Jumat, 01 April 2011

Anwar Ibrahim, Seks dan Politik Malaysia

Ditulis ulang : Muhammad Ilham

Selama tiga belas tahun terakhir, para penguasa di Malaysia--mulai dari rezim Mahathir Mohamad, Abdullah Badawi hingga Najib Razak—memicingkan mata ke arah satu sasaran tembak yang sama. Itu adalah Anwar Ibrahim. Retaknya hubungan dengan Mahathir, politisi yang telah 40 tahun lebih malang melintang di Partai UMNO, di akhir dekade 1990an menjadi awal petaka bagi Anwar. Sejak dibuang dari rezim yang membesarkan karir politiknya, UMNO, Anwar bertubi-tubi didera tuduhan berat. Tidak hanya isu korupsi, namun juga skandal yang menurut masyarakat dan hukum di Malaysia sangatlah vulgar, yaitu kasus sodomi. Dua kali Anwar dihantam tuduhan itu. Satu di antaranya sudah membuat dia mendekam di penjara. Pada tahun 2000, dia divonis hukuman sembilan tahun penjara, meski kemudian lalu dibebaskan setelah pengadilan membatalkan tuduhan itu. Anwar kembali lagi ke gelanggang politik. Sejak 2008 dia tampil terbuka melawan rezim UMNO--yang memimpin koalisi Barisan Nasional--sebagai pemimpin barisan oposisi yang merupakan gabungan tiga partai di parlemen, dengan nama Pakatan Rakyat. Bersamaan dengan itu, kasus sodomi yang lain kembali dituduhkan. Kali ini dilontarkan seorang pria mantan asisten pribadi Anwar, yang mengaku jadi korban.

Bab dua persidangan kasus sodomi itu masih berlangsung. Namun, sejak 21 Maret lalu, muncul lagi skandal seks baru, yang lagi-lagi ditudingkan ke Anwar. Tiga orang yang punya hubungan dekat dengan rezim penguasa mengklaim memiliki rekaman video adegan seks antara seorang pria dengan seorang perempuan, yang diduga adalah seorang pelacur asing. Mereka mengungkapkannya dengan cara istimewa. Satu di antara mereka, menyebut diri sebagai "Datuk T", mengundang sejumlah jurnalis untuk menonton tayangan itu di suatu hotel di Kuala Lumpur pada 21 Maret lalu. Kepada wartawan, Datuk T menerangkan rekaman pergumulan di ranjang itu berlangsung hanya sebulan lewat dan bahwa pria dalam rekaman itu adalah “seorang pemimpin oposisi ternama”. Kendati tidak menyebut nama, jelas sekali yang dia maksud adalah Anwar Ibrahim. Anwar kembali membantah. Dia menilai bahwa video porno yang berdurasi sekitar 22 menit itu merupakan upaya untuk memfitnah dirinya. Belakangan, identitas Datuk T terungkap setelah Anwar mengadu ke polisi. Dia dan dua kawannya adalah musuh-musuh politik Anwar sejak lama. Belakangan terungkap, Datuk T atau Datuk Trio itu adalah Tan Sri Rahim Tamby Chik, Datuk Shazryl Eskay Abdullah, dan Datuk Shuib Lazim. Menurut harian Utusan Malaysia, Rahim adalah mantan Menteri Besar Negara Bagian Melaka dan Shuib adalah pengurus suatu kelompok sayap kanan Melayu, Perkasa. Sedangkan Shazryl, menurut harian The Straits Times, dikenal sebagai seorang pengusaha terpandang di Kedah dan mantan Konsul Kehormatan Thailand untuk Malaysia. Ketiga orang itu diketahui punya keterkaitan dengan partai penguasa, UMNO. Menurut Anwar, ini merupakan contoh terbaru tentang permainan kotor rezim penguasa untuk mengganjal dia dan partai oposisi pada pemilihan umum negara bagian Sarawak tahun ini. "Ini politik jijik dan kotor UMNO karena ini erat sekali dengan pemilu di Sarawak," kata Anwar dalam wawancara khusus dengan VIVAnews.

Sarawak memang merupakan wilayah strategis bagi konstelasi kekuatan di parlemen dan karena itu selalu sengit diperebutkan. Anwar pun tanpa ragu menuding bahwa video itu adalah buah dari konspirasi jahat yang melibatkan Perdana Menteri Najib Razak, orang-orang dekatnya, Kementerian Dalam Negeri, dan polisi. Pemimpin oposisi yang lain, Lim Kit Siang, menilai skandal ini merupakan rekayasa keji untuk kepentingan politik rezim penguasa. "Rakyat Malaysia harus marah dan mengecam bahwa politik di negeri ini telah terperosok menjadi pembunuhan karakter," kata Lim seperti dikutip harian The Star. Lim merupakan pemimpin Partai Aksi Demokratik yang tergabung dalam koalisi Pakatan Rakyat. Majalah berita terkemuka asal Inggris, The Economist, mencatat video cabul dan tudingan seks memang kerap dimainkan sebagai senjata politik di Malaysia. Tujuannya: untuk menjungkalkan tokoh politik, aktivis, atau pejabat yang tidak lagi disenangi. Pada 2008, misalnya, seorang menteri bernama Chua Soi Lek mundur setelah muncul rekaman video dia sedang menggauli seorang perempuan yang bukan istrinya di kamar hotel. Chua merasa dia dijebak oleh musuh-musuhnya di Asosiasi China Malaysia, partai anggota koalisi pemerintah, Barisan Nasional. Setahun berikutnya, Februari 2009, seorang anggota parlemen dari negara bagian Selangor, Elizabeth Wong, mengundurkan diri setelah menerima ancaman ini: foto-foto pribadinya, dalam pose yang tidak senonoh, akan disebarkan. Menurut Wong, manuver itu tak saja ditujukan untuk menyerang dirinya, namun juga Partai Keadilan Rakyat (PKR), yang dipimpin istri Anwar Ibrahim, Wan Azizah. "Saya tidak melakukan kesalahan apapun, saya ingin menegaskan bahwa saya tidak malu dengan keberadaan saya sebagai perempuan lajang," kata Wong seperti dimuat The Star. Dia saat itu merupakan kepala departemen informasi sayap perempuan PKR. Di PKR, Anwar duduk sebagai penasehat.

Sebelum jadi musuh nomor satu, dari tahun 1982 hingga 1998 Anwar sejatinya adalah bagian dari rezim penguasa Malaysia sendiri. Saat itu dia bahkan dianggap politisi paling cemerlang hasil binaan UMNO. Dikenal sebagai aktivis pemuda Islam yang brilian, Anwar bergabung dengan UMNO, setahun setelah pemimpin partai itu, Mahathir Mohamad, terpilih menjadi perdana menteri Malaysia. Sejak itu, berbagai jabatan penting di partai dan posisi strategis di kabinet didudukinya. Majalah Newsweek pada 1998 sampai menobatkan Anwar sebagai "Asian of the Year." Politisi kelahiran 10 Agustus 1947 di Cherok Tok Kun, Penang ini bahkan sempat diangkat menjadi deputi perdana menteri merangkap menteri keuangan Malaysia, semasa pemerintahan Mahathir. Anwar juga pernah dipercaya menjadi perdana menteri ad interim saat Mahathir mengambil cuti selama dua bulan di awal 1997. Banyak kalangan saat itu menyebut hubungan Mahathir dan Anwar bak ayah dan anak. Dia sempat digadang-gadang sebagai calon pengganti Mahathir. Hubungan itu belakangan retak. Selama menjadi deputi perdana menteri dan menjabat perdana menteri ad interim, Anwar memilih sejumlah kebijakan yang bertentangan dengan kemauan Mahathir. Puncaknya adalah pada krisis moneter Asia 1997. Bertentangan dengan Mahathir, Anwar mendukung program penyelamatan yang dirancang Dana Moneter Internasional (IMF). Dia pun menerapkan program penghematan besar-besaran di tubuh pemerintah, termasuk menunda sejumlah proyek raksasa yang dicita-citakan Mahathir. Anwar juga mulai menyerang praktik-praktik kroniisme dan nepotisme yang dia pandang membuat ekonomi Malaysia tidak efisien dan menjadi lahan subur korupsi. Perbedaan kian meruncing. Intrik pun bermunculan antara pendukung Mahathir dengan kubu Anwar di dalam kepemimpinan UMNO. Bertarung dengan Mahathir yang telah berpuluh tahun memimpin UMNO, Anwar kalah pengaruh. Dia dan para pengikutnya ditendang dari UMNO dan posisi politik mereka dilucuti. Sejak itu Anwar terus diburu. Pada 1998, beredar buku berjudul “50 Dalil Kenapa Anwar Tidak Boleh Jadi PM” yang ditulis mantan redaktur koran pemerintah, Utusan Malaysia. Di buku itu, Anwar digambarkan sebagai koruptor dan, ini dia, seorang homoseks dan gemar menyodomi lelaki muda. Polisi lalu diperintahkan menyelidiki tuduhan ini. Begitu penyelidikan dimulai, pada 2 September 1998 Anwar dipecat dari kabinet Mahathir. Sehari setelahnya, dia juga ditendang dari UMNO. Lima orang dekat Anwar ditahan atas tuduhan telah melakukan tindakan homoseksual. Mereka dibui selama enam bulan setelah mengaku bersalah. Namun, mereka lantas menarik kembali pengakuan itu dan menyatakan telah dipaksa mengaku bersalah.

Pada 29 September 1998 Anwar diadili. Di bawah sumpah, dia menyatakan tidak bersalah atas tuduhan korupsi dan sodomi yang dialamatkan kepadanya. Anwar tiba di pengadilan dengan mata kiri lebam. Dia mengaku dipukuli Inspektur Jenderal Polisi Rahim Noor. Di persidangan, jaksa menghadirkan barang bukti berupa kasur dengan noda air mani Anwar. Pengecekan DNA dilakukan, hasilnya positif. Tapi, pengacara Anwar mengatakan contoh DNA itu diambil ketika Anwar tak sadarkan diri sehabis dipukuli polisi. Pada 14 April 1999, Anwar dijatuhi hukuman enam tahun penjara atas tuduhan korupsi. Setahun kemudian, 8 Agustus 2000, dia divonis hukuman sembilan tahun kurungan atas tuduhan melakukan sodomi. Namun, di tahun 2004, dia dibebaskan setelah pengadilan membatalkan tuduhan sodomi itu. Istri Anwar, Wan Azizah Ismail, lalu membentuk Partai Keadilan Rakyat yang mengibarkan ide reformasi. Tuduhan berikutnya datang pada 29 Juni 2008. Ajudan Anwar Ibrahim, Mohd Saiful Bukhari Azlan, melapor ke polisi bahwa dia telah disodomi Anwar. Kembali menuding balik bahwa ini manuver politik untuk menjatuhkannya, Anwar menggugat balik Azlan. Wan Azizah menuduh pemerintah berada di balik tuduhan ini. Perdana menteri kala itu, Abdullah Ahmad Badawi, membantah. Pada 15 Juli 2008, Anwar ditahan polisi untuk dimintai keterangan. Kepada wartawan, Anwar mengeluhkan sikap polisi yang memperlakukannya seperti kriminal. Dia mengaku dipenjara satu sel dengan para penjahat dan dipaksa tidur di lantai. Dua hari kemudian dia dibebaskan. Sampai saat ini, persidangan kasus sodomi itu masih berlangsung. Untuk membuktikan dia tidak bersalah, Anwar mendatangkan tiga ahli forensik dan DNA dari luar negeri. Anwar bersikeras dia telah difitnah. Begitu pula dengan penyebaran video seks oleh “Datuk T” itu. "Saya katakan bahwa [video] yang dibuat itu adalah fitnah. Itu dibuat dengan cara cukup licik dan cukup sophisticated," kata Anwar. "Saya sudah menafikan (membantah) itu dan hari ini saya sudah buat laporan ke polisi. Ternyata yang menganjurkan itu adalah orang yang dekat dengan Pak Najib." “Najib” yang dia maksud tak lain adalah Perdana Menteri Malaysia saat ini, Dato’ Sri Mohd Najib bin Tun Haji Abdul Razak.

Sumber tulisan : www.vivanews.com/sorot/html. Foto : www.malaysiakini.com

Tidak ada komentar: