Kamis, 13 Desember 2012

Seminar Nasional Fak. Adab dan Ilmu Budaya IAIN Padang "Eksistensi Historis Tuanku Imam Bonjol dan Purifikasi Islam di Minangkabau": Makalah (2)


Ditulis ulang : Muhammad Ilham

FIB-Adab Site
Seminar Nasional Fakultas Adab dan Ilmu Budaya IAIN Padang yang bertemakan "Eksistensi Historis Tuanku Imam Bonjol dan Purifikasi Islam di Minangkabau", dilaksanakan pada tanggal 13 Desember 2012, dengan rasionalisasi kegiatan untuk mencari benang merah Tuanku Imam Bonjol (yang kepahlawanannya digugat oleh beberapa kelompok masyarakat) sebagai tokoh hitoris dan adagium kultural Minangkabau, "Adat Basandi Syara' Syara' Basandi Kitabullah". Lebih lanjut, rasionalisasi kegiatan Seminar ini, lihat tulisan diatas !. Ada beberapa makalah utama yang dipresentasikan dalam acara tersebut. Bersama ini, saya publish 2 makalah :   

Makalah (2) :  

Kondisi Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah dalam Realitas Sosial : Proses Tanpa Henti Purifikasi Islam di Minangkabau

Oleh :
Prof. Dr. rer.soz. H. Nursyirwan Effendi


Karakteristik masyarakat Minangkabau seperti yang diuraikan di atas dan kondisi perkembangan nilai ekonomi yang merasuk akan sedikit banyak berpengaruh kepada posisi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah sebagai suatu acuan dan standar nilai universal dalam konteks Minangkabau. Berkait dengan membina karakter Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam masyarakat Minangkabau, maka diperlukan upaya pembudayaan nilai dan filosofi dari Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah tersebut. Ada beberapa langkah strategis yang dapat dibangun dalam konteks ini yaitu :

(1). Memperkuat otoritas lembaga adat dan agama. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan ruang kendali dari pihak yang dianggap paling paham tentang implementasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam masyarakat.
(2). Membangun kapasitas pembina Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah untuk dapat mengajarkan „membudayakan“nya kepada masyarakat.
(3). Membuat model dan praktek pengajaran „pembudayaan“ Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah  yang standard dan applicable  dalam ruang dan waktu yang berbeda-beda. Hal ini didasarkan kepada realitas sosial Minangkabau memiliki keanekaragaman dari satu nagari ke nagari lainnya.
(4). Menyusun paramater nilai dan praktek yang benar dari Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang dapat dicerna dan dimengerti tidak hanya kalangan orang tua, tetapi juga remaja dan anak-anak.
(5). Membuka ruang analisis dan interpretasi tentang Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah secara praktis, agar nilai dan filosofinya dapat disesuaikan dengan perkembangan sosial yang mengikuti perubahan zaman, seperti ekonomi global. 

Terkait dengan poin no 5 diatas, tidak dipungkiri bahwa masyarakat Minangkabau telah lama terlibat dalam ekonomi pasar tingkat global (Oki 1977: 34-61). Oki menemukan salah satu bukti bahwa pada akhir abad ke 18 orang Minangkabau telah mengembangkan penanaman kopi untuk kepentingan pasar global, karena semakin meningkatnya permintaan kopi di pasar Eropa. Perkebunan kopi terus meluas antara tahun 1820an sampai 1830an, meskipun diiringi dengan pergolakan Padri yang berlangsung awal abad ke 19 (Oki 1977: 35). Pada masa itu perkebunan kopi banyak terdapat di daerah Rao, Maninjau dan Solok. Daerah-daerah tersebut sangat cocok untuk penanaman kopi jenis arabika yang diminati pasar global. Para pedagang yang ada di daerah-daerah tersebut seluruhnya adalah orang Minangkabau. Mereka mengekspor kopi ke luar negeri melalui jalur sungai ke pantai timur Sumatera melewati selat Malaka (Oki 1977: 35). 

Nilai dasar dan acuan tertinggi dari Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah mungkin perlu direposisi dalam memantapkan karakter budaya dan kehidupan Minangkabau. Perlu ada kesepakatan yang tidak ditawar-tawar lagi dari semua pendukung kebudayaan Minangakabau untuk menjadikan Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah  dianggap memiliki otoritas tinggi. Pada tataran perilaku, strategi pembudayaan karakter Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah menjadi ukuran proses purifikasi ajaran Islam dan semangat perjuangan Imam Bonjol dalam menjernihkan perilaku masyarakat dari kotoran dan benalu perilaku yang tidak sejalan dengan nilai Islam dalam „rumah“ kebudayaan Minangakabau. Penjernihan, atau namanya, purifikasi nilai dan filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah dalam kompleksitas perilaku masyarakat adalah suatu proses panjang yang berkesinambungan dan tanpa henti. Dengan demikian praktek penanaman nilai dan filosofinya harus disengajakan, diatur dan dikendalikan secara eksplisit oleh lembaga atau individu yang memiliki otoritas besar dalam bidang agama dan adat. 

:: Tidak dipublish keseluruhan, (hanya) Kesimpulan makalah saja.

Tidak ada komentar: