
Salah satu cahaya yang masuk ke dalam rumah berada di sebuah kamar khusus dimana sebuah perapian selalu menyala dan sebuah altar pemujaan berada. Altar berupa batu ini merupakan simbol leluhur sebuah keluarga. Dipercaya arwah para leluhur masih menempati batu tersebut sehingga api harus tetap menyala untuk menghangatkan mereka para arwah. Api yang dibiarkan terus menyala juga sebagai lambang kesejahteraan suatu keluarga. Kehidupan perkawinan suku Mosuo sangat menarik dan langka, dan saking langkanya, menarik banyak minat para peneliti dari berbagai belahan dunia dan sekitar dua dekade terakhir membuat nama Mosuo menjadi terkenal di seluruh dunia. Daerah mereka yang perawan nan alami, kini mulai banyak dikunjungi turis dari Amerika, Eropa, dan juga negara-negara Asia lainnya juga masyarkat China sendiri. Perempuan Mosuo masih memegang tradisi turun temurun mereka, salah satunya adalah dalam hal perkawinan, ada tiga jenis perkawinan, yang pertama sistem Axia yang berarti visiting marriage, kedua adalah : axia cohabitation dan yang terakhir adalah monogamy. Sang kepala keluarga merupakan wanita yang sangat dihormati dan dituakan oleh segenap anggota keluarga. Seluruh keputusan yang berurusan dengan keluarga di tangan sang ibu kepala rumah tangga. Jumlah keseluruhan masyarakat suku Mosuo sekitar 50 ribu orang dan semua tinggal di sekitar danau Lugu. Rumah suku Mosuo sanggat khas dan hampir di setiap rumah mereka menyediakan ruangan khusus sebagai balai pertemuan keluarga atau juga berfungsi untuk ritual-ritual agama. Rata-rata rumah suku Mosuo beratap rendah dan tidak ada ventilasi sama sekali sehingga memberi kesan sangat akrab dan keintiman antar keluarga sangat terjaga .



Dewasa ini, bukan lagi karavan yang di harapkan melainkan para turis. Dan rupanya sensasi inilah yang menarik para wisatwan untuk datang ke Danau Lugu. Semenjak daerah ini menjadi obyek wisata banyak wisatawan China datang ke Mosuo selain menikmati keindahan alam juga berharap bisa dipilih oleh salah stau gadis Mosuo untuk menemani dinginnya malam secara gratis tis. Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri juga kehadiran turis ke Danau Lugu membantu perekonomian masyarakat Mosuo. Seperti daerah-daerah turis lainnya, lambat laun keindahan Danau Lugu tercemar dengan banyaknya turis yang datang, mereka membuang sampah sembarangan. Dan pesona keindahan Danau Lugu semakin pudar dengan arus komersialisasi tempat ini. "By the lake I see piles of plastic bags and beer bottles. I can hardly bear to go home." Demikian menurut pengakuan seorang entertainer dunia Yang Erche Namu. Wanita asli suku Mosuo. Namu seorang bekas model dan seorang entertainer yang berdomosili di Beijing adalah produk Danau Lugu asli. Namu yang memulai karirnya sebagai pemenang kontes nyanyi nasional di China, namanya kemduianberkibar di dunia hiburan dunia, terlebih setelah dia berkarier sebagai model. Namu yang pernah tinggal di berbagai dunia seperti New York, San Fransisco dan Canada saat ini menikah dengan salah seorang diplomat Norwegia. Konon Namu terang-terangan pernah melamar presiden Perancis Nicholas Sarvosky sebelum Nicholas menikah dengan Carla Bruni, dalam bukunya Leaving Mother Lake Namu secara apik dan terkesan lugu, menceritakan secara detail mistik adat istiadat Musuo termasuk upacara akil baliq nya dan saat pertama menantikan sang Azhu, walau kemudian dia menolak Azhu dari lelaki Mosuo, "I don't like them, they smell so bad," alasannya. Karirnya sebagai model, penyanyi dan entertainer dimulai dari desanya di dekat Danau Lugu. Namu dengan kecantikannya yang khas dan eksotik, adalah merupakan sosok yang membuat Mosuo menjadi terkenal dan membuat banyak orang yang penasaran.
Bagaimanapun juga kultur masyarakat Mosuo yang seringkali di cap sebagai tempat dimana para perempuan melakukan free sex dan dianggap legal, faktor ini sering di-high light oleh para operator tourism dan agen wisata untuk menarik para wisatawan khususnya kaum Adam untuk mengunjungi Danau Lugu. Tidak dapat dipungkiri seperti di setiap aspek turisme selalu ada segelintir orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dan salah satunya adalah menjadikan sebagai ajang prostitusi, dan Danau Lugu tidak lepas dari masalah ini, walau ironisnya para prostitute tersebut sebenarnya bukan gadis Mosuo asli namun tidak lebih merupakan kaum pendatang yang berlaku seolah-olah mereka adalah gadis Mosuo. Selain masyarakat Mosuo, ada lagi suku minortitas yang mempraktekkan Polyandry, antara lain yaitu suku Nyinba, sebuah suku ber-etnik Tibet dan berlokasi di Barat daya Nepal. Suku Nyinba mempraktekkan fraternal polyandry. Setiap lelaki yang mempunyai saudara laki-laki menikah secara poliandry dengan perempuan yang sama dan walau demikian hubungan antar saudara tidak menjadi terganggu. Konsep cemburu tidak dikenal. Hanya ikatan kebersamaan total dan rela berbagi. Ladog, salah satu komuniti Tibet yang tergolong suku yang makmur, para perempuan umumnya menikah dengan lelaki bersaudara. Walau demikian di Ladog, 34.6% perempuan menikah secara monogamy. Dan sekitar beberapa persen yang menikah dengan beberapa lelaki dalam satu keluarga. Dalam sebuah film dokumenter Tribe, yang mengupas suku ini, mereka mengaku tidak ada rasa cemburu dan selalu mengalah, jika sang adik atau sang kakak tidak dapat giliran dari sang istri. They have no problem with that. Bahkan, tidak jarang seorang perempuan mempunyai tiga suami yang semua nya adalah kakak beradik dari keluarga yang sama. Aneh...??
Disadur dari beberapa sumber, diantaranya :
http://sociologyindex.com/polyandry.htm - http://en.wikipedia.org/wiki/Yang_Erche_Namu - http://www.chinaculture.org/gb/en_curiosity/2004-05/11/content_47041_4.htm
http://sociologyindex.com/polyandry.htm - http://en.wikipedia.org/wiki/Yang_Erche_Namu - http://www.chinaculture.org/gb/en_curiosity/2004-05/11/content_47041_4.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar