Oleh : Muhammad Ilham & Imla W. Ilham
Tuhan mencipta cahaya
Manusia mencipta lampu
(Sitok S.)

Anakku,
kian hari dunia kian penuh. Jumlah orang lapar tak berkurang, meskipun
orang kenyang bertambah. Jumlah kesempatan bertambah, meskipun
kesempitan tak berkurang. Tiga tahun lalu, pada pagi di bulan Juli, saya
lihat orang-orang tua berduyun-duyung antre untuk mendaftarkan anaknya
masuk Sekolah Dasar. Tak semuanya dapat tempat. Tak semuanya mampu untuk
sekedar mendapatkan sebuah kursi, sepotong ruang dan secercah perhatian
ibu guru. Kau beruntung nak, mendapatkannya. Awal sebuah perjalanan
panjang. Apa sebenarnya rencana Tuhan padamu ? Ah ... kamu sendiri tak
akan mampu menjawabnya, harusnya ayah yang menanyakan hal itu pada
Tuhan. Tapi itulah repotnya .... tak mudah mendapat jawaban dari-Nya.
Maka lebih baik kuletakkan tanganku di rambutmu dan berharap, "Datanglah
dan duduklah dalam haribaan yang tak terbatas anakku". Aku ingin kamu
seperti air yang mengalir, karena kamu pantas untuk mengalir. Biarlah
ayah seumpama air diam. Karena kamu butuh bercermin di kediamannya air,
karena kamu tidak akan dapat melihat bayangan dirimu di dalam air yang
mengalir, pada air yang diam itulah kamu bisa bercermin - pada ayah dan
ibunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar