Oleh : Muhammad Ilham

Ariel Sharon (mantan Perdana Menteri Israel) yang digelari "Tukang Jagal dari
Beirut" mengingatkan dunia pada tragedi pembantaian Qibya tanggal 13
Oktober 1953, dan 96 orang Palestina tewas oleh Unit 101 yang dipimpinnya.
Selanjutnya, bersama dengan Menachen Begin, Sharon melakukan pembantaian
Sabra dan Shatila di Libanon pada 1982, 3.000 - 3.500 jiwa terbunuh.
Begin (bersama-sama dengan Anwar Sadat dan Jimmy Carter dihadiahi Nobel
Perdamaian). Sementara itu, jalan hidup Moammar Qaddafi teramat berbeda
dengan "mentornya" Gamal Abdel Nasser. Nasser "pergi" akibat sakit
setelah peperangan (perang Arab-Israel) usai pada 28 September 1970,
sementara Sang Kolonel "terbang" akibat laras senapan rakyatnya sendiri.
Tapi ada satu pertanyaan yang mengemuka : "Mengapa Nicholas Sarkozy,
Perdana Menteri Perancis yang berhidung mancung-melengkung itu
mengatakan bahwa Khaddafi tidak layak pimpin rakyat Libya, sementara
sebelumnya, Sarkozy adalah sohib akrab Khaddafi bahkan si Moammar ini
menjadi penyandang dana terbesar kala Sarkozy ikut Pilkada-nya Perancis
?". Terlepas salah benar-nya Khaddafi, sudah sepantasnya dunia
"memperkatakan" bahwa begitu berbedanya perlakuan barat pada Khaddafi
dibandingkan dengan Ariel Sharon.
(Teringat kembali dengan dialog antara seorang Nelayan kecil dengan Alexander Agung. Alexander
the Great putra Philipus penguasa Macedonia ini "menilang" seorang
nelayan karena menangkap ikan di wilayahnya. Dengan teramat ketus, si
Nelayan tadi berkata pada murid Aristoteles ini :
"saya mengambil ikan
di tempat saya, anda bilang saya pencuri, sementara anda mencaplok
wilayah orang lain, anda dianggap pahlawan"). Tajam Sebelah !.
Foto 01 : Ariel Sharon (kanan) dengan
Panglima Angkatan Bersenjata Israel legendaris pada masa perang
Arab-Israel, Jenderal Moshe "si mata satu" Dayan.
Foto 02 : Sabra Sathila Massacre
Sumber foto : jenial.us
Tidak ada komentar:
Posting Komentar