Kamis, 01 Maret 2012

Jalan Logis Dunia Politik

Oleh : Muhammad Ilham

Ada penggalan dialog menarik dalam Film Devil Advocaat, "jangan percaya pada politisi, mereka pembohong", kata aktor watak Al Pacino. Saya tak ingin mengomentari konteks Al Pacino mengeluarkan pernyataan yang sudah menjadi "rahasia umum" dalam ruang publik ini. Namun yang pasti, teramat sulit kita menjumpai politisi seperti Mohammad Hatta dan Mohammad Natsir. Hatta menyerahkan mandat-nya sebagai Wakil Presiden/Perdana Menteri kepada sahabat dekatnya, Soekarno, yang telah masuk ke dalam "jurang" otoritarianisme dengan eksperimen Demokrasi Terpimpin. Sementara Natsir menyerahkan Surat Pengunduran Diri sebagai Perdana Menteri pada Soekarno, karena ada ketidaksesuaian visi politik diantara mereka berdua. Hatta dan Syahrir melihat jabatan adalah hanyalah "alat" untuk menumbuhkembangkan yang namanya prinsip keluhuran politik. Politik bagi mereka berdua adalah jalan (memungkinkan) untuk menata kehidupan ketatanegaraan dengan baik. Ujung dari semua itu adalah kesejahteraan bagi warga. Karena itu, ketika mereka melihat Soekarno telah mulai "mempreteli" tujuan dan filosofi politik tersebut, mereka tak mau untuk memberikan justifikasi. Membenarkan sang "atasan". Jabatan nan prestisius mereka tinggalkan. Hatta dengan senyuman berikan surat mandat, dan kemudian ia "berkontemplasi". Natsir mendatangi Soekarno dan kemudian pulang menggunakan sepeda ontel. Jabatan bagi mereka adalah pengabdian. 
Dunia politik adalah "jalan" logis untuk menebar pengabdian tersebut. Pada Hatta dan Natsir serta beberapa "gelintir" tokoh langka dalam ranah politik Indonesia pasti bukan menjadi bahagian sample Al Pacino di atas.

Tidak ada komentar: