Kamis, 31 Desember 2009

MITOS Majapahit

Re-Write : Muhammad Ilham

Tahukah Anda bahwa umur Kerajaan Majapahit yang sangat terkenal itu ternyata hanya 185 tahun (1293-1478). Kerajaan Jawa yang didirikan oleh Raden Wijaya yang masih keturunan raja Kerajaan Sunda Galuh ini namanya begitu masyhur dalam buku-buku sejarah resmi yang kita pelajari dari SD hingga SMA. Apalagi ditambah penisbatan Majapahit sebagai sumber inspirasi berdirinya Republik Indonesia karena kerajaan inilah yang mula-mula “mempersatukan” (menaklukkan) pulau-pulau di seantero Nusantara dalam genggaman kekuasaannya. Kita seolah lupa bahwa di bumi Nusantara ini ternyata ada juga kerajaan-kerajaan yang tak kalah hebat, baik dari segi masa pemerintahannya maupun kekuatan militernya. Siapa sangka Kesultanan Aceh Darussalam itu memiliki umur 396 tahun! (berdiri tahun 1507 dan takluk pada Belanda pada tahun 1903 akibat kalah perang). Sebagai catatan Aceh akhirnya kalah setelah perang berlarut-larut yang memakan waktu 30 tahun (1873-1903) dan berkurangnya bantuan militer dari Kesultanan Ottoman.

Diluar Kerajaan Aceh Darussalam yang digdaya itu ternyata masih ada lagi 2 buah kerajaan yang berumur panjang (dan tentunya lebih panjang daripada Majapahit yang terkenal itu). Kedua kerajaan ini masih berada di Sumatera. Sriwijaya adalah kerajaan yang lebih awal dari Majapahit yang sempat menancapkan bendera di bumi Nusantara ini setidaknya selama 617 tahun. Sriwijaya telah ada sejak tahun 671 menurut kesaksian I-tsing, seorang pendeta Tiongkok yang mengunjungi kerajaan tersebut pada tahun itu. Kerajaan ini runtuh setelah Ekspedisi Pamalayu yang dilancarkan Kerajaan Singasari tahun 1288. Kerajaan kedua adalah Kerajaan Pagaruyung atau juga dikenal dengan nama Kerajaan Minangkabau. Kerajaan yang berlokasi di Sumatera Tengah ini sempat berumur 477 tahun. Ia didirikan oleh Adityawarman pada tahun 1347 dan runtuh akibat Revolusi Sosial Wahabbi (Islam Mazhab Hambali) pada tahun 1824. Revolusi Wahabbi yang berniat mendirikan Daulah Islam Minangkabau ini akhirnya gagal dan berakhir dengan kisah Perang Paderi yang terkenal itu.

Kembali kepada topik awal yaitu soal Majapahit, kita terlanjur mempercayai kebesaran kerajaan tersebut yang mana sumber datanya rata-rata berdasarkan klaim dalam kitab manifesto politik berjudul Negarakertagama. Kitab yang ditemukan pada abad ke 19 di dalam sebuah Puri di Lombok ini seolah melegitimasi fakta sejarah yang masih kabur tentang wilayah kekuasaan Majapahit. Andaipun sebagian cerita di dalam kitab ini benar adanya, maka tidak serta merta Nusantara berada dalam genggaman Majapahit selama 185 tahun. Yang benar adalah hanya selama 39 tahun saja! Dasarnya adalah sebagian besar wilayah-wilayah tersebut ditaklukkan pada masa Raja Hayam Wuruk berkuasa (1350-1389) dengan bantuan Patih Gadjah Mada -nya yang terkenal itu. Sebagian besar wilayah pantai di pulau-pulau utama Nusantara memang sempat jatuh dalam hegemoni Majapahit dengan perkecualian wilayah Tatar Pasundan di Jawa Barat dan Pulau Madura. Setelah era Hayam Wuruk berakhir, satu persatu negara bawahan itu mulai melepaskan diri.

Sekali lagi andai isi kitab ini benar tentu kiranya akan dengan mudah kita temukan jejak-jejak kekuasaan Majapahit di daerah-daerah taklukannya tersebut, sama seperti dengan mudahnya kita menemukan pengaruh India, Cina, Arab, Persia dan Eropa di negeri ini. Namun pada kenyataannya di wilayah Sulawesi Selatan dimana Kerajaan Gowa dan Kerajaan Luwu diklaim takluk tidak ditemukan sedikitpun jejak kerajaan yang berpusat di Tanah Jawa itu. Satu-satunya jejak kosakata mungkin kata kuda yang dalam bahasa Makassar adalah “jarang” (kemungkinan diambil dari kata jaran dalam bahasa Jawa). Selain itu nyaris tidak ada. Justru salah satu pamor keris di Jawa dinamakan pamor Luwu, dimana pada masa Majapahit, Kerajaan Luwu sangat terkenal dengan industri senjatanya yaitu keris itu sendiri. Jadi pertanyaannya manakah versi sejarah yang harus kita percaya. Saya rasa atas nama ilmu pengetahuan, perlu kiranya kita merevisi pemahaman kita selama ini dan perlu pula meneliti ulang cerita-cerita yang sempat dijadikan mitos sejarah dengan tujuan-tujuan tertentu.

(c) www/umum.kompasiana.com/2009/09/23

Tidak ada komentar: