Sabtu, 17 September 2011

Foto yang "Menggerakkan" Roda Sejarah

Oleh : Muhammad Ilham

Inti kekuatan dari pemikiran Karl Marx terletak tersimpulkan pada kalimatnya dalam buku Pengantar Das Kapital : "Kebenaran sebuah teori bukan terletak pada betul atau tidaknya teori tersebut dari aspek ilmu pengetahuan, akan tetapi terletak pada apakah teori itu menggerakkan orang untuk melakukan perubahan atau tidak". Marx sangat pragmatis, teori bukan "seni" menjatuhkan atau meruntuhkan serta memperbaiki teori yang lama, tapi keberadaan teori tersebut harus fungsional bagi manusia. Teori "menggerakkan". Dari teori, maka terjadi perubahan signifikan. Demikian juga halnya dengan foto-foto yang pernah hadir dalam "layar sejarah". Begitu banyak foto, bahkan dengan "cita rasa" seni yang maha artistik ..... namun hanya sedikit dari foto-foto para photografer tersebut yang mampu menstimulus terjadinya perubahan roda sejarah. Biasanya, foto-foto yang berada dalam kategori ini akan diganjar hadiah PULITZER, "nobel"nya photographi dunia. Dibawah ini, ada beberapa foto yang "menggerakkan" tersebut diantara begitu banyak foto yang pernah memenangi hadiah Pulitzer.

Saat Jenderal Nguyen Ngoc Loan, kepala kepolisian Vietnam Selatan mulai menarik pelatuk pistol kearah seorang komandan gerilyawan vietkong, fotografer Associated Press Eddie Adams mulai menekan tombol shutter kameranya. Eddie Adams memperoleh penghargaan jurnalisme tertinggi, Pulitzer, lewat foto yang diambilnya ini. Namun lebih dari itu, foto ini mengubah opini masyarakat Amerika terhadap Perang Vietnam, memicu gerakan anti perang dan menginspirasi lahirnya generasi bunga di Amerika waktu itu. Bagi sang jenderal, foto ini membuatnya menjadi ikon kekejaman dan ejekan serta penolakan selalu menyertainya kemanapun dia pergi sampai akhir hayatnya.

Kevin Carter berangkat ke Sudan dengan niatan untuk mengambil foto pemberontakan yang terjadi. Namun sesampainya disana, justru korban kelaparan-lah yang menarik minatnya. Dijalan dia mendapati seorang bocah perempuan kelaparan merangkak lemah susah payah menuju pusat pembagian makan, berhenti ditengah jalan dan mengumpulkan tenaga. Ditengah kejadian itu, seekor burung bangkai datang dan menunggu bocah tersebut. Carter-pun mengabadikan kejadian tersebut. Foto ini pertama dimuat dikoran New York Times, dan reaksi keras bermunculan mengkritik Carter yang tidak menolong gadis kecil ini. Carter beralasan dia sudah mengusir burung bangkai tersebut sesudah mengambil foto, namun tidak menolong si bocah karena konvensi fotografer yang tidak boleh ikut campur dalam konflik (?). kontroversi terus menghujani Carter, meskipun hadiah Pulitzer dia terima atas karyanya ini. Tahun 1994, Carter ditemukan bunuh diri dengan sengaja mengalirkan gas CO dari knalpot mobil kedalam ruangannya. Dia meninggalkan catatan yang isinya berupa penyesalan dan kesedihan karena tidak menolong si bocah, frustasi akibat terjerat hutang dan kesedihan karena sahabat karibnya tertembak. Foto ini selalu mengingatkan akan tragedi kemanusiaan di Afrika dan tragedi dalam dunia fotografi itu sendiri, keduanya memang tidak bisa dipisahkan.

Demonstrasi sekitar 3000 mahasiswa di Beijing berubah menjadi demosntrasi masal jutaan rakyat Cina, meminta reformasi pemerintahan yang tidak adil. Selama 7 minggu, rakyat dan tentara berhadap-hadapan dan saling mengejek. Saat partai komunis mulai mengerahkan tank untuk membubarkan masa, seorang mahasiswa nekad menghadang laju sebarisan tank, berdiri tegap didepannya sambil memegang tas. Seorang pahlawan lahir. Pahlawan kedua lahir, saat pengemudi tank menolak perintah komandannya untuk melindas mahasiswa tersebut dan memilih berjalan memutarinya. Kejadian ini memang tidak berakhir indah karena pembantaian akhirnya terjadi di lapangan Tiananmen. Karena peristiwa Tiananmen ini pulalah, "orang kuat" Cina kala itu, Deng Xio Ping terpaksa menutup karir politiknya dengan catatan hitam, padahal selama memegang tampuk kekuasaan politik dan menjadi ketua Partai Komunis Cina, kamerad Deng - demikian beliau biasa dipanggil, dikenal sebagai figur yang memiliki andil besar memajukan negara Cina menjadi salah satu super power ekonomi Asia, bahkan dunia. Kamerad Deng-lah yang mengeluarkan pernyataan fenomenal : "Tidak perlu memperdebatkan warna kucing, kalau ia bisa menangkap tikus ... pakai !". Namun sejak itu masyarakat Cina mulai sadar, selalu ada harapan akan kesatuan antara tentara dan rakyatnya.

Referensi foto : magnumpost.com/time.com




2 komentar:

Anonim mengatakan...

Bang Ilham.. Sebetul nya peristiwa pembantaian di Tiananmen Square itu tidak pernah terjadi, tapi ironis nya masyarak dunia masih tetap percaya sama propaganda dari meida barat.
Reporter BBC Richard Roth yg memberitakan kejadian itu sudah mengaku, bahwa dia berbohong. Tapi apa boleh buat, kebanyakan masyarakat udah percaya sama doktrin tsb.

Anonim mengatakan...

Oh iya publikasi statement nya R.Roth
bisa di baca di link ini:

http://www.cbsnews.com/8301-503543_162-5061672-503543.html