Kamis, 20 Desember 2012

Harga Diri dan Magnitude Soekarno

Oleh : Muhammad Ilham

Bangsa yang tidak percaya diri untuk tegak mandiri, tidak percaya pada kekuatannya sendiri, menjadi bangsa penjiplak, maka bangsa itu tidak bisa menjadi bangsa merdeka !  
(Pidato HUT Proklamasi, 1963) 

Biarlah foto-foto ini "berbicara", bagaimana seorang "Putra Fajar" menjadi magnet bagi kawan dan lawannya di dunia internasional. Memang banyak orang mengatakan, bahwa Soekarno adalah Presiden ultra-flamboyan - dalam bentuk lain dari "pencitraan" - tapi harga diri dan kemandirian merupakan kata kunci dari perjuangannya. Ia merasakan derita dan mengeluarkan "peluh keringat" untuk sebuah bangsa bernama Indonesia. Ia dan bangsanya tak ingin jadi "pinggiran", ia ingin jadi "ingatan" orang banyak, menjadi "magnet" bagi pemimpin dunia lainnya. Dan, Indonesia berawal dari harga diri yang tercabik dan dihinakan oleh yang namanya kolonialisme - buah dari "kapitalisme", karena itulah, "muka tengadah" arah kedepan sambil tertunduk melihat "masa lalu" menjadi icon pemikiran putra tersayang Idayu Agus Rai ini.


(c) historia-online.com

Presiden Sukarno berdiri berdampingan dengan 4 pemimpin negara Non Blok setelah mereka selesai mengadakan pertemuan. Dari kiri kekanan : Pandit Jawaharlal Nehru (Perdana Menteri India), Kwame Nkrumah (Presiden Ghana), Gamal Abdul Nasser (Presiden Mesir), Bung Karno, dan Tito (Presiden Yugoslavia).  Kelima pemimpin negara non blok ini mengadakan pertemuan yang menghasilkan seruan kepada Presiden AS, Eisenhower (Presiden AS) dan Perdana Menteri "Uni Soviet"/Rusia, Nikita Khruschev, 
agar mereka melakukan perundingan diplomasi kembali 
(Foto: 29 September 1960).

Tidak ada komentar: