“… Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam,” (QS Ali ‘Imran [3]: 97).
" ... ibadah haji membuat orang semakin toleran" (Asim Hijaz Khawaja)
" ... kau tak bisa dikatakan menimba/jika air yang kaudapat/dari ember ... ! (C. Cahyono)

Dr. Ali Syariati dalam bukunya Hajj: Reflection on its Rituals (Refleksi Ritual Faji) mengulas dengan detail makna esensial ritual ibadah haji. Menurut filosof dan intelektual kontemporer asal Iran ini, ibadah haji merupakan ritual yang sarat dengan simbolisasi makna. Dalam buku ini, Ali Syariati mengajak kita untuk menyelami samudera makna ritual haji. Ali Syariati mengatakan bahwa ibadah haji merupakan sebuah langkah maju menuju “pembebasan diri”, bebas dari penghambaan kepada tuhan-tuhan palsu menuju penghambaan kepada Tuhan Yang Sejati, Allah Swt. Menurut Ali Syari’ati, pakaian adalah lambang status yang dapat memicu sikap diskriminasi, keakuan, dan egois. Pakaian telah memecah belah anak-anak Adam, karena itu, kata Ali Syari’ati, pakaian model ibadah ihram bukanlah penghinaan tetapi penggambaran kualitas manusia di hadapan Allah. Ali Syariati mengatakan bahwa pakaian ihram telah menuntun manusia untuk mengubur pandangan yang mengukur keunggulan karena kelas, kedudukan dan ras.

Selanjutnya, setiap calon haji harus wukuf di Arafah. Arafah merupakan sebuah padang yang luas. Di tempat ini manusia singgah sebentar (wukuf). Lalu bermalam (mabit) di Muzdalifah dan tinggal di Mina. Arafah berarti pengetahuan dan Mina artinya cinta. Setelah wukuf di Arafah, para jamaah menuju ke Muzdalifah untuk mabit. Wukuf dilakukan pada siang hari, sementara mabit pada malam hari. Siang, demikian kata Syari’ati, melambangkan sebuah hubungan objektif ide-ide dengan fakta yang ada, sedangkan malam melambangkan tahap kesadaran diri dengan lebih banyak melakukan konsentrasi di keheningan malam. Kemudian di Mina, jamaah melempar Jumrah. Ritual haji ini melambangkan bahwa manusia harus senantiasa berjuang melawan bujuk rayu setan yang dengan segala cara berusaha menggelincirkan manusia dari jalan yang Ilahi. Melempar jumrah juga merupakan lambang perlawanan manusia melawan penindasan dan kebiadaban. Intinya, Ali Syariati ingin mengemukakan bahwa ibadah haji bukanlah sekadar prosesi lahiriah formal belaka, melainkan sebuah momen revolusi lahir dan batin untuk mencapai kesejatian diri sebagai manusia. Dengan kata lain, orang yang sudah berhaji haruslah menjadi manusia yang “tampil beda” (lebih lurus hidupnya) dibanding sebelumnya (haji mabrur). Dan ini adalah kemestian. Kalau tidak, maka ibadah haji tak ubahnya seperti berlibur ke tanah suci di musim haji.

Haji adalah wuquf di Padang Arafah, yang berarti pelajaran paling besar yang akan didapatkan oleh seluruh jamaah haji adalah selama pelaksanaan wuquf, yang merupakan waktu sakral yang memberikan kesempatan kepada semua jamaah haji untuk bisa 'berdialog' dengan Allah, menjalin hubungan mesra dan privat kepada Sang Maha Penentu Segala. Banyak orang beranggapan, wuquf hanya bisa dilaksanakan di Padang Arafah dan pada tanggal 9 Dzulhijjah, pendapat ini tentunya tidak terbantahkan, tetapi yang harus kita fahami adalah bahwa semangat wuquf tidak berhenti ketika kita keluar dari Padang Arafah ataupun setelah tanggal 9 Dzulhijjah. Semua yang dilakukan selama musim haji merupakan sebuah pembelajaran yang semestinya setelah itu akan menjadi kebiasaan kepada siapa saja untuk selalu menciptakan nuansa wuquf kapan dan dimanapun berada. Wallâhu a’lamu bis shâwab!!
Sumber : Al-Qur'an, Asim Ijaz Khwaja (1999), Ali Shariati (1997), CMM (Nop. 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar