?. (Rupanya), bagi Ken Dedes, menikah dengan Tunggul Ametung yang satu kasta dengannya merupakan "aib" karena berbeda aliran. Bagi Dedes, biar menikah dan "berdamai" dengan "lain kasta" dibandingklan dengan beda aliran, walau satu kasta. "Kisah" ini (walau butuh verifikasi), terasa memiliki "benang merah" dengan apa yang berlaku dengan realitas Sunni-Syi'ah sebagaimana yang terefleksi dalam acara ILC tersebut.

Tulisan ini, kemudian saya posting di Facebook Muhammad Ilham Fadli, untuk mengkritisi sebuah artikel IST (cc : http://international.okezone.com), tentang "Mesir : Izinkan Warganya untuk Berperang di Suriah" : 

Pejabat senior di kantor Presiden Mesir mengatakan, seluruh warga diizinkan untuk bergabung dalam peperangan di Suriah. Warga-warga itu tidak akan dihukum sepulangnya mereka dari Suriah. "Hak bepergian akan terus terbuka untuk seluruh warga Mesir," ujar salah satu penasihat Presiden Mesir Khaled al-Qazzaz, ketika menanggapi pertanyaan seputar konflik Suriah dan sikap warga Mesir atas peristiwa itu, demikian seperti diberitakan Associated Press, Jumat (14/6/2013). Qazzaz menegaskan, Pemerintah Mesir tidak khawatir akan munculnya radikalisasi warga Mesir setelah mereka pulang dari Suriah. Meski militansi kian berkembang di Semenanjung Sinai kian meningkat, Mesir belum menganggapnya sebagai ancaman. "Kami tidak memandang hal itu sebagai ancaman. Kami bisa mengontrol situasi di Sinai, Mujahidin itu tidak akan kembali," papar Qazzaz. Sebelumnya, salah satu ulama Sunni Mesir Yusuf Qardawi turut menyerukan warga agar mendukung oposisi Suriah dengan tenaganya. Ulama itu berupaya untuk menekan kekuatan Hizbullah yang membantu pasukan Presiden Bashar al-Assad. "Semuanya yang memiliki keahlian dan pernah mendapat pelatihan untuk membunuh, diwajibkan untuk pergi (ke Suriah)," ujar Qardawi. Namun dorongan-dorongan itu dinilai akan semakin meningkatkan eskalasi perang saudara di Suriah. Kelompok bersenjata asing justru akan memainkan peranan yang sangat besar dalam konflik tersebut. Sejauh ini, Mesir belum tahu berapa jumlah warganya yang berperang di Suriah. Warga-warga yang berperang umumnya adalah anggota dari kelompok Salafi.

Tidak ada komentar: