Senin, 23 Februari 2009

Politik : Ada Harapan ?

Oleh : Muhammad Ilham

/Harapan itu ibarat jalan di dalam rimba/
/Pada awalnya tak ada/
/tapi karena sering dilalui/
/akhirnya/
/jalan itu ada dengan sendirinya/
(Lut Szun : Filosof Tao Cina Klasik)

Seseorang ingin terjun di dunia politik? Konsekuensinya, ia harus siap bergelut dengan dunia kebusukan. Kalau berhasil, dia akan menjadi politisi yang disegani kawan maupun lawan. Politik itu busuk, kata "rakyat bawah-pinggiran". Iya memang, bila kita dasarkan pada realita yang terlihat. Karena itu sebaiknya dipisahkan saja antara agama dan politik seperti di Barat. Jelas, terukur dan gentle. Kalau tidak, kasihan agama yang selalu di"tunggangi" oleh politisi-politik. Untuk menjadi politisi itu harus muka tembok, jantungnya dobel, hatinya seperti batu, kalau tidak bisa jangan harap berhasil jadi politisi. Bukti dari dasyatnya politik, maraknya praktek politik uang. Politik uang itu benar-benar mengancam transisi demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia.

Lalu bagaimana harusnya ? Pemilu 2009 menjadi momentum perbaikan bagi kualitas berdemokrasi dan pembangunan bangsa. Caranya rakyat benar-benar memilih wakil rakyat dan pemimpin yang berkomitmen mensejahterakan rakyat. Momentum bagi politisi untuk menunjukkan leadership-nya. bukan mengajari masyarakat untuk menjadikan politik sebagai bahan transaksi pragmatis. Jangan biarkan masyarakat mempraktekkan pola berpolitik yang merusak. praktek jual beli suara hanya akan menjauhkan cita-cita indonesia menjadi lebih baik. Seorang calon yang menangnya dengan cara membayar, pasti yang dipikirkan pertama kali bagaimana mengembalikan modalnya, bukan bagaimana memperbaiki nasib rakyatnya. Karena itulah, rakyat tak memilih caleg yang menaburkan uang dalam menarik simpati pemilih. Demikian juga, dengan caleg yang ingin memperbaiki negeri ini dengan setulus hati, agar tak mengajari rakyat dengan politik transaksional. Karena itu pula, MUI harusnya bukan mengeluarkan fatwa haram Golput, harusnya MUI mengeluarkan fatwa super "haram" bagi masyarakat untuk memilih CALEG YANG BERMASALAH dan mempraktekkan politik transaksional. Saya rasa, itu jauh lebih mendidik dan memiliki pengaruh besar dalam meniti harapan Indonesia yang lebih baik.

1 komentar:

nofel mengatakan...

Kisah James V, Nicea Council, itu era Kristen Pertengahan, dimana terjadi penunggangan agama demi kepentingan politik dan kekuasaan. Kalo ada yang mengatakan mereka Partai Agama, pastilah agama itu dilacurkan! Walau mereka bilang partai Bersih dan Jujur tetap saja di dalamnya politik (busuk)!