Sabtu, 12 Desember 2009

Ketika Sukarno Berbicara Tentang Keperawanan

Oleh : Muhammad Ilham

Setiap tokoh memiliki "rumor"nya sendiri, demikian kata Goenawan Muhammad. Dan biasanya, rumor yang paling diminati adalah rumor dalam "ranah" seks serta perempuan. Hitler, misalnya, adalah tipikal personal yang dalam sejarah sangat ditakuti, namun memiliki kesetiaan tingkat tinggi terhadap "teman kumpul kebo-nya" Eva Brauun. Bahkan konon, sebelum bunuh diri bersama ketika NAZI diambang kehancuran, mereka masih melewati petualangan seks di atas meja. Karl Marx memiliki rumor yang tidak kalah seru-nya, memiliki anak di luar nikah .... dan kemudian tidak di-acuhkan-nya. Marx "mengangkangi" ide-nya sendiri, keberpihakan terhadap kaum tertindas. Marx menindas orang tertindas dan melindas ide yang dibangunnya. Demikian juga rumor JFK, jangan ditanya lagi. Presiden pintar-flamboyan ini adalah "penikmat" wanita cantik. Mungkin karena telah merdeka cukup lama, maka kisah-kisah yang berbau wanita pada Presiden-Presiden Amerika Serikat cukup berwarna-warni - sejak George Wahinton hingga Bill Clinton. Butuh sebuah catatan ensiklopedis menceritakan kisah-kisah asmara Presiden-Presiden Amerika tersebut. Kisah cinta, seks dan segala bumbu-bumbu petualangannya, juga banyak ditemui dari kisah hidup "orang-orang besar", dari Raja-Ratu-Kaisar-Sultan hingga Entertainer dan Pebisnis. Sehingga tidak salah apabila seorang penggerak Post-Modernisme "Michael Foucault" merasa perlu menulis salah satu buku tentang "Seks dan Kekuasaan" (telah diterjemahkan ke dalam edisi bahasa Indonesia). Bagi Foucault, segala pernak-pernik seks dan percintaan bagi orang-orang yang dekat dengan kekuasaan (baca : politik) merupakan sesuatu yang asyik untuk dibicarakan. Walaupun sebenarnya, petualangan tersebut terkadang juga terjadi pada masyarakat biasa, bahkan lebih bombastis, namun faktor implikasi yang ditimbulkannya membuat kisah seks dan percintaan menjadi lebih "berbobot" ketika itu menyangkut para pemegang kekuasaan.

Demikian juga dengan Sukarno, putra "Sang Fajar". Presiden orator dan flamboyan ini merupakan penikmat lukisan erotik dan pengagum wanita cantik. Track-nya yang memiliki istri lebih dari 4 (empat) orang - dari yang lebih tua dari dirinya hingga seusia anaknya - setidaknya membuktikan anggapannya sebagai pemuja wanita cantik. Selain dikenal sebagai seorang pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia, serta orator ulung di negeri ini, ternyata Bung Karno memiliki “keahlian” lain. Keahlian yang satu ini agak tabu dibicarakan, yakni ‘cara menentukan keperawanan gadis dari penampilan luar”. Dari buku “In Memoriam” karya Rosihan Anwar, terungkap cara Presiden Soekarno menentukan gadis yang masih perawan. Rosihan Anwar adalah seorang jurnalis yang sudah kritis ketika era pemerintahan Soekarno.

“Tahukah kamu bagaimana cara memastikan apakah seorang gadis pada penglihatan luar masih perawan atau tidak?”tanya Bung Karno.
“Tidak tahu Bung,”Jawab Rosihan Anwar
“Begini… Jika kamu tarik een denkbeeldige recthe li jin (suatu garis imaginer yang lurus) di atas dada si gadis, dari pertengahan lengan yang satu ke lengan yang lain, lalu kamu tentukan pada penglihatan dari luar saja dimana letaknya ujung-ujung payudaranya (pentil), diatas garis atau bawahnya, maka kamu akan bisa berkata, jika dibawah garis dia tidak lagi perawan,tapi jika dia tetap masih perawan.”

Penjelasan : Lengan kita terdiri dua bagian, lengan bagian atas dan lengan bagian bawah. Dan yang dimaksud dengan membagi garis pertengahan adalah garis pertengahan lengan atas. Perkirakan garis tengah antara lengan atas tersebut, lalu tariklah garis khayal antara pertengahan lengan atas lengan kanan ke lengan kiri. Bila garis khayal berada di bawah ‘pentil’ payudara, maka menurut perhitungan Bung Karno, gadis tersebut masih perawan. Namun, bila ‘pentil’ payudara berada di bawah pentil, maka gadis tersebut tidak perawan.

Konon (namanya saja KONON, belum tentu benar) waktu saya kecil (1980-an), beredar juga rumor dalam masyarakat bahwa Sukarno memiliki "Kaca Mata Ajaib", bisa melihat lekak-lekuk tubuh seorang perempuan. Tembus pandang, begitulah kira-kira. Aah, Sukarno ada-ada saja.

Tidak ada komentar: