Indikator keberanian Amerika Serikat dan Israil ataupun Barat dalam perang melawan sebuah negara ditunjukkan dengan serangan frontal seperti yang dilakukannya terhadap Vietnam, Irak, Afghanistan, dan Libya”. Ancaman terhadap Korea Utara dan Iran, dan serangan model teroris seperti terhadap ilmuwan Iran menunjukkan ketidakmampuan strategi mereka melawan negara yang direkomendasikan sebagai negara musuh. Serangan teror menguatkan legitimasi terhadap prestasi gemilang ilmuwan Iran. Iran benar-benar sudah berada di atas angin. Perseteruannya dengan Amerika Serikat dan Israil semenjak Revolusi 1979, menggambarkan menara kedigdayaan dan kekuatan Iran yang sulit untuk diruntuhkan, bahkan oleh ancaman militer sekalipun. Amerika Serikat dan Israil hanya bisa menekan, mengancam, menakut-nakuti, mengancam negara sahabat Iran, dan langkah “keras” yang bisa dilakukan hanya meneror, dan melakukan pembunuhan model “pencuri” yang sudah kehilangan keberanian menyerang secara “gentleman”. Apa yang dilakukan, mungkin Mossad di balik beberapa serangan bom terhadap ilmuwan-ilmuwan Iran menunjukkan legitimasi dan eksistensi Iran di percaturan dunia internasional tidak dapat diganggu-gugat.
Iran tidak hanya merusak legitimasi Amerika dan Barat di dunia Internasional, tetapi Iran sudah membentuk sebuah “invisible weapons” yang mampu meruntuhkan peradaban dan kejayaan Amerika, Barat dan Israil di mata dunia. Tidak hanya ilmuwan Iran yang sudah mampu meretas berbagai perangkat kecanggihan Amerika, tetapi hampir di semua bidang, ilmuwan Iran sudah eksis melaju dengan paradigma peradaban yang di anggap bertentangan dengan mainstream Barat kekinian. Beberapa serangan bom yang membunuh beberapa ilmuwan Iran, dalam beberapa tahun terakhir ini, hanya menunjukkan sebagai serangan nomaden dan sporadis, yang penyerang sendiri memahami bahwa serangan tersebut tidak akan mampu menghentikan kemajuan Iran dalam berbagai bidang. Penyerang hanya memamerkan bahwa mereka mampu menghambat jalannya program nuklik Iran, tetapi tidak akan mampu menghapus dan menghentikan sama sekali. Serangan demi serangan terhadap ilmuwan Iran tersebut hanya menjadi olok-olokan yang mengesahkan kehebatan Iran sebagai kekuatan tak terkalahkan melawan kekuatan Amerika, Israil dan Barat.
Beberapa ilmuwan nuklir Iran telah dibunuh dalam beberapa tahun belakangan. Pada Juni 2011, media setempat melaporkan Dariush Rezaeinejad, pria yang berusia 35 tahun dari jurusan teknik elektro di Universitas Khajeh Nasir, Teheran, dan bekerja untuk Kementerian Pertahanan Iran, dibunuh oleh beberapa pengendara motor di luar rumahnya di Teheran timur. Pada November 2010, ilmuwan nuklir Iran Majid Shahriari tewas oleh bom yang diletakkan di mobilnya dalam perjalanannya ke tempat kerja. Pada Januari 2010, Massoud Ali-Mohammad, seorang ilmuwan nuklir dari Universitas Teheran, dibunuh dengan menggunakan bom yang dikendalikan dari jauh dan ditaruh di sepeda motor yang diparkir di dekat rumahnya.
Iran tidak hanya merusak legitimasi Amerika dan Barat di dunia Internasional, tetapi Iran sudah membentuk sebuah “invisible weapons” yang mampu meruntuhkan peradaban dan kejayaan Amerika, Barat dan Israil di mata dunia. Tidak hanya ilmuwan Iran yang sudah mampu meretas berbagai perangkat kecanggihan Amerika, tetapi hampir di semua bidang, ilmuwan Iran sudah eksis melaju dengan paradigma peradaban yang di anggap bertentangan dengan mainstream Barat kekinian. Beberapa serangan bom yang membunuh beberapa ilmuwan Iran, dalam beberapa tahun terakhir ini, hanya menunjukkan sebagai serangan nomaden dan sporadis, yang penyerang sendiri memahami bahwa serangan tersebut tidak akan mampu menghentikan kemajuan Iran dalam berbagai bidang. Penyerang hanya memamerkan bahwa mereka mampu menghambat jalannya program nuklik Iran, tetapi tidak akan mampu menghapus dan menghentikan sama sekali. Serangan demi serangan terhadap ilmuwan Iran tersebut hanya menjadi olok-olokan yang mengesahkan kehebatan Iran sebagai kekuatan tak terkalahkan melawan kekuatan Amerika, Israil dan Barat.
Beberapa ilmuwan nuklir Iran telah dibunuh dalam beberapa tahun belakangan. Pada Juni 2011, media setempat melaporkan Dariush Rezaeinejad, pria yang berusia 35 tahun dari jurusan teknik elektro di Universitas Khajeh Nasir, Teheran, dan bekerja untuk Kementerian Pertahanan Iran, dibunuh oleh beberapa pengendara motor di luar rumahnya di Teheran timur. Pada November 2010, ilmuwan nuklir Iran Majid Shahriari tewas oleh bom yang diletakkan di mobilnya dalam perjalanannya ke tempat kerja. Pada Januari 2010, Massoud Ali-Mohammad, seorang ilmuwan nuklir dari Universitas Teheran, dibunuh dengan menggunakan bom yang dikendalikan dari jauh dan ditaruh di sepeda motor yang diparkir di dekat rumahnya.
Dalam konteks diatas, pada akhirnya benar apa yang dikatakan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinedjad :
..... Itu Point-nya !!
Sumber : www.antaranews.com
..... Itu Point-nya !!
Sumber : www.antaranews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar