Minggu, 10 Oktober 2010

Engku Nawawi Soetan Makmoer (1859-1928) : "Verdienstelijk Man Overleden Engkoe Nawawi, R.O.N"

Oleh : Muhammad Ilham

Kaum Feminis di Sumatera Barat (baca : Minangkabau) sudah seharusnya mencatat bahwa Engku Nawawi adalah "pahlawan", karena beliaulah untuk kali pertama menyekolahkan anaknya gadisnya ke sekolah Eropa. Pada akhir abad ke-19 M., umumnya gadis-gadis Minangkabau "dipingit" oleh keluarganya yang berbasiskan matrilineal ini, untuk kemudian (dalam banyak kasus) dikawinpaksakan pada usia yang belia. Engku Nawawi mendobrak adat "lapuk" itu dengan memasukkan anak gadis-nya Syarifah Nawawi ke ELS (De Europeesche Lagere School) di Bukittinggi dan seterusnya ke Kweekschool tahun 1907. Lebih "mencerahkan" dan "mendahului" ayah RA. Kartini.

Java Bode, 20 November 1928 - Zondag, 11 dezer, is te Fort de Kock opruim 70 jarigen leeftijd overleden Engkoe Nawawi gepensionneerd onderwijzer aan de Kweekschool aldaar, een zeer geacht ingezetene te stede en stede en een voormanvan zijn stam en land. Engkoe Nawawi kan geacht worden de primus te zijn onder zijn langenooten, hij was de eerste leerling van de normaalschool en idem van de Kweekschool en later ook de eerste onderwijzeraan deze inrichting. Voorts was hij de eerste inlandsche onderwijzer, die de hulpacte haalde en verder nog de eerste in vele andere opzichten. Ook de eerste van het corps, onderwijzers, wien en, koninklijke onderschleiding mocht ten deel vallen. Aan de hand van de B.T. ootleenen wij hier een en ander uit zijn leven en carriere. Toen de regeering het voornemen koesterde om de zonen van Atjehsche hoofden een opleiding te geven als die voor andere landaarden, werd wijlen Engkoe Nawaw, toenmaals reeds onderwijzer aan de Kweekschool te Fort de Kock, gekozen om als opvoeder der Atjehsche jongelieden werder naar Fort de Kock gezonden, die bij Engkoe Nawawi hun intrek namen en dan ook van het begin tof het eind hun opvoeding en studie an hem persoonlijk genoten. de regering beloonde de verdiensten van dezen paedagoog door hem de kleine zilveren ster te kennen, en veel later gewerd hem ook het ridderkruis van de Oranje Nassau Orde. Ook toen hij gepensioneerd was, was Engkoe Nawawisteeds de vraagbaak, niet allen va het department van onderwijs, maar van het bestuur in de Minangkabau. Hij was adviseur van de bestuursambtenaren in allerlei aangelegenheden en vanaf den controleur tot den resident van Sumatera's Westkust konden erverzekerd van zijn, dat zij nimmer tevergeefs bij den ouden Engkoe Nawawi om raad kwarnen. In het sociale leven in Fort de Kock en omstreken is hij een zeer geziene figuur. Hij was lid van den gemeenteraad, zat in onderscheidene commissies en besturen van sociale en economische vereenigingen.

(Kemarin, kita soedah beritakan, tentang meninggalnja engkoe Nawawie pada hari Minggoe jang baroe laloe di Fort de Kock
(Bukittinggi sekarang: pen.). Beliau itoe menoetoep mata dalam oesia 70 tahoen. Hikajatnya penoeh mengandoeng arti, bagi kemadjoean soematra. Ialah jang selamanja masoek "de primoes (jang pertama dan banjak hal)". Menjadi moerid jang pertama dari sekolah kelas doea, mendjadi moerid jang pertama dari Normaalschool, jang pertama dari Kweekschool kemoedian mendjadi goeroe poela dari beberapa loesin hal-hal lainnja. Dalam sekolah rendah sampai ke sekolah Radja, ia senantiasa terpoedji, hingga dimaksoed oleh pemerintah mengirimkan beliaoe ke negeri Belanda, oentoek melandjoetkan peladjaran mentjapai acte goeroe Belanda, seperti dikirim oleh pemerintah ketika itoe kenegeri Belanda toean Raden Kamil dari Java, Willem Iskandar dari Tapanoeli. Malang nasibnja, ketika galeranja akan tiba dikirim ke Nederland (katika iotoe beliaoe menjadi goeroe Kweekschool), pemerintah bertoekan pemikiran, tidak hendak mengirim ke Nederland lagi, tetapi memberi kesempatan kepada beliaoe itoe belajar di Fort de Kock, dari goeroe-goeroe Kweekschool. Tidak berapa lama beliaoepun membuat examen laloe loloes dalam oedjian oentoek goroe Belanda ............. ).

Engku Nawawi yang bergelar Sutan Makmur dilahirkan di daerah Padang Panjang pada tahun 1859. Nama ayahnya Malim Maharadjo, orang Koto Gadang (sebuah daerah historis yang banyak melahirkan figur historis Minangkabau seperti Sutan Syahrir, Rasuna Said dan Agus Salim). Malim Maharadjo waktu itu berprofesi sebagai Mantrei Cacar, sebuah jabatan yang secara sosiologis menempati kelas menengah. Sementara ibunya berasal dari Tiku. Hingga umur 7 tahun, Nawawi tinggal bersama ayah dan ibunya. Setelah itu, ia diasuh oleh Pak Cik-nya, Mangkuto Bandaharo yang bekerja sebagai pakHuismeester selama 2 tahun di Lolo Alahan Panjang. Selama dua tahun ini, Nawawi bersekolah di Supayang. Setelah ayahnya meninggal, dan ibunya kemudian kawin lagi, Nawawi kemudian dididik oleh ayah tirinya yang sangat "keras" menyekolahkan anak-anaknya - Soetan Radjo Emas. Dibawah didikan keras sang ayah ini, Nawawi menamatkan Sekolah Melayu-nya. Tahun 1873, Nawawi masuk Sekolah Radja di Bukittinggi (Fort de Kock). Tahun 1877, beliau menamatkan pendidikan dengan memperoleh ijazah guru. Tak lama kemudian, Nawawi diangkat menjadi guru di Sekolah Melayu yang kemudian berubah menjadi Sekolah Agam I.

Dalam sejarah intelektual Minangkabau, Nawawi merupakan orang pertama yang memperoleh ijazah hulpacte, tahun 1882. Kira-kira tahun 1889, beliau diangkat menjadi hulponderwijzer va der gersten di Sekolah radja. Tahun 1901, tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai tahun diperkenalkannya ejaan van Ophuysen. Prof. Charles Andrian van Ophuysen, seorang ahli Bahasa Melayu menyelesaikan proyek besarnya dengan dibantu oleh dua orang pribumi, Engku Nawawi dan Muhammad Thaib Sutan Ibrahim, kedua-duanya orang Minangkabau yang kala itu mengajar Bahasa Melayu. Mereka bertiga menyusun Kitab Logat Melajoe selama lebih kurang lima tahun. Tahun 1908, Engku Nawawi meyalin ke Bahasa Melayu Gedenkboek Kweekschool Fort de Kock. Beliau kemudian pensiun tahun 1916 setelah "berkhidmat" menjadi guru selama lebih kurang 33 tahun. 11 Nopember 1928, Engku Nawawi meninggal dunia di Bukittinggi (sebagaimana yang ditulis majalah berabahas Belanda Java Bode diatas).

Selama hidupnya, Engku Nawawi menikah sebanyak tiga kali. Pertama dengan "gadis" asal Air Bangis (sebuah daerah yang terletak di pantai barat Pasaman Barat) dan yang kedua di Padang. namun pernikahannya dengan dua orang gadis asal Air Bangis dan Padang ini tidak berlangsung lama. Barulah pernikahannya yang ketiga, Nawawi langgeng merawat pernikahan tersebut dengan dara gadis asal Payakumbuh, Chatimah. Dalam sejarah minangkabau, anak Engku Nawawi dikenal sebagai perempuan pertama yang sekolah di Sekolah Radja, yaitu Syarifah Nawawi, tahun 1907 (tentang Syarifah Nawawi, lihat artikel di Website Ilham Cluster. Syarifah Nawawi ini adalah perempuan yang sangat "dikagumi" Tan Malaka, teman satu kelasnya di Sekolah Radja, bahkan Tan Malaka boleh dikatakan jatuh cinta). Engku Nawawi pernah menerima anugerah bintang Oranje Nassau, suatu kehormatan yang sangat sulit digapai oleh orang Indonesia ataupun Eropa.

Sumber : Arsip Nasionali RI/Java Bode : Algemeen Dagblad vor Nederlandsch-Indie & Salam Radjo Endah (2008), www.ulama-minang.blogspot.com (Ilham Cluster). Foto : 1 - Teater Sekolah Radja Fort de Kock, 1928. Foto 2 - Murid Sekolah Raja Fort de Kock, 1925. Sumber : KITLV

1 komentar:

ShmILy mengatakan...

Kalau boleh tau nemu arsip Java Bode nya dimana ya?