Ditulis ulang : Muhammad Ilham
Banyak orang berpikir rumit tentang Islam,
padahal Islam itu simpel. Selain mengajarkan hal-hal yang ghaib, Islam
juga mengajarkan ilmu biologi, kimia, fisika, astronomi, matematika,
kebudayaan, lingkungan (bagaimana memperlakukan sehelai rumput dan
seekor semut), hukum ekonomi, etika jual beli (di pasar, baik arti
sempit atau luas), pemerintahan,
demokrasi, etika sosial, bahkan sampai etika bersenggama pun diajarkan.
Anda menyingkirkan batu di jalan, ya itu Islam. Anda mencangkul dan
mengayuh becak sambil berucap Alhamdulillah atau Allohu Akbar, ya itulah
Islam. Islam bukan hanya berujud dalam simbol seperti : peci, sorban,
dahi hitam, tasbih, jubah, dst, namun ajaran-ajaran konkret yang
siapapun, pasti dapat melakukannya.
(Cak Nun : Suara Merdeka, 9 Januari 2013)
___ Malam ini, selepas sholat Isya di Musholla, seorang kawan bertanya, "Pak Ilham, saya jarang ke musholla, sholat berjamaah. padahal sholat berjamaah di masjid besar pahalanya di sisi Tuhan. selalu saya pulang malam, maklum, saya berdagang di pasar raya, tanpa anak buah. menghidupi anak saya yang lima". Saya jawab, sekenanya (maklum, rinai mulai turun), "pak, kualitas dan kuantitas ibadahmu di mata Tuhan, sangat besar. ibadah itu bukan di musholla saja, di pasar raya sana, sambil membayangkan anak bapak yang lima, bapak telah menjaga amanah Tuhan dengan baik ..... tapi jangan terlampau lena".
Sebagai penutup, saya kutip lagi Cak Nun (Suara Merdeka, 24 Desember 2012) :
Karenanya, Rasululloh pernah mengingatkan tentang keseimbangan antara “pasar dan masjid”. Jika kamu terlalu lama di pasar (dalam arti luas), segeralah kembali ke masjid, sebab pasar akan membawamu ke arah materialistis. Ketika ke masjid, maka nurani dan akalmu akan didinginkan bahwa kelak semua materi itu tidak akan kau bawa mati. Materi akan dapat dibawa mati jika mampu ditransformasikan menjadi energi, cahaya atau nur, atau dalam bahasa agamanya “diamal-salehkan” uang dan hartamu hanya dapat dibawa mati jika diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk kebaikan bersama.
___ Malam ini, selepas sholat Isya di Musholla, seorang kawan bertanya, "Pak Ilham, saya jarang ke musholla, sholat berjamaah. padahal sholat berjamaah di masjid besar pahalanya di sisi Tuhan. selalu saya pulang malam, maklum, saya berdagang di pasar raya, tanpa anak buah. menghidupi anak saya yang lima". Saya jawab, sekenanya (maklum, rinai mulai turun), "pak, kualitas dan kuantitas ibadahmu di mata Tuhan, sangat besar. ibadah itu bukan di musholla saja, di pasar raya sana, sambil membayangkan anak bapak yang lima, bapak telah menjaga amanah Tuhan dengan baik ..... tapi jangan terlampau lena".
Karenanya, Rasululloh pernah mengingatkan tentang keseimbangan antara “pasar dan masjid”. Jika kamu terlalu lama di pasar (dalam arti luas), segeralah kembali ke masjid, sebab pasar akan membawamu ke arah materialistis. Ketika ke masjid, maka nurani dan akalmu akan didinginkan bahwa kelak semua materi itu tidak akan kau bawa mati. Materi akan dapat dibawa mati jika mampu ditransformasikan menjadi energi, cahaya atau nur, atau dalam bahasa agamanya “diamal-salehkan” uang dan hartamu hanya dapat dibawa mati jika diperoleh dengan cara yang halal dan digunakan untuk kebaikan bersama.
Referensi : Cak Nun (cc. Suara Merdeka)
Foto (c) heningrumahhati & sitonga
Foto (c) heningrumahhati & sitonga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar