Oleh : Muhammad Ilham
Seandainya-lah batu bisa bersuara, begitu panjang riwayat yang akan kita tulis ... !
(Rabindranath Tagore)

Kala
Brainwood, seorang arkeolog Amerika yang punya dedikasi dan
kesungguhan keilmuan luar biasa (dibidangnya), menemukan beberapa
peninggalan-peninggalan arkeologi di situs sekitar lembah Mesopotamia,
dunia menjadi "terperangah". Orang menjadi tahu, dulu, di lembah ini,
pernah terdapat peradaban tinggi dengan segala maha karya-nya. Sejarah
Sumeria, Assiria dan figur-figur besar seperti Hammurabi yang dikenal
dengan "masterpiece"-nya
Kodeks Hukum
yang tersohor itu (bahkan dimasukkan sebagai satu-satunya prasasti
paling tua yang mengakui Hak Asasai Manusia), sang "Kaizer" Nebukadnezar
- terekonstruksi. Hampir seluruh data yang ditemukan arkeologi ini
berupa data-data "diam" yang tak tertulis. Data-data ini kemudian
"berbicara", bahwa dalam konteks zaman yang sangat klasik (5000 SM.),
negeri di lembah dua sungai ini, pernah menjadi pusaran -
centrum
- peradaban dunia, pada masanya. Data-data megalit dalam bentuk lumpur
yang telah membatu, menyibak kebanggaan historis negeri ini, hingga
sekarang.

Karena
Brainwood, mereka punya sejarah yang "berbicara" sehingga kini. Ketika
masih berkuasa, Syah Reza Pahlevi misalnya, menjadi raja yang punya
rasa romantisme sejarah hingga begitu bangga memakai simbol-simbol
Cyrus Agung. Demikian juga Saddam Hussein kala masih digdaya, selalu
menganggap dirinya sebagai "penyambung lidah" Nebukadnezar. Mereka
pantas dan sah secara historis untuk bangga dengan sejarah mereka.
Seandainyalah, Brainwood dan data-data megalit (batu tua, biasanya agak
besar) yang ditemukannya tidak "berbicara", mungkin rakyat Iran dan
Irak tidak akan bisa "bertengadah muka" sekedar untuk mengatakan bahwa
dalam satu episode panjang sejarah ummat manusia, mereka pernah punya
peradaban tinggi yang bisa menjadi referensi dan identitas historis
mereka. Tak ada yang sia-sia dalam penciptaan Allah SWT, apapun bentuk
dan "rona" ciptaan-Nya. Karena itu pula, tak ada yang sia-sia dalam
disiplin ilmu, semuanya memiliki kontribusi dalam memberikan identitas,
penyadaran, dan kebahagiaan ummat manusia. Karena itu jugalah, ajaran
normatif agama (Islam) dan agama-agama lainnya, mengajarkan untuk tidak
sombong dan menganggap diri lebih dari yang lain, karena setiap orang,
siapapun dia, memiliki nilai lebih dan kurang, demikian juga suatu
disiplin ilmu, memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri yang bila
diintegrasikan, saling melengkapi. Jadi, dengan ini, saya ingin menjawab
pertanyaan seorang kawan yang selalu ketawa dan sinis melihat
kesungguhan dan kerja ilmiah kawan-kawan lain yang bergelut dalam bidang
arkeologi - ilmu yang "mencintai" batu-batu atau bahan material tua.
Sumber foto : www.time.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar