Oleh : Muhammad Ilham
84 tahun yang lalu, pemuda Indonesia bersumpah. Bila Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (Dirjen PAUD) selalu mengatakan bahwa anak usia dini adalah "masa keemasan" (golden age), maka usia muda yang dimiliki pemuda adalah usia pengatur "ritme" bangsa. Mereka adalah ibarat pemain bola Lapangan Tengah. Pelatih-pelatih bola tenar yang pernah dicatat sejarah persepakbolaan dunia, selalu menganggap para pemain lapangan tengah teramat penting. Mereka pengatur serangan, penentu turun naiknya tensi permainan. Pensuplay bola ke striker dan seterusnya. Pelatih Spanyol (juara dunia) tahun lalu Vicente del Bosque, bahkan menganggap pemain lapangan tengah adalah nyawa tim. Jangan tanya sang pelatih kharismatik negara Jerman der Kaizer Franz Beckenbauer, ia pasti menganggap striker Jerman kala juara dunia Karl-Heinz Rumenigge tidak berarti apa-apa bila tidak ditopang pemain tengah mereka yang solid dan disiplin. Sebagai play maker yang menguasai wilayah lapangan tengah, Beckenbauer merasakan bagaimana arti pentingnya wilayah sentral ini dalam mengatur irama pertandingan. Hampir semua pelatih besar dunia senada dengan del Bosque dan Beckenbauer. Mulai dari pelatih Argentina eksentrik Cesar Luis Menotti, para pelatih papan atas Italia seperti Dino Zoff, Cesare Maldini, Marcello Lippi dan Fabio "Don" Capello, Carlos Alberto Perreira dari Brazil, pelatih fenomenal Manchester United Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger bersama Arsenal-nya di daratan Inggris hingga pelatih klub Barcelona yang berjuluk Azzulgrana sekaliber Pep Guardiola, akan merasa khawatir luar biasa bila para pemain tengah mereka cedera atau melemah. Bahkan the special one Jose Mourinho, sejak di FC. Porto - Chelsea - Inter Milan hingga Real Madrid pernah dengan lantang mengatakan : "tanpa pemain lapangan tengah yang kuat, tim tidak memiliki arti apa-apa".
Mungkin pemuda tidak bisa disamakan dengan pemain lapangan tengah, atau para elit-pimpinan negara diumpamakan dengan striker. Tapi, arti penting pemuda dalam sebuah tim yang bernama negara, ibarat para pemain lapangan tengah dalam negara yang bernama "tim sepakbola". Dan bila diumpamakan dengan ungkapan Mourinho diatas, maka : "tanpa pemuda yang kuat dan berkualitas, negara ini tidak memiliki arti apa-apa". 28 Oktober, 84 tahun yang lalu, pemuda Indonesia bersumpah .............. !!
Dahulu, Founding Father sekaligus Presiden Republik Indonesia pertama - Ir. Soekarno - pernah mengatakan harapannya sekaligus ingin menegaskan betapa strategisnya posisi pemuda. Dalam pidatonya, sang orator ini mengatakan :
“Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku ubah dunia.
Dan Sutardji Calzoum Bachri juga memekikkan :
"Wahai Pemuda, Mana Telurmu"
Apa gunanya merdeka/Kalau tak bertelur Apa guna bebas/Kalau tak menetas? Wahai bangsaku/Wahai pemuda/Mana telurmu? Kepompong menetaskan kupukupu Kuntum mengantar bunga/Putik memanggil buah Buah menyimpan biji/Biji menyimpan mimpi/
menyimpan pohon/dan bungabunga Uap terbang menetas awan/
mimpi jadi/sungai pun jadi menetas jadi/hakekat lautan Setelah kupikir pikir manusia itu/ternyata burung berpikir Setelah kurenung renung/manusia ternyata burung merenung/Setelah bertafakur Tahulah aku/Manusia harus bertelur Burung membuahkan telur Telur menjadikan burung Ayah menciptakan anak Anak melahirkan ayah Wahai para pemuda/Menetaslah kalian Lahirkan lagi/Bapak bagi bangsa ini! Ayo Garuda/Mana telurmu? Menetaslah/Seperti dulu Para pemuda/bertelur emas Menetaskan kau/Dalam sumpah mereka
Tadi sore jelang malam menjelang maghrib, saya sempat menonton acara Hitam Putih di TransTV. Acara yang "dikomandani" mentalist Dedy Corbuzier tersebut menghadirkan Julia Perez sebagai bintang tamu. Mungkin karena bertemakan Hari Sumpah Pemuda, artis sensual yang pernah mencalonkan diri (mau) jadi Bupati Pacitan tersebut juga menaruh harapan pada para pemuda. (Katanya) ia ingin mengutip pidato Soekarno. Dengan mengepalkan tangan dan "membusungkan dada", artis pemeran Hantu Jamu Gendong ini kemudian berpidato singkat : "Berikan aku sepuluh pemuda gagah, maka akan aku goncangkan dunia".
Julia Perez pun mendelik dan tersenyum sensual.
"Sepuluh orang pemuda, akan kugoncangkan !", katanya kembali.
(Saya tersenyum kecut, lantas berangkat bersama si bungsu ke masjid, sholat maghrib. Disepanjang jalan, saya berfikir, bagaimana bila disandingkan Soekarno dan Julia Perez mengucapkan kata-kata : “Berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku ubah dunia"?. Pemuda bagi Soekarno adalah potensi besar untuk mengubah dunia. Ada kerja keras dan tanggung jawab disana. Sementara Jupe yang manis-sensual itu, justru ingin meminta sepuluh pemuda gagah, dan ia ingin mengguncangkan (mereka). Ada aura "sensual-erotika" disana. Apalagi Julia Perez menutup pidatonya dengan kerlingan mata manja, kerlingan mata yang bagi saya prikitiw. Mungkin banyak pemuda Indonesia (sekarang) yang memilih Julia Perez ! Semoga saya salah !
Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928 1928.
Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :
Abdul Muthalib Sangadji/Purnama Wulan/Abdul Rachman/Raden Soeharto/Abu Hanifah/Raden Soekamso/Adnan Kapau Gani/Ramelan/Amir (Dienaren van Indie)/Saerun (Keng Po)/Anta Permana/Sahardjo/Anwari/Sarbini/Arnold Manonutu/Sarmidi Mangunsarkoro/Assaat/Sartono/Bahder Djohan/S.M. Kartosoewirjo/Dali/Setiawan/Darsa/Sigit (Indonesische Studieclub)/Dien Pantouw/Siti Sundari/Djuanda/Sjahpuddin Latif/Dr.Pijper/Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)/Emma Puradiredja/Soejono Djoenoed Poeponegoro/Halim/R.M. Djoko Marsaid/Hamami/Soekamto/Jo Tumbuhan/Soekmono/Joesoepadi/Soekowati (Volksraad)/Jos Masdani/Soemanang/Kadir/SoemartoKarto Menggolo/Soenario (PAPI & INPO)/Kasman Singodimedjo/Soerjadi/Koentjoro Poerbopranoto/Soewadji Prawirohardjo/Martakusuma/Soewirjo/Masmoen Rasid/Soeworo/Mohammad Ali Hanafiah/Suhara/Mohammad Nazif/Sujono (Volksraad)/Mohammad Roem/Sulaeman/Mohammad Tabrani/Suwarni/Mohammad Tamzil/Tjahija/Muhidin (Pasundan)/Van der Plaas (Pemerintah Belanda)/Mukarno/Wilopo/Muwardi/Wage Rudolf Soepratman/Nona Tumbel
Catatan :
Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu"Indonesia Raya" gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya.
- Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie Kong Liong.
- Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang yaitu : (a). Kwee Thiam Hong, (b). Oey Kay Siang dan c. John Lauw Tjoan Hok serta (d). Tjio Djien kwie
Referensi teks Soempah Pemoeda : Marwati Djoened Poesponegoro (dkk.), 1996
Foto : detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar